TEMPO.CO, Jakarta - Sistem transportasi publik di Rusia, tuan rumah Piala Dunia 2018, cukup lengkap. Di kota-kota besar, seperti Moskow, Yekaterinburg, dan Kazan, ada jaringan bus, trolleybus alias bus listrik, trem, dan kereta bawah tanah. Di kota-kota kecil, ada jaringan bus-bus kecil berkapasitas 15-30 orang.
Meski moda transportasinya beragam, angkutan perkotaan (angkot) di Rusia memiliki tarif yang sama. Ongkos angkot di Moskow dua kali lipat lebih mahal dibanding di kota-kota lain. Sekali naik, 55 rubel. Di Yekaterinburg, tarif angkot 28 rubel. Sedangkan di Kazan lebih murah: 25 rubel.
Meski tergolong murah, kenaikan tarif angkot kerap disambut negatif. Saya ingat, ketika masih tinggal di Yekaterinburg, ongkos transportasi masih 18 rubel. Kenaikan tarif sebesar 10 rubel itu pun jadi perbincangan di mana-mana.
Para pengguna angkutan umum biasanya menggunakan kartu berlangganan untuk membayar ongkos. Para pengguna angkot rutin memilih kartu berlangganan bulanan yang jelas jauh lebih murah ketimbang membayar eceran.
Kartu langganan ini biasanya bisa dipakai untuk 3-4 moda sekaligus. Para pelajar dan pensiunan, dengan menunjukkan identitas status mereka, bisa mendapat biaya yang lebih murah lagi untuk kartu langganan bulanan ini.
Jika Anda adalah pendatang dan hanya beberapa hari tinggal di kota tertentu di Rusia, tersedia pilihan kartu transportasi “ketengan” dengan hitungan harian atau banyaknya frekuensi penggunaan transportasi.
Meski demikian, berlaku juga sistem “membayar di atas”. Artinya, jika tak memiliki kartu transportasi, penumpang dapat membayar tarif perjalanannya ke kondektur alias kenek angkot yang sebagian besar adalah perempuan.
Para kondektur akan memberikan bukti bayar berupa secarik kertas kecil. Isinya adalah nomor angkot, nama perusahaan operator, dan tanggal perjalanan hari itu.
Meski cuma berupa sobekan kertas, bukti bayar ini harus disimpan baik-baik selama menaiki angkot tersebut. Penumpang bahkan harus meminta tiketnya jika kondektur lupa memberikannya.
Sebab, di perjalanan, kerap ada inspeksi mendadak dari petugas transportasi. Jika penumpang ketahuan tak memiliki tiket, dia bisa kena denda yang jumlahnya mencapai 3.000 rubel atau sekitar Rp 700 ribu. Ada kemungkinan juga diturunkan di tengah jalan.
Tentu saja ada beberapa penumpang nakal yang tak membayar tiket. Terutama jika mereka cuma menempuh jarak dekat, dua atau tiga halte, dan penumpang angkot kebetulan sedang padat sehingga kondektur kesulitan bermanuver di dalam bus untuk menagih ongkosnya.
GABRIEL WAHYU TITIYOGA