Pertandingan yang dipimpin wasit asal Uruguay, Jorge Larrionda, ini akan menjadi bekal penting sebelum keduanya menghadapi Brasil dan Korea Utara. Brasil tim terkuat dunia yang telah menjuarai Piala Dunia lima kali, sedangkan Korea Utara adalah tim misterius karena sesi latihannya kerap tertutup bagi jurnalis.
Laga ini juga menjadi pembuktian buat Portugal, yang kini berada di peringkat ketiga dunia. Perjalanan Portugal menuju Afrika Selatan jelas tak mulus, juga diragukan kemampuannya bila gelandang penuh talenta, Pepe, yang belum pulih 100 persen, harus absen serta pemain sayap, Nani, diragukan tampil karena cedera.
Keraguan terhadap Ronaldo juga tak kalah besar. Saat memakai kostum Portugal selama babak kualifikasi, bintang Real Madrid ini tampil biasa-biasa saja. Gelandang serang ini mencetak gol terakhir bagi Portugal pada Februari 2009, ketika Portugal menang 1-0 atas Finlandia, itu pun lewat tendangan penalti. Tapi, bagi Madrid, ia membukukan 26 gol pada musim ini.
Ronaldo tak mau ambil pusing dengan kemandulan dirinya di tim nasional. "Gol itu seperti saus tomat, bila kamu terus memaksanya, pasti semuanya akan keluar di saat bersamaan," katanya. "Gol akan terjadi secara alami," ujar pemain 25 tahun itu.
Pelatih Portugal, Carlos Queiroz, juga membela anak buahnya itu. Dia berusaha meredam tekanan bagi Ronaldo soal paceklik gol ini. "Jangan ganggu dia, bila tenang, ia akan membuat gol," katanya.
Dukungan serupa juga datang dari Deco. Pengatur serangan Portugal ini akan membantu dan mendukung penuh agar Ronaldo bisa mencetak gol dan bersinar di Afrika Selatan. Piala dunia ini akan menjadi turnamen internasional terakhir bagi pemain Chelsea tersebut.
Bila Portugal punya Ronaldo, Pantai Gading memiliki Didier Drogba. Drogba terpilih sebagai pemain Afrika tahun ini. Ia mencetak 37 gol di seluruh kompetisi bagi klub liga utama Inggris, Chelsea. Drogba juga berhasil membawa The Blues menjadi juara liga Inggris sekaligus menjuarai Piala FA.
Drogba diragukan tampil dalam partai pembuka. Ia mengalami patah tangan dalam pertandingan uji coba dengan Jepang pada 4 Juni lalu. Meski pulih lebih cepat, Drogba yang sudah ikut berlatih beberapa hari terakhir sepertinya harus masih istirahat.
Meski tak turun ke lapangan, kehadiran Drogba di bangku cadangan sudah cukup menjadi semangat tim Gajah. "Walau tak bermain, dia tetap kapten kami, dia memimpin, mengarahkan tim dengan sangat baik," ujar gelandang Pantai Gading, Didier Zokora.
Pelatih Pantai Gading, Sven-Goran Eriksson, tampaknya tidak mau berisiko dengan memaksakan Drogba tampil. Pelatih asal Swedia itu membutuhkan Drogba dalam partai-partai berikutnya yang cukup berat, yakni melawan Brasil dan Korea Utara.
Bila Drogba urung turun, Eriksson telah menyiapkan rencana lain. Ia akan menunjuk Kolo Toure sebagai kapten tim. Pemain muda berbakat, seperti Salomon Kalou dan Seydou Doumbia, diyakini bisa menutup absennya Drogba. Selain mereka, masih ada Emmanuel Eboue dan Yaya Toure.
"Tim Pantai Gading terdiri atas pemain kelas dunia, tapi sepak bola adalah permainan tim," kata Toure. "Sejak Eriksson melatih, dia membuat tim yang kuat dan kami berada di jalur yang benar," ujar pemain 29 tahun yang merumput di Manchester City itu.
Sejarah mencatat, Eriksson memang punya pengalaman menghadapi Portugal. Saat melatih Inggris, anak-anak asuhnya disingkirkan Portugal dua kali, di babak perempat final piala Eropa 2004 dan Piala Dunia Jerman 2006.
Pertemuan kedua tim ini untuk yang pertama kalinya. Bagi Pantai Gading, Portugal menjadi tim Eropa kedua yang dihadapi. Pada 1983 di Abidjan, Pantai Gading mengalahkan Swiss dengan skor 1-0.
REUTERS I AP I POERNOMO G RIDHO