TEMPO.CO, Jakarta - Pertandingan antara Meksiko dan Swedia, Rabu lalu, adalah laga Piala Dunia 2018 terakhir yang digelar di stadion Yekaterinburg Arena. Swedia akhirnya menjadi juara Grup F setelah mengalahkan Meksiko 3-0. Toh, para suporter Meksiko berlapang dada karena timnya sudah lolos ke babak 16 besar.
Meski telah menyelesaikan seluruh pertandingan, semarak Piala Dunia masih akan berlanjut di Yekaterinburg. “Masih ada Fan Fest untuk acara nonton bareng siaran pertandingan,” kata Valeria, seorang sukarelawan Rusia yang ditemui Tempo, kemarin. “Lagi pula tim nasional Rusia lolos ke perempat final, jadi pasti ramai di sini.”
Yekaterinburg menjadi kota terjauh dari Moskow yang menyelenggarakan pertandingan Piala Dunia. Keduanya terpaut jarak sekitar 1.600 kilometer. Meski demikian, warga kota terlihat menyambut gembira Piala Dunia. Ribuan suporter pun mengalir ke kota ini ketika timnya bertanding.
Baca: Laporan Tempo dari Rusia: Menyesap Piala Dunia 2018 yang Hangat
Ada empat pertandingan yang digelar di stadion utama kota itu, Ekaterinburg Arena.
Pada laga pertama, 15 Juni, Uruguay mengalahkan Mesir 1-0. Di pertandingan kedua, giliran Prancis mengalahkan Peru juga dengan skor 1-0. Selanjutnya, Jepang berbagi poin dengan Senegal setelah bermain imbang 2-2 pada 24 Juni lalu.
Yekaterinburg menjadi semarak dengan kedatangan gelombang suporter asing. Padahal sebelum Piala Dunia, jarang terlihat orang asing dalam jumlah besar berkeliaran di kota ini.
Restoran dan kafe di pusat kota dipenuhi orang asing. Di jalan-jalan, banyak warga lokal yang meminta berfoto bersama para suporter asing. “Piala Dunia membuat kota ini terkenal, orang asing di mana-mana,” kata Roman Platenev, warga kota Yekaterinburg.
Di hari pertandingan, stadion yang berkapasitas 33.061 kursi itu dipadati penonton. Sempat terjadi polemik ketika sekitar 6.000 kursi tak terisi sehingga stadion tampak lengang pada hari pertandingan Mesir-Uruguay. Banyak pemilik tiket yang tak hadir ke stadion diduga akibat cuaca dingin dan hujan yang melanda kota itu, meski sudah musim panas.
Baca: Laporan Tempo dari Rusia: Piala Dunia 2018 Zero Alkohol
Namun pada tiga pertandingan selanjutnya, jumlah suporter yang hadir hampir memenuhi kuota stadion. Bahkan pada laga terakhir antara Meksiko dan Swedia, seluruh kursi terisi. Di luar stadion, warga lokal yang tak punya tiket berkerumun menonton pertandingan lewat layar lebar yang tergantung di atap stadion.
Yekaterinburg tidak akan dipakai lagi untuk menggelar pertandingan babak 16 besar. Hal serupa terjadi pada Kaliningrad, Saransk, dan Volgograd.
Stadion Ekaterinburg Arena juga akan ditutup. Dua tribun tambahan setinggi 45 meter di sisi belakang gawang yang dulu dibangun untuk memenuhi syarat kapasitas sesuai dengan permintaan Asosiasi Federasi Sepak Bola Dunia akan dibongkar setelah Piala Dunia selesai. Kapasitasnya pun akan berkurang menjadi sekitar 23 ribu tempat duduk. Meski demikian, stadion ini akan menjadi rumah baru bagi tim Liga Primer Rusia di kota itu, Ural FC.
Menurut Valeria, Fan Fest bakal menjadi tempat utama warga Yekaterinburg untuk menikmati Piala Dunia. Panitia Piala Dunia Yekaterinburg sudah membuat program acara dan permainan untuk menarik minat pengunjung. “Akan terus ada siaran langsung sampai babak final,” katanya.
Sejumlah program yang akan digelar di Fan Fest, antara lain lomba dansa latin dan cheerleading, dan acara kumpul bersama keluarga. Dalam jadwal acara yang disebar panitia, juga tercantum konser musik rock pada 30 Juni dan 1 Juli.
Panitia Fan Fest Piala Dunia 2018 juga akan menggelar panggung stand-up comedy dan pertemuan dengan para legenda sepak bola Ural dan Rusia. “Di babak final nanti juga ada konser spesial,” kata Valeria.
GABRIEL WAHYU TITIYOGA (YEKATERINBURG)