“Vuvuzela ada di sini untuk menyertai dan kami tidak akan melarangnya,” kata Rich Mkhondo, juru bicara panitia lokal Piala Dunia. “Masyarakat seluruh dunia juga menyukai vuvuzela. Hanya segilintir orang saja yang menentang penggunaaan vuvuzela. Tidak akan pernah ada pertimbangan untuk melarang vuvuzela.”
Mkhondo mengeluarkan pernyataan itu sehubungan pemberitaan BBC yang mengkritik Ketua Panitia Piala Dunia, Danny Jordaan, karena tidak mengeluarkan larangan terhadap penggunaan vuvuzela. Sebelumnya, pelatih Belanda, Bert van Marwijk, sudah melarang para penonton di kamp latihan Belanda untuk membunyikan vuvuzela.
Vuvuzela sudah menjadi isu kontroversial sejak Piala Konfederasi tahun lalu. Bunyinya yang terlalu berisik bak lengkingan suara gajah membuat sejumlah pemain mengeluh karena mengganggu komunikasi antarpemain sewaktu pertandingan berlangsung. Suara vuvuzela juga menenggelamkan nyanyian suporter yang selama ini mendominasi stadion-stadion dalam pertandingan-pertandingan Piala Dunia di luar Afrika Selatan.
FIFA sendiri, seperti yang diutarakan presidennya, Sepp Blatter, telah menolak ide untuk melarang penggunaaan vuvuzela. Blatter menyatakan bahwa vuvuzela hanyalah instrumen musik khas Afrika Selatan yang dibunyikan di stadion-stadion sebagaimana penggunaan drum di negara-negara lain.
“Kita harus melihat mereka (vuvuzela) sebagai bagian dari budaya Afrika Selatan untuk merayakan Piala Dunia. Sebagai tamu, marilah kita menerima dengan senang hati budaya kami, terimalah cara kita merayakan (Piala Dunia ini),” ujar Mkhondo.
Mkhondo menambahkan, vuvuzela tidak hanya digunakan oleh pendukung Afrika Selatan. Pendukung negara-negara lain juga menggunakan vuvuzela seperti yang terlihat dari permintaan pembelian vuvuzela yang terus meningkat di seluruh Afrika Selatan akhir-akhir ini.
“Ini terlihat seperti pemberitaan yang buruk untuk kami,” kata Brandon Bernado, pemilik situs vuvuzela.co.za dan pabrik vuvuzela yang mampu memproduksi terompet dari plastik itu sebanyak sepuluh ribu per hari. “Kami berhasil menjual habis. Setiap waktu kami memproduksi lebih, pagi setelah jam sembilan kami telah menjualnya habis.” Industri vuvuzela di Afrika Selatan dan Eropa diperkirakan bernilai US$ 6,45 juta.
REUTERS l ARIS