Ketika bermain imbang 1-1 dengan Paraguay dan Selandia Baru, gawang Azzurri jebol ketika sedang menghadapi posisi bola mati. “Ini hanya sebuah kebetulan. Kali ini tendangan bebas gelandang Selandia Baru Simon Elliot mengenai paha saya dan memantul. Bola itu mengenai paha saya dan setelah melihat kembali posisi Shane Smeltz (pencetak gol), ia berada dalam posisi offside,” kilah Canna.
“Di luar itu ada penyesalan, di mana hanya ketika itulah para pemain lawan bisa berada di pertahanan kami. Pertahanan kami bagus dan mereka hanya berusaha untuk mencetak gol pada kesempatan pertama,” tegasnya.
Canna menilai, di luar itu hanya ada satu tim yang berusaha untuk mencetak gol , di mana para pemain Selandia Baru hanya bertahan di belakang. “Kami bermain menyerang dan memaksakkan kiper mereka lima kali menyelamatkan gawangnya,” katanya.
“Di Piala Dunia Anda menghadapi tim yang secara fisik kuat dan ini akan menyulitkan permainan Anda ketika mereka dekat dengan kotak terlarang,” paparnya.Menurut Canna, Italia dibuat frustrasi terutama ketika menguasai permainan dan menyerang. “Namun Anda tetap tidak bisa memenangkan pertandingan<' keluhnya.
Marcello Lippi memutuskan untuk menggantikan dua pemain dan mengubah formasi 4-4-2 menjadi 4-2-3-1 yang gagal berjalan dengan baik ketika menghadpi Paraguay. Canna membela mentornya dengan menyatakan bahwa pelatih berpengalaman itu tahu tentang apa yang akan dilakukannya.
“Lippi adalah seorang pelatih yang selalu mengubah posisi ketika bermain. Ketika Anda melihat sulit bagi pemain untuk mencetak gol, ia selalu melakukan ini, jadi saya tidak terkejut,” tegasnya.
“Kami di Afrika Selatan untuk menang dan sayangnya untuk kedua kalinya setelah berjuang habis-habisan tidak bisa menang,” pungkasnya.
Italia akan menghadapi Slovakia pada pertandingan akhir Grup F yang menentukan di Johannesburg pada 24 Juni.
FOOTBALLITALIA | BAGUS WIJANARKO