TEMPO Interaktif, Adalah mimpi buruk bagi Prancis yang berada di Grup A. Setelah ditahan imbang tanpa gol oleh Uruguay pada pertandingan pertama, Les Bleus--julukan Prancis--kemudian dipermalukan Meksiko 0-2. Hasil-hasil ini menempatkan pasukan Raymond Domenech menjadi sulit untuk melangkah ke babak kedua. Perjalanan Prancis boleh disebut sangat sempit dan terjal.
Berbekal raihan satu angka dari dua pertandingan, Prancis harus bersaing dengan Meksiko dan Uruguay, yang masing-masing telah mengantongi empat angka. Malam ini, di Stadion Royal Bafokeng, Rustenburg, Meksiko dan Uruguay bertemu. Hasil imbang sudah cukup mengantar keduanya ke babak selanjutnya untuk menyingkirkan Prancis dan Afrika Selatan, yang dalam waktu bersamaan bertemu di Stadion Free State, Bloemfontein.
Berada dalam posisi aman, sangat beralasan jika Meksiko dan Uruguay menurunkan pemain pelapis. Ini dilakukan agar pemain utama berada pada kondisi fit saat masuk babak knock out. Saya sangat memahami kondisi ini. Apalagi sentimen sesama tim Amerika Latin tidak akan saling "membunuh" bila berada pada posisi seperti ini.
Prancis, dengan performa yang sangat buruk dalam dua partai sebelumnya, akan sulit menampilkan permainan impresif pada laga pamungkas Grup A melawan Afrika Selatan. Kritik yang luar biasa dari dalam negeri, termasuk dari sejumlah mantan punggawa tim pada saat Prancis merebut Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000 serta finalis Piala Dunia 2006, seperti menambah beban tim Ayam Jantan--julukan Prancis yang lain.
Saya meyakini Prancis akan tampil lebih buruk lagi setelah insiden Nicolas Anelka, yang dipulangkan pelatih Raymond Domenech sebelum Prancis menuntaskan babak penyisihan grup. Kondisi tim yang tidak kondusif pada saat kritis seperti itu membuat siapa pun sulit menampilkan performa terbaik. Ini bukan masalah individu, melainkan lebih pada kebersamaan sebagai sebuah tim. Sudah terbukti bahwa permainan kolektif yang solid sangat signifikan menghadang keterampilan individu pemain dalam sebuah tim besar. Kita bisa melihat bagaimana Jerman dipukul oleh Serbia, Spanyol dijungkalkan Swiss, Inggris ditahan Amerika Serikat, atau Italia yang hampir terjungkal saat melawan tim sekelas Selandia Baru.
Merupakan kesalahan yang dibuat sendiri oleh tim sekelas Prancis karena tak mampu menciptakan gol. Alih-alih menciptakan gol, menciptakan peluang mencetak gol seolah sangat sulit dilakukan oleh Anelka dan kawan-kawan. Mereka seakan tidak tahu bagaimana membongkar pertahanan yang terkoordinasi dengan rapi dan ditunjang disiplin tinggi pada tugas individu serta unit pertahanan lawan. Namun Domenech akan berupaya sekuat tenaga menyusun strategi agar pada pertandingan ini anak-anak asuhnya mampu menampilkan performa sesungguhnya sebagai laga perpisahan sebelum ia digantikan Laurent Blanc.
Tuan rumah Bafana Bafana, dengan perolehan poin yang sama dengan Prancis, bertekad tampil all-out di depan pendukungnya. Ini kesempatan terakhir Afrika Selatan mencetak kemenangan dalam Piala Dunia 2010 dan sebagai tuan rumah agar tidak mendapat cap sebagai tuan rumah yang gagal total. Apalagi sebagai penyelenggara kejuaraan akbar ini, panitia pelaksana belum dianggap berhasil karena masih banyak masalah yang belum terselesaikan.
Carlos Alberto Parreira, pelatih Afrika Selatan, seakan mendapat keuntungan tersendiri dengan kemelut yang menimpa Prancis. Afrika Selatan bisa bermain lepas, berdisiplin, dan cepat bergerak. Namun, kemenangan yang diraih Afrika Selatan atau Prancis tidak akan berarti jika Meksiko dan Uruguay bermain imbang.
Ferril Raymond Hattu, Pemain Nasional (1985-1992)