TEMPO Interaktif, Johannesburg - Menyaksikan langsung pertandingan pertama Piala Dunia 2010 menjadi pengalaman sangat menarik. Dari bangku tribun Stadion Soccer City Johannesburg, Jumat (11/6) laga antara tuan rumah Afrika Selatan dan Meksiko terasa menjadi rentangan ketagangan yang tak pernah nengendur.
Tempo membaur bersama 84.490 penonton di sore itu. Kebanyakan merupakan suporter tuan rumah. Hanya ada puluhan suporter Meksiko yang ditempakan satu tribun dengan pers. Meski jumlahnya sedikit, mereka justru sangat agresif dan mampu menandingi aksi-aksi memukau suporter Bafana. Apalagi dandanan para suporter itu juga unik dan membuat banyak wartawan tertarik untuk berfoto bersama.
Laga awal Piala Dunia ini jelas bukan big match, tapi dari tribun penonton partai perdana ini menjadi menarik dan terasa menegangkan karena kentalnya luapan emosi suporter tuan rumah di seantaro stadion berkapasitas 92 ribu orang itu.
Di babak pertama yang berakhir tanpa gol, suporter yang mayoritas menggunaan kaus kuning kebesaran Bafana itu langsung luruh dalam teriakkan serempak dan kian lama kian memuncak bila ada pemain Afrika selatan yang berhasil menggiring bola ke daerah pertahanan lawan. Vuvuzela juga dibunyikan bersahutan, kadang dilambai-lambaikan bersama-sama.
Di babak kedua, suasana makin menggila begitu Afrika Selatan yang semula tertekan mulai bisa membalikkan keadaan. Dan Vuvuzela kemudian seperti tak berhenti berbunyi barang sesaat setelah tim asuhan Alberto Parriera itu unggul bekat gol Siphiwe Tshabalala pada menit ke-54.
Suara itu, yang bercampur dengan nyanyian dan tarian penyemangat, tak juga mengendur ketika Meksiko bisa membalas lewat gol Rafael Marquez di menit ke-79.
Nurdin saleh (Johannesburg)