TEMPO.CO, Jakarta - Para jurnalis dari negara yang tampil di Piala Dunia 2018 datang ke Rusia untuk meliput sekaligus menjadi suporter. Bangga mengenakan kostum tim nasional di negeri orang.
Urusan sepak bola membuat perhatian Samba Falls terbelah. Jurnalis surat kabar Senegal, Le Soleil, itu datang ke Moskow untuk meliput Gazprom Football for Friendship, turnamen mini untuk anak-anak dari seluruh dunia yang digelar dua hari menjelang pembukaan Piala Dunia. Meski demikian Falls tak bisa melepaskan perhatiannya dari tim nasional Senegal.
Ada dua anak Senegal berpartisipasi dalam turnamen yang dihadiri para pesepak bola cilik dari 211 negara dan kawasan itu. Menurut Falls, anak-anak itu senang luar biasa karena bisa bermain di Rusia dan menonton pembukaan Piala Dunia. “Mereka menganggap seperti bermain di Piala Dunia, kebetulan pula tim nasional kami lolos ke Rusia,” kata Falls kepada Tempo.
Falls mengaku tugasnya meliput Piala Dunia kali ini lebih kompleks. Dia harus menjalankan tugas jurnalistik secara profesional. Di sisi lain, dia juga mengaku sebagai suporter fanatik tim Senegal. “Bisa jadi saya agak bias ketika berbicara soal tim Senegal di sini,” ujarnya seraya tertawa.
Falls datang bersama seorang rekannya pada Senin lalu. Mereka membawa syal dan kostum tim nasional Senegal. "Inilah identitas yang membuat kami bangga karena bisa tampil di Piala Dunia," katanya.
Senegal kembali membuat kejutan dengan lolos ke Piala Dunia untuk kedua kalinya sejak 2002. Dalam Piala Dunia perdana mereka, Senegal bahkan sukses mengalahkan juara bertahan Prancis 1-0. Papa Bouba Diop dan timnya melaju hingga ke perempat final sebelum ditumbangkan Turki.
Kebanggaan besar terhadap tim nasional juga ditunjukkan jurnalis asal Mesir, Mahdi Ahmed. Untuk pertama kalinya dalam 28 tahun, Mesir akhirnya bisa bermain lagi di Piala Dunia. “Ini Piala Dunia pertama yang saya tonton di mana Mesir juga ikut bermain,” kata Ahmed.
Ahmed kerap mengenakan kostum nomor 10 milik Mohamed Salah. Menurutnya, Salah memiliki kemampuan bermain individu dan menjaga ritme tim sama baiknya. “Rasanya Salah sudah sangat populer, orang-orang di sini banyak yang menyapa saya dan mengajak salaman hanya karena saya mengenakan baju ini,” katanya.
Ahmed datang untuk meliput acara Football for Friendship. Ada dua wakil Mesir, pemain cilik Mohamed Saad dan jurnalis muda Yasin Elezaby, yang berpartisipasi dalam acara ini. Tapi dia tak akan buru-buru pulang setelah turnamen mini itu selesai. ‘Saya akan mengikuti tim Mesir,” katanya. “Sebagai jurnalis, suporter juga. Hahaha,”
Sayangnya, cedera bahu masih menghantui Salah dan Mesir. Dia tak dimainkan ketika Mesir kalah 0-1 dari Uruguay yang mendapat sumbangan gol dari Jose Gimenez di menit ke-89. Meski demikian, peluang Mesir untuk mendapat poin masih terbuka. The Pharaoh memiliki dua laga, menghadapi tuan rumah Rusia dan Arab Saudi.
Keberhasilan di Korea Selatan 16 tahun lalu menjadi tolok ukur tim nasional Senegal. Kali ini, menurut Falls, Senegal punya peluang besar untuk lolos dari babak penyisihan grup. Tim itu bergabung di grup H bersama Polandia, Kolombia, dan Jepang.
Menurut Falls, Senegal bisa mendapat poin dari menghadapi Polandia dan Jepang. Kemenangan 2-0 atas Korea Selatan dalam laga persahabatan Senin pekan lalu menjadi modal penting bagi tim berjuluk Singa Teranga itu. “Lawan terberat Kolombia, mereka salah satu tim terbaik di Amerika Selatan,” kata Falls. “Apapun hasilnya, kami tetap akan menikmati Piala Dunia.”
Namun bagi jurnalis lepas asal Italia, Vincenzo Ganci, Piala Dunia kali ini terasa hambar. Tim nasional Italia untuk pertama kalinya dalam 60 tahun gagal lolos ke perhelatan akbar itu. “Mereka memang bermain tak sebaik sebelumnya,” katanya sambil mengedikkan bahu.
Menurut Ganci, anggapan bahwa perlu ada perombakan besar-besaran di tim memiliki sejarah pernah empat kali menjuarai Piala Dunia itu. Di tangan manajer Gian Piero Ventura, Italia dinilai tak berkembang. Banyak fan Italia yang kecewa ketika Ventura menggantikan Antonio Conte. “Italia mungkin benar-benar membutuhkan Conte kembali untuk bangkit.”
GABRIEL WAHYU TITIYOGA (MOSKOW)