Di Piala Dunia di Meksiko pada tahun itu, Adidas memulainya dengan merilis Telstar (Television Star). Bola ini menjadi yang pertama menggunakan desain icosahedron terpotong, terdiri atas 12 pentagonal hitam dan 20 heksagonal putih. Pola atau desain ini langsung berkembang menjadi desain reguler sebuah bola sepak.
Untuk diketahui, desain bola sebelum era Telstar terdiri atas sekelompok strip--sama seperti konfigurasi bola voli modern. Telstar, meski terbuat dari kulit, dilapisi dengan Durlast, yang membuatnya mengkilap dan memiliki kualitas kedap air.
Model yang lebih baru kembali diperkenalkan di Meksiko di Piala Dunia 1986. Azteca Mexico, nama bola resmi saat itu, adalah bola dengan rajutan tangan tapi dengan material sintetis yang untuk pertama kalinya digunakan menggantikan kulit. Lapisan terluarnya adalah polyurethane dan tiga lapisan di sebelah dalamnya saling memperkuat dengan struktur "Adicron" yang berbeda satu sama lain. Struktur lapisan itu dimaksudkan untuk memastikan resistensi bola, yakni kemampuannya untuk mempertahankan bentuk dan sifat kedap air.
Pada Piala Dunia 2006 di Jerman, FIFA dan Adidas untuk pertama kalinya mengambil keputusan untuk menyakralkan bola yang digunakan di partai final. Saat itu ada Teamgeist dan Teamgeist Berlin, yang khusus diperebutkan para pemain Italia dan Prancis di partai puncak.
Pun nanti di Johannesburg, Jabulani akan digantikan oleh Jo'bulani. Bola "keramat" ini berbeda dengan warnanya yang keemasan, disesuaikan dengan Johannesburg, yang juga dikenal sebagai kota tambang emas.
WURAGIL | ENGINEERINGNEWS | NYTIMES | TELEGRAPH