Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Semalam Bersama Keluarga Shabangu  

image-gnews
Keluarga Shabangu. TEMPO/Nurdin Saleh
Keluarga Shabangu. TEMPO/Nurdin Saleh
Iklan
TEMPO Interaktif, Kesempatan mengenal lebih dekat keseharian dan budaya warga asli Afrika Selatan akhirnya saya dapatkan di Nelspruit. Selasa lalu, saya tinggal semalam di kediaman keluarga Shabangu dan menemukan banyak hal tak terduga.

Saya datang ke rumah itu bersama beberapa kawan wartawan dari Indonesia. Bobby, 31 tahun, anak tertua keluarga itu, dari 2007 hingga 2008 belajar musik karawitan di Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Padangpanjang.

Bobby dan keluarganya menyambut dengan ramah saat kami datang malam itu. Berbincang sebentar, kami yang kelelahan langsung terlelap di kasur. Tempat tidur itu tampaknya disiapkan secara khusus untuk kami karena ditempatkan di bagian belakang rumah yang sehari-hari biasa digunakan sebagai ruang sekolah (preschool), yang dikelola keluarga ini. Hal itu membuat kami sempat berbisik-bisik betapa baiknya mereka.

Esoknya, kami bisa mengenal lebih jauh keadaan di sana. Beberapa teman yang pergi ke toilet terkaget-kaget. Toilet keluarga itu ditempatkan di luar rumah. Itu adalah toilet tradisional berupa lubang tanpa sistem penyiraman. Untuk membersihkan diri, hanya disediakan tisu.

Beberapa teman memilih menahan hajatnya setelah melihat keadaan toilet itu. Belakangan kami tahu, toilet seperti itu umum digunakan di perkampungan Pienaar-Msogwaba tersebut.

Di perkampungan itu, semua keluarga bebas menggunakan air dan listrik tanpa harus membayar. Mereka hanya perlu membayar iuran tahunan, sebesar 150 rand (Rp 160 ribu), kepada Richard Msogwaba, ketua kampung di sana.

Istilah kampung saya gunakan sesuai dengan perkataan Bobby, yang mungkin terpengaruh oleh pengalamannya di Indonesia. Istilah itu mungkin tak sepenuhnya tepat karena penduduknya sudah mencapai 2 juta orang.

Daerah yang terletak sekitar 20 kilometer dari pusat kota Nelspruit itu terletak di lereng bukit. Tempat itu mempunyai cerita unik. Dulu tempat ini merupakan wilayah yang dikuasai tuan tanah kulit putih bernama Pienaar.

Saat kekuasaan apartheid berakhir pada 1994, para petani pekerja tempat itu segera merebut tanah di sana untuk dijadikan milik sendiri. "Kini kami sudah punya sertifikat," kata Bobby sambil menunjukkan nomor rumah lima digit, yang juga merupakan nomor sertifikat.

Richard Msogwaba, yang dianggap berjasa dalam pengambilalihan damai itu, kemudian ditunjuk jadi kepala wilayah. "Dulu ini hanya permukiman khusus orang kulit hitam. Kini sudah ada warga kulit putih yang tinggal di sini meski tak banyak," Bobby menambahkan.

Rumah Bobby memiliki tanah yang luas, mencapai lebih dari 300 meter persegi. Tapi di seberang rumahnya tampak sejumlah rumah petak berukuran 6 x 6 meter, yang berderet seperti penjara.

Saat itu kami mengobrol di halaman rumah sambil berharap sinar matahari pagi bisa mengusir dingin yang menggigilkan tulang. Bobby beberapa kali menyapa atau disapa orang yang lewat. Tapi ia segera menyatakan individualisme adalah prinsip di masyarakat sana.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Terus terang saya tak tahu siapa yang tinggal di depan rumah. Saya lahir di sini, tapi tetangga yang saya kenal benar mungkin hanya terbatas tiga sampai lima rumah," katanya dalam bahasa Indonesia yang cukup lancar.

Masyarakatnya di sana, lelaki yang masih melajang itu melanjutkan, menganut prinsip imbal balik. "Kami akan peduli kepada orang yang mempedulikan kami. Yang tidak, terserah dan tak usah ikut campur urusan kami," katanya. "Di sini individualisme dan kapitalisme adalah hal utama. Bila ada orang tergeletak di halaman rumahnya, tetangga bisa saja hanya akan melongok sebentar kemudian berlalu."

Bonny bekerja sebagai produser radio sebelum mendapat beasiswa dari pemerintah Indonesia untuk belajar di STSI. Setelah kembali, ia sempat bergerak di bidang musik, tapi kemudian bekerja di stasiun televisi pemerintah, SABC. "Saat ini kontrak saya baru berakhir dan mungkin baru setelah Piala Dunia akan diperbarui," katanya.

Bobby adalah anak tertua dan satu-satunya lelaki dari empat bersaudara hasil perkawinan John dan Anna Shabangu. Anak bungsu keluarga itu, Latoya, dan anak ketiganya, Bianca, tengah kuliah di Johannesburg.

Anak kedua keluarga itu, Felish, kami temui di rumah tersebut dan tampak sibuk mengasuh putranya yang baru berusia 3 tahun. Saya tak melihat suaminya, tapi tak berani bertanya mengingat di Afrika Selatan soal memiliki anak di luar nikah adalah hal yang sudah biasa.

Lagi pula pagi itu kami baru berkelakar dengan Bobby tentang apa yang pantas dan tidak pantas ditanyakan di kalangan masyarakat tersebut. Soal hendak pergi ke mana, soal sudah makan atau belum, dan soal umur, menurut dia, merupakan hal pribadi yang jarang jadi bahan pertanyaan di sana.

Keluarga itu, selain mengandalkan diri dari penghasilan Bobby, memperoleh pendapatan dari membuka sekolah. Anna kebetulan memiliki ijazah guru taman kanak-kanak dan memutuskan membuka preschool di halaman rumah. Muridnya ada 30 orang dan masing-masing ditarik iuran 70 rand (Rp 84 ribu) per bulan. "Di sini, sekolah tak mengenal pajak, jadi iuran anak-anak semuanya bisa kami kelola sendiri," kata Felish, yang tak pernah lepas dari senyum dan tawa.

Ketika hari semakin siang, Bobby mengajak kami sarapan roti dan teh. Obrolan tetap mengalir. Ketika kami pamit, Anna, Felish, dan Latoya melepas kami dengan pelukan hangat. Betul-betul pelukan karena salam keakraban di antara mereka memang dilakukan seperti itu. Bobby siang itu masih menyertai kami untuk mengantar menjelajahi kota yang menggelar empat pertandingan Piala Dunia. l Nurdin Saleh (Nelspruit)

 

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mantan Gelandang Jerman Mesut Ozil Umumkan Pensiun dari Sepak Bola

22 Maret 2023

Mesut Ozil. REUTERS/Kenan Asyali
Mantan Gelandang Jerman Mesut Ozil Umumkan Pensiun dari Sepak Bola

Mesut Ozil pensiun dari timnas Jerman pada 2018 di tengah debat politik tentang imigran.


Mantan Gelandang Real Madrid dan Juventus Sami Khedira Pensiun

20 Mei 2021

Juventus mendapatkan Sami Khedira secara gratis setelah kontraknya tidak diperpanjang oleh Real Madrid pada 2015. Hingga saat ini Khedira tetap jadi andalan di lini tengah Juventus. Instagram/@sami_khedira6
Mantan Gelandang Real Madrid dan Juventus Sami Khedira Pensiun

Sami Khedira mengundurkan diri sebagai pesepakbola profesional. Cedera membuat dia harus menyerah di usia 34 tahun.


Piala Dunia 2022 Digelar di Qatar: 6 Hal yang Penting Diketahui

17 Juli 2018

Kiper sekaligus kapten Prancis, Hugo Lloris, memegang trofi Piala Dunia saat pesta penyambutan di Istana Presiden Elysee, Paris, 16 Juli 2018. (Ludovic Marin/Pool Photo via AP)
Piala Dunia 2022 Digelar di Qatar: 6 Hal yang Penting Diketahui

Piala Dunia 2018 sudah berakhir dan yang selanjutnya akan digelar di Qatar pada 2022.


Laporan Tempo dari Rusia: Angkutan Kota Andalan Meliput

7 Juli 2018

Laporan Tempo dari Rusia.
Laporan Tempo dari Rusia: Angkutan Kota Andalan Meliput

Selama meliput perhelatan Piala Dunia 2018, angkutan publik bisa jadi andalan.


Piala Dunia 2018: Denmark Kalahkan Peru, Kasper Schmeichel Dipuji

17 Juni 2018

Ekspresi kiper Leicester, Kasper Schmeichel, dalam pertandingan Liga Inggris melawan Aston Villa di Stadion Villa Park, 16 Januari 2016. Reuters / Darren Staples
Piala Dunia 2018: Denmark Kalahkan Peru, Kasper Schmeichel Dipuji

Kasper Schmeichel mendapat pujian dari Denmark mengalahkan Peru dalam Piala Dunia 2018.


3 Negara Ini Ajukan Jadi Tuan Rumah Bersama Piala Dunia 2026

11 April 2017

Ilustrasi sepak bola. Benevolat.org
3 Negara Ini Ajukan Jadi Tuan Rumah Bersama Piala Dunia 2026

Amerika Serikat, Meksiko, dan Kanada mengajukan penawaran bersama untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2026.


Real Madrid Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

15 Desember 2016

Striker klub Real Madrid, Cristiano Ronaldo membawa bola saat ikuti sesi latihan bersama rekan setimnya di Yokohama, Jepang, 14 Desember 2016. REUTERS
Real Madrid Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

Real Madrid berhasil menundukan Club America pada semifinal Piala Dunia Antar Klub dengan skor 2-0. Karim Benzema dan Cristiano Ronaldo jadi pahlawan.


River Plate Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

16 Desember 2015

FIFA (Federation Internationale de Football Association). (logos.wikia.com)
River Plate Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

River Plate akan menantang pemenang laga antara Barcelona vs Guangzhou Evergrande di babak final. Laga itu akan berlangsung besok.


Kolombia: Tanpa Suarez, Uruguay Tetap Berbahaya

14 Oktober 2015

Reaksi pemain Uruguay, Luis Suarez, setelah gagal mencetak gol  dalam pertandingan persahabatan melawan Kosta Rika di Montevideo, Uruguay, 13 November 2014. Uruguay kalah lewat adu penalti 6-7. AP/Matilde Campodonico
Kolombia: Tanpa Suarez, Uruguay Tetap Berbahaya

Penyerang andalan Uruguay Luis Suarez masih menjalani larangan
pertandingan karena menggigit Giorgia Chiellini pada Piala
Dunia 2014.


Messi Pinjamkan Nomor Punggungnya untuk Aguero

8 Oktober 2015

Lionel Messi (kiri) dan Sergio Aguero melakukan peregangan jelang pertandingan melawan Belanda pada semifinal piala dunia di Brazil, 8 Juli 2014. REUTERS/Dylan Martinez
Messi Pinjamkan Nomor Punggungnya untuk Aguero

Aguero senang dengan tawaran Messi agar ia mengenakan kaus dengan nomor 10.