Kini, ketika Anda asyik mengunyah beragam cemilan di depan televisi di rumah dan Lionel Messi berada ribuan kilometer di Johannesburg, Afrika Selatan, jarak antara Anda dan bintang Argentina itu seolah hanya sejangkauan tangan.
Ya, teknologi televisi 3D mampu membawa atmosfer Stadion Soccer City ke rumah Anda. "Itu yang ingin kami hadirkan dengan teknologi ini," kata David Bush, Marketing Director Sony Professional.
Perusahaan elektronik, seperti Sony, Panasonic, Phillips, LG, dan Samsung, telah melempar televisi 3D ke pasar. Mereka optimistis teknologi "baru" ini dapat diserap dengan cepat oleh pasar. Bahkan pada 2012 nanti, diprediksi 50 persen televisi di rumah sudah berformat 3D.
Sayangnya, saat ini setiap perusahaan masing-masing memiliki teknologi 3D yang sedikit berbeda. Belum ada format baku. Ke depannya diharapkan ada standardisasi teknologi televisi 3D sehingga kompatibel untuk tiap jenis televisi.
Perkembangan teknologi televisi 3D sangat pesat dalam 10 tahun terakhir. Namun ada satu yang tetap dan belum bisa ditinggalkan, yakni kacamata khusus 3D untuk dapat menikmati siaran dalam format ini.
Meski begitu, terobosan mulai dijajaki. Di Cina, salah satu perusahaan elektronik terbesar, TCL, telah memasarkan televisi 3D berukuran 42 inci dengan sistem lenticular seharga US$ 20 ribu atau sekitar Rp 186 juta.
Memang harganya masih tergolong mahal. Tapi hebatnya, untuk menonton Piala Dunia dalam format 3D di televisi ini, kita tak butuh kacamata khusus. Anda pun akan merasakan pengalaman yang jauh berbeda.
Televisi berteknologi 3D sebenarnya sudah mulai digunakan secara luas pada 2008. Jaringan televisi kabel Jepang, BS 11, telah menyiarkan berbagai program dalam format 3D empat kali dalam sehari. Namun gaungnya kurang terdengar.
Diluncurkannya film fiksi ilmiah berformat 3D, Avatar (garapan James Cameron, sutradara film paling sukses sepanjang masa, Titanic), telah membangkitkan kembali ketertarikan orang terhadap film 3D.
Sejak itu, pemikiran untuk menghadirkan televisi 3D mulai berkembang. "Ini langkah awal untuk mengadopsi televisi berformat 3D," ucap Sean Bratches, Executive Vice President ESPN.
Perusahaan riset teknologi, iSuppli, memperkirakan sekitar 4,2 juta televisi 3D akan terjual tahun ini di seluruh dunia. Harga yang ditawarkan berkisar di angka US$ 1.768. Pada 2015, estimasi jumlah televisi 3D mencapai 78 juta unit.
Dalam merekam sebuah film berformat 3D, biasanya dua kamera digunakan untuk mengambil gambar secara simultan. Yang satu untuk mata kanan, lainnya untuk mata kiri.
Tapi lantaran pertandingan sepak bola berlangsung cepat, pada Piala Dunia kali ini hanya dipakai satu kamera untuk merekamnya. Bedanya, lensa kamera ini ditanami sebuah cermin yang akan membelah gambar menjadi dua bagian. Selanjutnya, gambar tersebut direkam oleh dua sensor yang berbeda.
Untuk bisa menyaksikan Piala Dunia dalam format 3D, sementara ini biayanya mahal. Stasiun televisi olahraga ESPN menyuguhkan tontonan ini ke pemirsanya di Amerika Serikat melalui jaringan TV kabel. Harga yang harus dibayar US$ 2.000 atau sekitar Rp 18 juta lebih per paket.
"Kami bangga Piala Dunia menjadi olahraga kompetisi pertama yang akan ditayangkan secara langsung dalam format 3D," kata Sekretaris Jenderal FIFA Jerome Valcke.
Messi pun kini semakin dekat di mata, meski pemain klub Barcelona itu berada ribuan kilometer, di Afrika Selatan.
ESPN | SCIENCEDAILY | FIRMAN