Penampilan dinamis, skill individu menawan, dan menyerang menjadi alasan utama mengapa Brasil mencatat rekor lima kali juara Piala Dunia. Namun filosofi ini sedikit dimodifikasi sejak kedatangan Dunga pada 2006. Inilah yang dikritik Socrates.
Socrates menilai, di bawah penanganan Dunga, wajah sepak bola Brasil berubah, tak lagi seperti dulu. Brasil kini disebutnya tak lagi indah seperti ketika ia bermain 60 kali bagi tim Samba pada 1979-1986. Pada masanya, Brasil merupakan salah satu tim yang paling ditunggu aksinya di tiap pergelaran Piala Dunia, dengan filosofi "Jogo Bonito" yang menekankan dominasi lewat kreativitas menyerang.
"Saya sangat khawatir mereka akan mengalami kesulitan melewati tahap pembukaan," kata Socrates kepada BBC edisi Brasil. Itulah mengapa Socrates memfavoritkan Argentina, Inggris, Belanda, dan Spanyol sebagai juara.
Socrates bersama Brasil menampilkan sepak bola menghibur meski kalah oleh Italia di babak delapan besar Piala Dunia 1982. Ia menyesalkan sepak bola modern telah kehilangan sinarnya. "Tidak ada seninya sama sekali," tutur pria bernama lengkap Socrates Brasileiro Sampaio de Souza Vieira de Oliveira itu.
Menurut Socrates, gaya sepak bola Brasil saat ini merupakan penghinaan terhadap budaya Brasil. Menurut Socrates, fokus Brasil lebih pada daya tahan yang asing bagi sepak bola indah ala Brasil.
Socrates boleh saja berkomentar. Namun di bawah Dunga, yang jadi kapten Brasil saat juara Piala Dunia 1994--prestasi yang tak bisa dicapai Socrates--gaya permainan Brasil memang sedikit bergeser.
Toh, dengan gaya ini, Brasil menjuarai Copa America 2007, Piala Konfederasi 2009, dan memuncaki klasemen akhir kualifikasi zona Amerika Selatan. Kemenangan atas juara bertahan Italia, Portugal, Argentina, dan Inggris pada laga uji coba kembali memposisikan Brasil di peringkat pertama FIFA.
"Apa yang diraih Dunga bersama tim nasional tak perlu dipertanyakan lagi," kata gelandang Gilberto Silva. "Kami percaya dan mendukung dia."
Rupanya, Socrates kadung benci dengan gaya Brasil di bawah Dunga. Kalaupun Brasil memenangi Piala Dunia untuk keenam kalinya saat ini, Socrates tetap punya kritik. "Saya tidak senang jika gaya permainan tim masih seperti itu!"
REUTERS | TELEGRAPH | RAJU FEBRIAN