Pendapat ini dilontarkan sejumlah sosok ternama dalam sepakbola Afrika menanggapi pertanyaan tentang penyebab keterpurukan tim-tim Afrika di Piala Dunia kali ini.
Dari enam wakil Afrika yang berlaga di Piala dunia pertama yang digelar di benua mereka ini, hanya Ghana yang lolos ke 16 Besar
Menurut gelandang Prancis kelahiran Senegal, Patrick Vieira, para pemain top Afrika seperti Didier Drogba (Pantai Gading) dan Samuel Eto’o (Kamerun) kesulitan untuk bersinar di Afrika Selatan lantaran beban berat yang mereka pikul.
“Ketika mereka bermain di Inter (Milan) atau Chelsea, di sana ada 15 pemain bintang lainnya untuk berbagi tekanan,” kata Vieira dalam jumpa pers di Soccer City, Jumat (25/6).
“Dalam sepakbola, seorang pemain tak bisa memenangi pertandingan … dan merupakan tangung jawab bagi para pemain lainnya untuk tak mengharapkan seorang bintang bisa membuat perbedaan,” tambah gelandang yang sukses merebut Piala Dunia 1998 bersama Prancis.
Sebagian besar para pemain top Afrika menghabiskan karir mereka di klub-klub Eropa sehingga menghadapi proses transisi yang cukup mengganggu saat dipanggil untuk membela negara mereka.
“Barangkali, kami tak bermain 100 persen di timnas seperti yang kami lakukan di klub karena roti dan mentega kami berasal dari sana,” kata Kalusha Bwalya, mantan Pemain Terbaik Afrika yang kini menjabat presiden Asosiasi Sepakbola Zambia.
“Para pemain Afrika harus mampu pulang ke tanah air dan memberikan sesuatu dan saya pikir ini sebuah peringatan buat kami,” ujar Bwalya sambil menambahkan bahwa minimnya pelatih Afrika juga merupakan masalah yang harus segera diatasi.
Ketika banyak pemain terbaik Afrika memburu karier di Eropa, sebagian besar timnas di benua itu justru mengimpor pelatih asing. Dari enam tim Afrika di Piala Dunia 2010, lima di antaranya menggunakan jasa pelatih asing.
Beberapa timnas juga melakukan pemecatan dan pergantian pelatih dalam perjalanan menuju Piala Dunia. Kondisi ini sempat mengundang kritikan dari presiden FIFA, Sepp Blatter.
Mantan pemain dan pelatih Afrika Selatan, Jomo Sono, mengatakan banyaknya pelatih asing menyebabkan skuad-skuad menjadi sering mengalami perubahan.
“Ini sesuatu yang salah di Afrika di mana para pelatih lokal hanya bagus untuk Piala Afrika dan saat tiba Piala Dunia kami memakai para pelatih Eropa, kenyatan yang dalam pandangan saya sangat kejam,” tegas Sono.
REUTERS | A RIJAL