Meski dicerca, vuvuzela dicari. Penjualan trompet yang terinspirasi dari alat musik khas Afrika yang dibuat dari tanduk rusa itu terus melonjak. Pembuatnya, pabrik Ninghai Jiying asal Cina, pun keteteran dibuatnya. Bayangkan, dari 10 ribu per hari, kini pabrik mesti membuat 25 ribu lebih saban hari!
Begitulah. Vuvuzela memang asalnya dari Afrika, tapi kini dibuat di Cina. Gereja Baptis Nazareth Afrika Selatan mengklaim vuvuzela ditemukan oleh pendiri gereja mereka, Isaiah Shembe, pada 1910. "Buat berdoa," kata juru bicara Gereja Baptis Nazareth, Enoch Mthembu. Pada 1980, para suporter klub bola AmaZulu memakainya.
Belakangan klub bola Kaizer Chiefs asal Soweto, kota terbesar di Afrika Selatan, mempopulerkan vuvuzela di sekujur Johannesburg. Pada 2001, Masincedane Sport Company memproduksi secara massal vuvuzela. Namun klaim yang sama dilontarkan Manajer Ninghai Jiying, Wu Yijun.
"Kami telah mengembangkan trompet vuvuzela sejak 2001, tapi kami tidak mampu menjualnya saat itu," ujar Wu. Begitupun ketika Piala Dunia 2006 digelar di Jerman. "Kami juga tidak bisa menjualnya." Baru di Afrika Selatan ini mereka bisa menembus. Nah, karena produksi vuvuzela kini sudah mendunia, pihak gereja pun meluruskan sejarah asal muasal trompet itu.
"(Vuvuzela) ini adalah instrumen yang berasal dari Afrika Selatan," ujar Mthembu, yang juga mengklaim gerejanya memiliki lebih dari 4 juta pengikut, yang terdiri atas pemeluk Kristen dan tradisional Zulu. Gereja Baptis Nazareth dikenal pula dengan nama Shembe atau Almasih-nya Afrika. "Kami ingin diakui sebagai penemunya." l ANDREE PRIYANTO [PELBAGAI SUMBER]