Hal itu terjadi lantaran syair lagu kebangsaan Afsel memakai lima dari 11 bahasa resmi yang dipakai di negara Afrika tersebut. Akibat kesulitan menghafal syair, Kementerian Kebudayaan sampai harus mendorong warganya untuk menyanyikan keseluruhan lagu.
Lerato Matshikiza, 25 tahun dari Johannesburg mengatakan ia hanya menyanyikan lagu kebangsaaan yang berbahasa Xhosa Zulu dan sebagian lirik berbahasa Inggris. Namun, Matshikiza memutuskan untuk mempelajari semua lirik setelah menghadiri sebuah acara gereja dengan pendeta Amerika Serikat pada Desember lalu.
“Ini sangat memalukan. Ketika kami menyanyikan lagu kebangsaan nasional, semua orang bernyanyi dalam tempo tinggi pada permulaan lagu. Namun ketika sampai pada syair berbahasa Afrika tidak seorangpun yang mengetahui liriknya. Jadi kami karang saja kata-katanya dan menyanyikannya ketika liriknya kembali berbahasa Inggris,” ungkap Matshikiza, Rabu (2/6).
Themba Mabaso, pejabat di Kementerian Kebudayaan Nasional Afsel mengatakan seluruh penduduk akan menyanyikan lirik lagunya ketika Tim Bafana-bafana berhadapan dengan Meksiko pada laga pembuka Piala Dunia 2010 pada 12 Juni. “Kami menemukan dalam riset bahwa penduduk Afsel tidak menyanyikan lirik karena mereka tidak mengerti bahasanya. Jadi kami mendesain kepustakaan yang bisa dimengerti semua bahasa,” kata Mabaso.
Mabaso mengatakan, dalam buklet tersebut orang akan dengan mudah mengeja kata-kata untuk diucapkan. Pemain sepak bola Afsel sering terdiam ketika menyanyikan lirik lagu kebangsaan yang mempunyai syair bahasa Afrika. Pemain rugbi lebih memilih melewatkan tiga syair utama yang berbahasa Afrika.
AP | BAGUS WIJANARKO