Para pekerja Piala Dunia, yang menyatakan bahwa mereka kini dilarang bekerja, bernyanyi dan meneriakan yel-yel protes di pusat kota yangterletak di pinggir laut itu. Polisi hanya memperhatikan dan tidak membubarkan aksi itu.
Minggu lalu, polisi membubarkan secara paksa sekelompok demonstran di luar World Cup Stadium di Duban. Mereka bahkan menembakkan peluru karet, menyemprotkan gas airr mata, dan granat asap kepada para pendemo.
Pihak kepolisian kini bekerja lebih ekstra untuk mengamankan lima dari sepuluh stadion penyelenggara Piala Dunia yang tersangkut kasus perselisihan dengan para pekerja, terutama di Durban, Cape Town, Port Elizabeth dan Johannesburg.
“Protes kami sebenarnya bukan untuk merusak Piala Dunia. Ini hanya untuk mengingatkan pemerintah bahwa mereka harus memberikan prioritas pada hak kami,” kata Trevor Ngwane, koordinator pemrotes di Druban. “Ketika kami bertanya tentang pekerjaan, pendidikan yang lebih baik dan rumah yang layak, mereka mengatakan kepada kami tidak ada uang. Tapi tiba-tiba ada miliran rand (mata uang Afrika Selatan) untuk membangun stadion.”
Protes yang berlangsung hari Rabu (16/6) ini juga diikuti sekelompok nelayan dan para pekerja bidang lain yang kehidupan sehari-seharinya terganggu oleh penyelenggaraan Piala Dunia. Mereka menggelar reli dengan damai dan tidak membunyikan vuvuzela.
AP | Aris M