TEMPO Interaktif, PRETORIA -- Uruguay membuka jalan menuju babak 16 besar setelah mengalahkan tuan rumah Afrika Selatan 3-0 pada laga Grup A di Loftus Versfeld Stadium, Kamis lalu. Kemenangan ini membawa Uruguay memuncaki Grup A dengan empat poin dari dua pertandingan. Afrika Selatan menjadi juru kunci dengan hanya mengumpulkan satu poin lantaran kalah selisih gol dari Prancis dan Meksiko, yang juga mengumpulkan satu poin.
Uruguay, yang tampil kurang meyakinkan saat bermain imbang tanpa gol dengan Prancis di laga pertama, terlihat jauh lebih baik pada pertandingan ini. Kendati catatan statistik menunjukkan penguasaan bola mereka masih kalah oleh Afrika Selatan, Uruguay lebih sering mengancam pertahanan lawan. Serangan bertubi-tubi yang dilancarkan Uruguay membuahkan gol pada menit ke-24 saat tembakan keras Diego Forlan dari jarak sekitar 25 meter tak dapat diblok kiper Itumeleng Khune. Bola itu sempat membentur kepala bek Aaron Mokoena sebelum menaklukkan Khune.
Pada babak kedua, Uruguay tetap lebih banyak membuat peluang meski serangan Afrika Selatan meningkat dibanding pada babak pertama dalam upaya mengatasi ketertinggalan. Harapan Bafana Bafana untuk bangkit hancur berantakan pada menit ke-75 setelah mereka mendapat hukuman penalti lantaran ulah kiper Khune menjatuhkan striker Uruguay, Luis Suarez.
Seperti kata pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga, Afrika Selatan tak hanya dihukum penalti, tapi juga harus kehilangan kiper Khune, yang diganjar kartu merah langsung oleh wasit asal Swiss, Massimo Busacca, atas pelanggaran tersebut. Forlan, yang menjadi eksekutor, melakukan tugasnya dengan sempurna. Ia melepaskan tembakan yang menusuk bagian atas jaring gawang untuk menaklukkan kiper pengganti Afrika Selatan, Moeneeb Josephs, sekaligus menambah keunggulan Uruguay. Dengan gol itu, Forlan menjadi pemain pertama yang membukukan dua gol dalam satu pertandingan di Afrika Selatan.
Keunggulan jumlah pemain membuat penampilan Uruguay semakin merajalela dan mereka berhasil menambah keunggulan menjadi 3-0 di masa injury time lewat gol Alvaro Pereira. "Jelas, sebagai seorang penyerang, saya ingin mencetak banyak gol. Tapi yang terpenting adalah meraih kemenangan. Ini tim yang bagus. Kami juga bermain baik saat melawan Prancis. Kami sangat solid," kata Forlan.
Di pihak lain, kekalahan oleh Uruguay membuat peluang Afrika Selatan lolos ke babak 16 besar menjadi semakin sempit. Dan mereka terancam menjadi tuan rumah pertama yang tidak lolos dari babak penyisihan grup sepanjang sejarah Piala Dunia.
Susunan Pemain
AFRIKA SELATAN: 16-Itumeleng Khune; 2-Siboniso Gaxa, 3-Tsepo Masilela, 20-Bongani Khumalo, 4-Aaron Mokoena; 12-Reneilwe Letsholonyane (19-Surprise Moriri 57), 13-Kagisho Dikgacoi, 10-Steven Pienaar (1-Moeneeb Josephs 79), 11-Teko Modise, 8-Siphiwe Tshabalala; 9-Katlego Mphela
URUGUAY: 1-Fernando Muslera; 2-Diego Lugano, 3-Diego Godin, 4-Jorge Fucile (20-Alvaro Fernandez 71), 16-Maximiliano Pereira, 15-Diego Perez (5-Walter Gargano 90), 17-Egidio Arevalo, 7-Edinson Cavani (21-Sebastian Fernandez 89), 11-Alvaro Pereira, 9-Luis Suarez, 10-Diego Forlan
Tuan Rumah Terancam Bencana
PRETORIA -- Afrika Selatan bakal mencatatkan sejarah yang tak akan mereka inginkan jika gagal mengalahkan Prancis pada laga terakhir Grup A pada 22 Juni mendatang. Bafana Bafana bakal menjadi tuan rumah pertama yang tersingkir di babak penyisihan sepanjang 80 tahun sejarah Piala Dunia. Posisi Afrika Selatan kini di ujung tanduk setelah kalah 0-3 oleh Uruguay di Loftus Versfeld. Hasil ini membuat mereka terbenam di dasar Grup A dengan hanya 1 poin dari dua pertandingan.
"Itu akan menjadi bencana buat kami, tuan rumah pertama yang tersingkir di putaran pertama," ujar gelandang Steven Pienaar.
Kegagalan mengalahkan Prancis akan membuat publik tuan rumah tak lagi punya tim untuk mereka dukung sepanjang sisa turnamen yang berlangsung selama sebulan penuh itu. "Kini situasinya akan lebih berat. Kami harus menyaksikan laga berikutnya (antara Prancis dan Meksiko) dan mengharapkan hasil imbang," ujar Pienaar.
Kendati menyebutkan bahwa kegagalan Afrika Selatan di putaran pertama sebagai sebuah bencana, Pienaar yakin publik setempat tak akan kehilangan antusiasme mereka terhadap Piala Dunia. "Itu tak akan mengubah Piala Dunia. Publik di sini menikmatinya."
Terlepas dari keyakinan Pienaar, fakta menunjukkan bahwa publik Afrika Selatan kehilangan minat menyaksikan sisa pertandingan saat tim kesayangan mereka telah tertinggal 0-2. Stadion Loftus Versfeld terlihat setengah kosong sebelum pertandingan usai.
Kecaman Parreira
Mereka juga terancam kehilangan pelatih Carlos Alberto Parreira pada laga terakhir di Grup A melawan Prancis pada 22 Juni mendatang. Pelatih asal Brasil itu terancam sanksi dari FIFA setelah mengecam wasit asal Swiss, Massimo Busacca, yang memimpin pertandingan antara Afrika Selatan dan Uruguay.
"Ia wasit terburuk di turnamen ini. Tindakannya merugikan tim kami sama sekali tidak benar. Tak tepat pula caranya mengubah pertandingan dengan memberikan pelanggaran yang bukan pelanggaran, memberikan kartu kuning yang bukan kartu kuning. Kemudian, di akhir pertandingan, ia meninggalkan lapangan dengan tersenyum," ujar Parreira. "Saya harap ia tak bertindak seperti itu dalam laga-laga lainnya. Dan saya harap tak melihat mukanya lagi. Ia tak pantas berada di sini."
FIFA selalu memandang serius kritik terhadap wasit di muka publik, terutama jika ada tuduhan tentang keberpihakan. Menurut sebuah sumber dari FIFA, kemarin para ofisial Piala Dunia akan memeriksa rekaman komentar Parreira seusai pertandingan dan memutuskan layak-tidaknya ia dijatuhi sanksi. l YAHOO | A. RIJAL | PRASETYO