Jerman menunjukkan permainan bagus dan mampu mengimbangi Serbia meski hanya mengandalkan 10 pemain setelah kartu merah terhadap Miroslav Klose di menit ke-37.
Bahkan, mereka seharusnya bisa menyamakan kedudukan jika tendangan penalti Lukas Podolski tak terlalu lemah.
Terlepas dari semua faktor yang tidak menguntungkan itu, kekalahan Jerman dari Serbia menunjukkan bahwa mereka belum menemukan formula untuk menghadapi tim-tim Eropa Timur yang mengandalkan organisasi yang rapih dan permainan taktis.
Sejak kekalahan telak 0-3 dari Kroasia di perempat final Piala Dunia 1998, Jerman selalu kesulitan saat berhadapan dengan tim-tim dari timur.
Mereka mengawali Euro 2000 dengan hasil imbang 1-1 lawan Rumania dan tak pernah bangkit lagi setelah itu sehingga tersingkir di putaran pertama.
Di Piala Dunia 2002 Jerman terhindar dari pertemuan dengan tim-tim Eropa Timur dan mereka berhasil melaju hingga ke Final.
Tapi, di Euro 2004 Jerman kembali mengulang kisah lama. Hasil imbang tanpa gol lawan Latvia dan kekalahan 1-2 dari Republik Ceko membuat mereka lagi-lagi tersingkir di putaran pertama.
Di Piala Dunia 2006 Jerman berhasil mengalahkan Polandia di laga kedua, tapi saat itu mereka bermain di kandang dan butuh gol di menit terakhir untuk memastikan kemenangan 1-0.
Du tahun kemudian Jerman kembali bertemu dengan Polandia di laga perdana Euro 2008 dan menang 2-0. Tapi, kalah 1-2 dari Kroasia pada laga berikutnya.
Tapi, Jerman bisa bangkit dari kekalahan itu dan melanjutkan langkah hingga ke final sebelum dihentikan oleh Spanyol.
Kini, pelatih Joachim Loew harus bisa membangkitkan Jerman dari kekalahan lawan Serbia saat menghadapi Ghana di laga terakhir Grup D, Rabu (23/6). Laga ini akan sangat menentukan lolos tidaknya Jerman ke babak 16 Besar.
Dengan semua kualitas yang mereka miliki, Jerman layak percaya diri saat menghadapi Ghana. Tapi, ada satu faktor yang bisa memunculkan trauma bagi Jerman yaitu pelatih The Black Stars, Milovan Rajevac, yang berasal dari Serbia.
REUTERS | A. RIJAL