Sayang, Prancis justru gagal meraih hasil bagus dalam uji coba itu dan harus tertahan 1-1. Saat laga baru berlangsung lima menit, Skuad Domenech sudah kebobolan oleh gol Issam Jomaa, tapi kemudian bisa disamakan lewat gol William Gallas pada menit ke-62.
Hasil akhir pada pertandingan yang mengantar Domenech menorehkan rekor itu justru kian menjadi tekanan bagi sang pelatih. Sebelumnya ia juga sudah banyak dikritik, karena di tangannya, tim Ayam Jantan juga terseok di babak kualifikasi. Saat itu Prancis hanya bisa lolos setelah mengalahkan Irlandia di babak playoff, lewat gol kontroversial yang diawali handball Thierry Henry.
Saat melawan Tunisia, pelatih berusia 58 tahun itu memilih bereksperimen. Ia meninggalkan formasi 4-2-3-1, yang cenderung bertahan dan selama ini menjadi pilihan utamanya. Ia memilih mengedepankan pola 4-3-3.
Nicolas Anelka menjadi penyerang tengah didampingi Sidney Govou dan Franck Ribery. Seperti saat mengalahkan Kosta Rika 2-1, Rabu lalu, Domenech kembali hanya memasang Thierry Henry sebagai cadangan dan baru diturunkan menggantikan Ribery pada babak kedua.
Di lini tengah, Yoann Gourcuff, Jeremy Toulalan, dan Florent Malouda menjadi pilihan. Sedangkan sebagai bek, Gallas kembali dipasangkan dengan Eric Abidal. Kiper Hugo Lloris kembali menjadi starter setelah Steve Mandanda gagal bersinar saat melawan Kosta Rika.
Formasi yang seharusnya lebih agresif itu justru terlihat mandul di hadapan organisasi permainan Tunisia yang solid. "Kami seharusnya mampu memanfaatkan kesempatan lebih banyak lagi," kata Domenech.
Pelatih itu pun mengakui, formasi itu, ditambah banyaknya pergantian pemain, membuat timnya kerap kehilangan ritme permainan. "Segalanya agak susah di awal pertandingan dan kami tak bisa menemukan ritme," katanya. "Dalam kedua pertandingan itu, kami juga terus kebobolan cepat, jadi kami akan coba melihat pada hal itu. Itulah yang terjadi saat Anda memilih formasi menyerang, lebih banyak bahasa datang."
Domenech melakukan tujuh pergantian di babak kedua untuk mencoba kombinasi di semua lini. "Ini memang jenis permainan di mana semua orang harus bermain, kami harus melakukan pergantian," katanya. "Pergantian itu akan lebih sedikit saat melawan Cina. Mereka yang jadi starter akan bermain lebih lama."
Prancis memang masih akan menjalani satu kali uji coba lagi melawan Cina pada Jumat nanti. Setelah itu, mereka akan bertolak ke Afrika Selatan dan berlaga di Grup A bersama tuan rumah, Meksiko, dan Uruguay.
Sementara itu, Henry mengaku siap meski harus tampil sebagai pemain cadangan pada turnamen nanti. "Saya sudah bicara dengan pelatih sebelum pertandingan itu dan ia mengatakan saya tak akan jadi starter," kata penyerang Barcelona berusia 32 tahun itu. "Tapi seperti sudah saya katakan berkali-kali, yang terpenting adalah tim. Saya berusaha memberikan sesuatu saat masuk, saya adalah bagian dari tim."
Reuters | AP | Nurdin Saleh
Susunan pemain Prancis: Hugo Lloris; Bacary Sagna, William Gallas (Sebastien Squillaci, 64), Eric Abidal (Marc Planus, 46), Patrice Evra (Gael Clichy, 64); Yoann Gourcuff (Abou Diaby, 64), Jeremy Toulalan, Florent Malouda; Sidney Govou (Djibril Cisse, 75), Nicolas Anelka (Andre-Pierre Gignac, 64), Franck Ribery (Thierry Henry, 46).