Kekalahan itu membuat Prancis terancam pulang lebih awal setelah sebelumnya mereka hanya bisa bermain imbang 0-0 dengan Uruguay.
“Saya sangat kecewa meski hal ini tak akan mengubah apa pun. Malam ini saya merasa kami seperti bangsa sepakbola kecil, dan itu menyakitkan,” aku Evra.
Prancis lolos ke final Piala Dunia 2006 sebelum akhirnya kalah dari Italia lewat adu penalti. Dua tahun berikutnya, mereka tersingkir di putaran pertama Euro 2008 tanpa meraih satu kemenangan pun.
Kini, skuad Raymond Domenech terancam mengulang kegagalan serupa di Afrika Selatan.
“Ketika kita telah tersingkir di putaran pertama Kejuaraan Eropa dan kini kita di ambang kegagalan serupa, kita pasti tak mau berpikir tentang sepakbola lagi,” kata Evra.
Sebelumnya, Evra sempat menyatakan Prancis siap tampil mengesankan di Piala Dunia ini terlepas dari banyaknya pengamat yang memprediksi tim itu bakal terpuruk setelah meraih tiket ke Afrika Selatan hanya lewat jalur playoff.
“Tak ada lagi yang bisa dikatakan kecuali bahwa ini sebuah malapetaka besar. Sejujurnya saya tak pernah menyangka akan begini. Yang menyakitkan adalah kami tak tahu bagaimana bereaksi, atau menyamakan kedudukan dan mereka membunuh kami denga gol kedua,” papar Evra.
Evra menolak menyalahkan pelatih Domenech atas ketidakmampuan Prancis mertaih kemenangan atau bahkan mencetak gol. Tapi, tak berusaha membela rekan-rekannya.
“Apa masalahnya? Kami bukan tim bagus. Jika kami tak menang, berarti kami bukan tim bagus. Kami akan saling berbicara pekan ini. Saya tak akan mengungkapkan (kepada media) apa masalahnya, saya hanya akan menyampaikannya kepada mereka yang berkepentingan.”
Kini, Prancis hanya menyisakan satu pertandingan lagi melawan tuan rumah Afrika Selatan, Selasa (21/6). Mereka bukan hanya harus menang, tapi juga butuh keajaiban untuk bisa lolos ke babak berikutnya.
“Saya merasa jijik dan kami punya utang pada diri kami sendiri untuk mengalahkan Afrika Selatan. Tapi, tentang keajaiban, saya tak terlalu mempercayainya.”
AP | A. RIJAL