Green, yang mengaku tak peduli dengan krtikan setelah gagal mengantisipasi tembakan Clint Dempsey, dianggap memberikan kemenangan bagi The Yanks setelah timnya unggul lebih dulu lewat Steven Gerrard pada menit ke-4.
Green mengaku kesalahan terletak pada dirinya. Namun, kontroversi soal digunakannya Jabulani sebagai bola resmi di Afrika Selatan tak terhenti di sana. Rekan Green, David James sebelum turnamen mengatrakan ia khawatir sesorang akan terlihat “idiot” ketika memegang Jabulani. Kiper Porstmouth itu mengaku kesulitan melihat laju bola ketika meluncur dan memprediksi pantulannya.
Adidas, tetap pada keputusannya. Perusahaan justru melihat kiper lainnya bisa 'berteman' dengan baik ketika mengantisipasi laju Jabulani. “Kami sedang dengan performa bola dan kami tidak berpikir ini ada kaitannya dengan kebobolannya gawang Inggris. Sebaliknya, jika Anda melihat pertandingan sejauh ini, beberapa kiper justru menjadi bintang di Piala Dunia 2010,” tegas Thomas Schaikvan, humas Adidas, Senin (14/6).
Schaikvan menegaskan beberapa contoh kiper yang bisa mengantisipasi dengan baik Jabulani. “Kiper Nigeria (Vincent Enyeama) dan Tim Howard (kiper Amerika Serikat) memenangkan pemain terbaik pertandingan pada laga yang dimainkannya. Kiper Afrika Selatan (Itumelng Khune) juga tampil sempurna melawan Meksiko,” Schaikvan menjelaskan.
“Ada beberapa penyelamatan fantastis di Afrika Selatan dan bolanya membuat kiper untuk menunjukkan performa terbaiknya,” tambahnya.
Schaikvan memaparkan lima pertandingan telah digelar. Ia optimistis dan puas dengan kinerja produk perusahaannya. “Para pemain mulai terbiasa dengan ini,” katanya.
Schaikvan mengajak pihak-pihak yang meragukan kemampuan Jabulani untuk mengadakan uji coba. “Saya ingin mengundang siapapun untuk menguji lingkaran dan berat Jabulani. Kami telah memproduksi bola sejak 1963, tidak ada pihak yang memprodukai lebih baik ketimbang kami. Ini adalah bola terbaik yang pernah diproduksi Adidas,” tutupnya.
AP | BAGUS WIJANARKO