Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Air Mata  

image-gnews
Seorang pendukung Afrika Selatan menangis, setelah pertandingan antara Perancis dan Afrika Selatan berakhir di stadion Free State, Bloemfontein (23/6). Afrika Selatan tersingkir, meskipun menang 2-1. REUTERS/Jorge Silva
Seorang pendukung Afrika Selatan menangis, setelah pertandingan antara Perancis dan Afrika Selatan berakhir di stadion Free State, Bloemfontein (23/6). Afrika Selatan tersingkir, meskipun menang 2-1. REUTERS/Jorge Silva
Iklan

TEMPO Interaktif, Air mata jatuh di Stadion Free State, Bloemfontein. Di layar kaca, seorang pria mencoba menghibur wanita di sisinya yang dilanda kesedihan. Meski menang atas Prancis, Afrika Selatan tetap kandas di babak pertama. Air mata pun tumpah.

Memasuki babak akhir di penyisihan, apalagi babak kedua kelak, juru kamera televisi mendapat tugas tambahan. Mereka tak lagi semata harus jeli membidik gol-gol cantik, aksi hebat, atau tipu daya para pemain, tapi juga harus awas terhadap momen-momen lain yang juga penting: air mata yang menetes.

Sudah jadi kodrat televisi. Semua yang ada di stadion, di lapangan, atau di bangku penonton harus mereka tampilkan. Itu sebabnya, kamera pun hadir di lorong tempat para pemain masuk stadion. Tak cukup dengan itu, sebuah kamera hilir-mudik mengapung di atas lapangan.

Sepak bola pun dikemas tak semata pertandingan olahraga, tapi sekaligus sebuah pertunjukan drama. Beruntung, olahraga macam sepak bola telah memenuhi syarat struktur drama yang lengkap. Di sana ada masalah, ketegangan yang memuncak, klimaks, dan penyelesaian.

Dalam bahasa Ted Turner, pendiri jaringan televisi CNN, pertandingan olahraga adalah sebuah peperangan tanpa pembunuhan. Menang dan kalah adalah hasil dari perang itu. Televisi harus menuntaskannya menjadi sebuah pertunjukan yang komplet.

Di masa lalu, kepedihan itu hanya tampil di selembar kertas. Sebuah foto buram di dekade awal 1980-an terpampang di sebuah majalah olahraga di negeri ini. Seorang kiper dari Haiti tengah menangis karena gawangnya kebobolan hingga 8 gol. Kamera menangkap ekspresinya yang teramat gulana di depan gawangnya. Di memungut bola dengan air mata yang bercucuran.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di era yang lebih modern, drama itu kian hidup. Televisi menyajikannya dengan sempurna. Mereka menempatkan kamera di berbagai sudut stadion, jumlahnya mencapai puluhan, tidak hanya untuk memelototi sebelas pemain yang tengah berlaga, tapi juga menyorot ribuan penonton. Sebab, di sana, drama kerap muncul. Penonton yang semula tanpa letih mendendangkan yel-yel kegembiraan seketika terdiam saat wasit meniup peluit panjang.
Pertandingan usai, peperangan pun selesai. Di saat tim pemenang merayakan kemenangan, di sisi lain, sebelas lelaki dengan seragam yang berbeda duduk terkulai. Mereka, yang sebelumnya gagah luar biasa, menjadi rapuh. Kepala tertunduk dan mata yang memerah.
Di Piala Dunia 1990, di layar televisi terlihat Diego Maradona, sang jenius karismatis, tapi juga licik, tak bisa menahan kedukaan saat Argentina kalah oleh Jerman Barat di final. "Saya tidak akan pernah melupakan peristiwa yang membuatku dan seluruh negeri menangis," kata Maradona mengomentari tangisannya itu. Pemandangan berbeda terjadi empat tahun sebelumnya, saat dia membawa timnya menjadi juara.

Drama tak kalah mengenaskan ditampilkan Paul Gascoigne. Gelandang elegan Inggris ini menangis tak henti-henti saat mereka dikandaskan Jerman Barat di semifinal. Padahal, kita tahu, Gazza adalah gelandang yang penuh tenaga dan juga temperamental.
Ternyata keberingasan dan kebengalannya itu luluh dan berganti menjadi duka. Dia pun tak dapat menahan derai air matanya. "Sejak kecil, aku selalu bermimpi untuk bermain di Piala Dunia," katanya. Malam itu, di Napoli, semuanya buyar. "Saya tidak tahu cara untuk menahan tangis di malam itu."

Sepak bola telah memberikan segalanya bagi televisi. Sepak bola menampilkan aksi indah Cristiano Ronaldo, kelihaian dan kejeniusan Lionel Messi, atau kecantikan permainan Kaka.
Kini televisi melengkapinya dengan sempurna. Persis seperti yang disebut Stafford Heginbotham, pemilik klub Bradford di Inggris, sepak bola tak ubahnya opera. Di sana tersaji sebuah dunia yang murung, penuh sedu-sedan, dan hampa.

Irfan Budiman

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mantan Gelandang Jerman Mesut Ozil Umumkan Pensiun dari Sepak Bola

22 Maret 2023

Mesut Ozil. REUTERS/Kenan Asyali
Mantan Gelandang Jerman Mesut Ozil Umumkan Pensiun dari Sepak Bola

Mesut Ozil pensiun dari timnas Jerman pada 2018 di tengah debat politik tentang imigran.


Mantan Gelandang Real Madrid dan Juventus Sami Khedira Pensiun

20 Mei 2021

Juventus mendapatkan Sami Khedira secara gratis setelah kontraknya tidak diperpanjang oleh Real Madrid pada 2015. Hingga saat ini Khedira tetap jadi andalan di lini tengah Juventus. Instagram/@sami_khedira6
Mantan Gelandang Real Madrid dan Juventus Sami Khedira Pensiun

Sami Khedira mengundurkan diri sebagai pesepakbola profesional. Cedera membuat dia harus menyerah di usia 34 tahun.


Piala Dunia 2022 Digelar di Qatar: 6 Hal yang Penting Diketahui

17 Juli 2018

Kiper sekaligus kapten Prancis, Hugo Lloris, memegang trofi Piala Dunia saat pesta penyambutan di Istana Presiden Elysee, Paris, 16 Juli 2018. (Ludovic Marin/Pool Photo via AP)
Piala Dunia 2022 Digelar di Qatar: 6 Hal yang Penting Diketahui

Piala Dunia 2018 sudah berakhir dan yang selanjutnya akan digelar di Qatar pada 2022.


Laporan Tempo dari Rusia: Angkutan Kota Andalan Meliput

7 Juli 2018

Laporan Tempo dari Rusia.
Laporan Tempo dari Rusia: Angkutan Kota Andalan Meliput

Selama meliput perhelatan Piala Dunia 2018, angkutan publik bisa jadi andalan.


Piala Dunia 2018: Denmark Kalahkan Peru, Kasper Schmeichel Dipuji

17 Juni 2018

Ekspresi kiper Leicester, Kasper Schmeichel, dalam pertandingan Liga Inggris melawan Aston Villa di Stadion Villa Park, 16 Januari 2016. Reuters / Darren Staples
Piala Dunia 2018: Denmark Kalahkan Peru, Kasper Schmeichel Dipuji

Kasper Schmeichel mendapat pujian dari Denmark mengalahkan Peru dalam Piala Dunia 2018.


3 Negara Ini Ajukan Jadi Tuan Rumah Bersama Piala Dunia 2026

11 April 2017

Ilustrasi sepak bola. Benevolat.org
3 Negara Ini Ajukan Jadi Tuan Rumah Bersama Piala Dunia 2026

Amerika Serikat, Meksiko, dan Kanada mengajukan penawaran bersama untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2026.


Real Madrid Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

15 Desember 2016

Striker klub Real Madrid, Cristiano Ronaldo membawa bola saat ikuti sesi latihan bersama rekan setimnya di Yokohama, Jepang, 14 Desember 2016. REUTERS
Real Madrid Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

Real Madrid berhasil menundukan Club America pada semifinal Piala Dunia Antar Klub dengan skor 2-0. Karim Benzema dan Cristiano Ronaldo jadi pahlawan.


River Plate Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

16 Desember 2015

FIFA (Federation Internationale de Football Association). (logos.wikia.com)
River Plate Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

River Plate akan menantang pemenang laga antara Barcelona vs Guangzhou Evergrande di babak final. Laga itu akan berlangsung besok.


Kolombia: Tanpa Suarez, Uruguay Tetap Berbahaya

14 Oktober 2015

Reaksi pemain Uruguay, Luis Suarez, setelah gagal mencetak gol  dalam pertandingan persahabatan melawan Kosta Rika di Montevideo, Uruguay, 13 November 2014. Uruguay kalah lewat adu penalti 6-7. AP/Matilde Campodonico
Kolombia: Tanpa Suarez, Uruguay Tetap Berbahaya

Penyerang andalan Uruguay Luis Suarez masih menjalani larangan
pertandingan karena menggigit Giorgia Chiellini pada Piala
Dunia 2014.


Messi Pinjamkan Nomor Punggungnya untuk Aguero

8 Oktober 2015

Lionel Messi (kiri) dan Sergio Aguero melakukan peregangan jelang pertandingan melawan Belanda pada semifinal piala dunia di Brazil, 8 Juli 2014. REUTERS/Dylan Martinez
Messi Pinjamkan Nomor Punggungnya untuk Aguero

Aguero senang dengan tawaran Messi agar ia mengenakan kaus dengan nomor 10.