Piala Dunia 2010 Afrika Selatan sudah dimulai. Sebanyak 32 tim dari lima benua akan saling unjuk kebolehan selama sebulan penuh. Mengutak-atik berapa besar peluang tim jagoan kita menjadi juara memang mengasyikan. Tapi ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan, salah satunya masalah altitude atau ketinggian.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam British Medical Journal edisi Natal lalu menyebutkan bahwa tim yang berasal dari negara dataran tinggi memiliki keuntungan yang cukup signifikan untuk memenangkan pertandingan, baik yang berlangsung di daratan tinggi maupun rendah.
Sebaliknya, tim dari negara pesisir atau dataran rendah akan kesulitan memenangkan pertandingan di daratan tinggi. Alasannya, mereka akan banyak menemui hambatan dalam beradaptasi secara cepat sehingga secara psikologis performa mereka akan menurun.
Bila kita berada di dataran tinggi, semisal pegunungan, akan terasa udara yang tipis, suhu lebih dingan, dan mudah dehidrasi. Kondisi itu dapat menyebabkan sulit bernapas, sakit kepala, mual, pening, dan kelelahan.
Kegiatan seperti bermain sepak bola dapat menyebabkan gejala-gejala tersebut di atas terasa lebih parah. Akibatnya, dipastikan seorang pemain tidak dapat tampil dalam kondisi terbaiknya.
Masalah dataran tinggi sepertinya akan menjadi faktor penting dalam perhelatan Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan ini. Sebab, enam dari sembilan stadion yang digunakan berada di ketinggian lebih dari 1.000 meter di atas permukaan laut.
Pada Mei 2007, badan sepak bola dunia FIFA melarang pertandingan internasional digelar di daratan dengan ketinggian lebih dari 2.500 meter di atas permukaan laut.
Patrick McSharry dari University of Oxford, Inggris, melakukan sebuah penelitian untuk membuktikan apakah ketinggian berpengaruh terhadap hasil pertandingan sepak bola. Selain itu, ia juga mengamati sercara pskologis performa para pemain sepak bola profesional.
Penelitian dilakukan di Amerika Latin dengan rentang waktu data 100 tahun. McSharry meneliti skor dan hasil dari 1.460 pertandingan internasional yang dimainkan di berbagai tingkat ketinggian di 10 negara.
Empat variabel digunakan untuk menghitung dampak dari ketinggian terhadap hasil pertandingan dan untuk mengukur perbedaan kemampuan masing-masing tim. Variabel tersebut adalah peluang menang, mencetak gol, kemasukan, dan perbedaan ketinggian antara partai kandang dan tandang.
Hasilnya, perbedaan ketinggian ternyata memiliki dampak negatif yang cukup signifikan. Tim dari negara daratan tinggi mampu mencetak gol lebih banyak dan sedikit kebobolan saat pertandingan berangsur pindah ke daratan yang lebih tinggi. Setiap penambahan 1.000 meter ketinggian menyebabkan perbedaan selisih gol sekitar setengah poin.
Sebagai contoh, ketika dua tim dari dataran yang sama bertemu peluang tim tuan rumah memenangkan pertandingan adalah 0,537. Angka itu melonjak menjadi 0,825 ketika dua tim yang bertemu memiliki perbedaan ketinggian 3.695 meter.
McSharry mengambil contoh antara Bolivia, negara yang berada di dataran tinggi, lawan Brasil, dari dataran rendah. Ketika pertandingan berlangsung di Bolivia, peluang tim tuan rumah menang adalah 0,825. Tapi ketika pertandingan berlangsung di Brasil angkanya menurun menjadi 0,213.
Salah satu kesimpulan penelitian yang cukup mengejutkan adalah bahwa tim dari dataran tinggi ternyata juga memiliki peluang untuk menang lebih besar ketika bermain di dataran rendah.
Salah satu pertandingan yang dapat menggambarkan kesimpulan McSharry adalah partai antara ruan rumah Bolivia dan Argentina pada April 2007. Meski Argentina lebih diunggulkan namun kenyataannya Bolivia mampu menggebuk Tim Tango dengan skor mencolok 6-1.
Kekalahan memalukan yang diderita Argentina itu lantaran mereka belum pernah bermain di ibu kota Bolivia, La Paz, yang memilki ketinggian 3.600 meter di atas permukaan laut. Selain itu, para pemain tim Argentina tak sempat melakukan aklimatisasi lantaran tiba hanya dua jam sebelum kick-off.
Korea Selatan merasakan teori McSharry itu. Dalam pertandingan persahabatan di Johannesburg pada Januari lalu tim Asia ini kalah 2-4 dari Zambia dan ditahan imbang 0-0 oleh klub Afrika Selatan, Platinum Stars. Kedua pertandingan tersebut berlangsung di ketinggian 1.750 meter di atas permukaan laut.
“Para pemain kesulitan mempertahankan keseimbangan tubuh mereka. Itu mungkin lantaran pertandingan berlangsung di dataran tinggi,” kata pelatih Huh Jung-Moo. Seusai pertandingan beberapa pemain mengatakan langkah mereka terasa berat dan kaki terasa kaku.
Jadi, apakah tim favorit Anda berasal dari negara dataran tinggi atau rendah? Jika dari dataran rendah, lupakan mimpi untuk membawa pulang Piala Dunia tahun ini. Bila sebaliknya, siapkan pesta untuk merayakan kesuksesan tim jagoan Anda.
SOCCER-ROOM | SCIENCEDAILY | FIRMAN ATMAKUSUMA