Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Blunder  

image-gnews
Penjaga Gawang Tim Nasional Inggris Robert Green. AP Photo/Michael Sohn
Penjaga Gawang Tim Nasional Inggris Robert Green. AP Photo/Michael Sohn
Iklan

TEMPO Interaktif, Blunder adalah keniscayaan dalam sepak bola. Hampir semua pelatih besar mengalaminya. Blunder itu seperti garam dalam sayur. Tak ada sayur yang tak pakai garam. Begitu juga tak ada sepak bola tanpa blunder. Hanya, level blundernya berbeda-beda. Ada blunder kecil, ada pula blunder parah bin akut.

Pekan pertama Piala Dunia kali ini, kita sudah disuguhi blunder besar yang dilakukan Robert Green. Kiper tim nasional Inggris itu berniat menangkap bola yang ditendang keras oleh pemain Amerika Serikat, Clint Dempsey. Tapi bola yang deras meluncur itu terpental dari tangan kiper asal klub West Ham United tersebut lalu bergulir pelan masuk gawang.

Bukan cuma Green yang dihujat oleh koran seluruh Inggris. Pelatih Inggris, Fabio Capello, juga kecipratan makian. Pertanyaannya, mengapa Si Tangan Dingin Capello mempercayakan gawang Inggris dikawal oleh Green, yang masih "hijau" di pentas Piala Dunia? Mengapa bukan David James, yang lebih berpengalaman?

Tapi, sekali lagi, blunder bukan monopoli Green dan Fabio Capello. Pelatih Manchester United, Alex Ferguson, dan pelatih Barcelona, Pep Guardiola, juga pernah melakukannya.
Blunder terbesar yang dilakukan Guardiola adalah mendepak Samuel Eto'o ke Inter Milan. Dia menukarnya dengan penyerang Zlatan Ibrahimovic setahun lalu saat kompetisi Liga Champions belum dimulai.

Guardiola punya hitungan sederhana: penampilan Eto'o di Barcelona sudah menurun. Dulu dia memang hebat, pernah mengantar Barca menjadi juara La Liga dan Liga Champions. Tapi ia bukan lagi sedan Cadillac yang berkilau. Sebaliknya, penampilan Ibrahimovic justru menanjak seperti Porsche yang memukau. Guardiola terpikat.

Tapi dia salah. Justru Eto'o-lah yang menenggelamkan mimpi Guardiola meraih trofi Liga Champions. Eto'o bersama Inter Milan memukul klub Catalan itu di semifinal Liga Champions. Bahkan Eto'o mengantar Inter Milan menjadi juara Liga Champions.
Blunder serupa terjadi pada Real Madrid. Mereka salah menilai kemampuan Eto'o. Saat itu pemuda kampung asal Douala, Kamerun, tersebut baru masuk ke kamp Real Madrid untuk seleksi. Lelaki kurus dan tampak tak meyakinkan ini tak dilirik oleh para pemandu bakat Real Madrid.

Justru Eto'o ditampung oleh Barcelona. Selama lima musim di klub Catalan itu, Eto'o mempersembahkan banyak gelar. Pada musim pertamanya, Barca menjadi juara La Liga. Musim-musim berikutnya, Barca menjadi juara La Liga dan Liga Champions. Eto'o bahkan menjadi pencetak gol terbanyak di La Liga.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Sepak bola itu seperti kehidupan di dunia nyata," kata Eto'o. "Di dunia nyata, sayangnya, hal-hal idiot itu juga terjadi."

Keidiotan atau blunder serupa dilakukan oleh pelatih Italia, Cesare Maldini, pada Piala Dunia 1998. Saat itu Italia awalnya tampil menyerang dengan bola-bola imajinatif. Lawannya, Kamerun, dibuat tak berkutik. Pasukan biru ini dengan mudah menjebol benteng Kamerun 3-0. Roberto Baggio dan Alessandro Del Piero adalah menjadi bintang yang siap melumat siapa saja.

Namun, saat melawan Prancis, Maldini mengubah strategi. Dia kembali ke rumus lama Italia: catenaccio atau bermain dengan pola bertahan seperti gerendel. Hasilnya, Italia tak bisa menjebol gawang Prancis, bahkan kalah dalam adu penalti.

Sebenarnya bukan penalti yang mengalahkan Squadra Azzura itu. Italia kalah karena kemuraman sistem permainannya. Mereka kehilangan kegembiraan bermain. Catenaccio telah memborgol diri mereka sendiri. Del Piero atau Roberto Baggio lenyap. Padahal, dalam partai-partai sebelumnya, Del Piero dan Baggio bak seniman zaman Barok. Mereka superkreatif. Dari kaki-kaki mereka, lahirlah bola fantastis dan mengejutkan. Maldini telah terjebak oleh pilihannya. Blunder.

Ya, blunder, siapa pun bisa melakukannya. Dan blunder itulah yang membuat laga seperti Piala Dunia menjadi menarik. Tanpa blunder, sepak bola akan hambar. Semua pertandingan akan berjalan lurus seperti angka-angka statistik. Semua seperti yang diramalkan, tak ada lagi kejutan. Penonton pun dengan mudah memprediksi hasilnya. Kalau sudah begitu, apa menariknya sepak bola? Sepak bola butuh blunder agar tetap memikat.

Burhan Solihin 

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mantan Gelandang Jerman Mesut Ozil Umumkan Pensiun dari Sepak Bola

22 Maret 2023

Mesut Ozil. REUTERS/Kenan Asyali
Mantan Gelandang Jerman Mesut Ozil Umumkan Pensiun dari Sepak Bola

Mesut Ozil pensiun dari timnas Jerman pada 2018 di tengah debat politik tentang imigran.


Mantan Gelandang Real Madrid dan Juventus Sami Khedira Pensiun

20 Mei 2021

Juventus mendapatkan Sami Khedira secara gratis setelah kontraknya tidak diperpanjang oleh Real Madrid pada 2015. Hingga saat ini Khedira tetap jadi andalan di lini tengah Juventus. Instagram/@sami_khedira6
Mantan Gelandang Real Madrid dan Juventus Sami Khedira Pensiun

Sami Khedira mengundurkan diri sebagai pesepakbola profesional. Cedera membuat dia harus menyerah di usia 34 tahun.


Piala Dunia 2022 Digelar di Qatar: 6 Hal yang Penting Diketahui

17 Juli 2018

Kiper sekaligus kapten Prancis, Hugo Lloris, memegang trofi Piala Dunia saat pesta penyambutan di Istana Presiden Elysee, Paris, 16 Juli 2018. (Ludovic Marin/Pool Photo via AP)
Piala Dunia 2022 Digelar di Qatar: 6 Hal yang Penting Diketahui

Piala Dunia 2018 sudah berakhir dan yang selanjutnya akan digelar di Qatar pada 2022.


Laporan Tempo dari Rusia: Angkutan Kota Andalan Meliput

7 Juli 2018

Laporan Tempo dari Rusia.
Laporan Tempo dari Rusia: Angkutan Kota Andalan Meliput

Selama meliput perhelatan Piala Dunia 2018, angkutan publik bisa jadi andalan.


Piala Dunia 2018: Denmark Kalahkan Peru, Kasper Schmeichel Dipuji

17 Juni 2018

Ekspresi kiper Leicester, Kasper Schmeichel, dalam pertandingan Liga Inggris melawan Aston Villa di Stadion Villa Park, 16 Januari 2016. Reuters / Darren Staples
Piala Dunia 2018: Denmark Kalahkan Peru, Kasper Schmeichel Dipuji

Kasper Schmeichel mendapat pujian dari Denmark mengalahkan Peru dalam Piala Dunia 2018.


3 Negara Ini Ajukan Jadi Tuan Rumah Bersama Piala Dunia 2026

11 April 2017

Ilustrasi sepak bola. Benevolat.org
3 Negara Ini Ajukan Jadi Tuan Rumah Bersama Piala Dunia 2026

Amerika Serikat, Meksiko, dan Kanada mengajukan penawaran bersama untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2026.


Real Madrid Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

15 Desember 2016

Striker klub Real Madrid, Cristiano Ronaldo membawa bola saat ikuti sesi latihan bersama rekan setimnya di Yokohama, Jepang, 14 Desember 2016. REUTERS
Real Madrid Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

Real Madrid berhasil menundukan Club America pada semifinal Piala Dunia Antar Klub dengan skor 2-0. Karim Benzema dan Cristiano Ronaldo jadi pahlawan.


River Plate Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

16 Desember 2015

FIFA (Federation Internationale de Football Association). (logos.wikia.com)
River Plate Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

River Plate akan menantang pemenang laga antara Barcelona vs Guangzhou Evergrande di babak final. Laga itu akan berlangsung besok.


Kolombia: Tanpa Suarez, Uruguay Tetap Berbahaya

14 Oktober 2015

Reaksi pemain Uruguay, Luis Suarez, setelah gagal mencetak gol  dalam pertandingan persahabatan melawan Kosta Rika di Montevideo, Uruguay, 13 November 2014. Uruguay kalah lewat adu penalti 6-7. AP/Matilde Campodonico
Kolombia: Tanpa Suarez, Uruguay Tetap Berbahaya

Penyerang andalan Uruguay Luis Suarez masih menjalani larangan
pertandingan karena menggigit Giorgia Chiellini pada Piala
Dunia 2014.


Messi Pinjamkan Nomor Punggungnya untuk Aguero

8 Oktober 2015

Lionel Messi (kiri) dan Sergio Aguero melakukan peregangan jelang pertandingan melawan Belanda pada semifinal piala dunia di Brazil, 8 Juli 2014. REUTERS/Dylan Martinez
Messi Pinjamkan Nomor Punggungnya untuk Aguero

Aguero senang dengan tawaran Messi agar ia mengenakan kaus dengan nomor 10.