TEMPO Interaktif, Sandra datang dengan mengenakan jaket bertulisan "Italy" di punggungnya. Begitu juga dengan dua anak perempuannya yang masih berusia balita. Sebelum pertandingan, wanita berambut sebahu itu mengecat wajah kedua putrinya dengan gambar bendera Italia.
Ketika pertandingan Italia melawan Slovakia sudah dimulai, Kamis lalu itu, ia juga tak sepenuhnya menancapkan konsentrasinya ke pertandingan. Beberapa kali ia masuk ke tenda besar di samping arena itu untuk membeli pizza dan minuman. Sandra saat itu berada di Bedfordview, tempat nonton bareng di daerah Eastgate, Johannesburg. Ia mengaku baru datang dari Italia dan sedang berlibur bersama keluarganya. "Saya memutuskan menonton di sini karena lebih nyaman," katanya.
Di tempat Italia menjadi tuan rumah. Mayoritas pengunjungnya--jumlahnya mencapai ratusan orang--bahkan berasal dari Negeri Pizza. Maklum, tempat nonton bareng itu sehari-harinya memang merupakan klub khusus orang Italia, Italian Club Johannesburg. Berdiri sejak 1989, mereka kini memiliki anggota yang berjumlah ratusan orang.
Tempat nonton bareng itu memang terasa lebih nyaman. Bangku dan meja dipasang berderet. Bir dan berbagai makanan serta minuman lain juga dijajakan di sana.
Yang datang pada sore itu tak seluruhnya anggota klub. Tapi jelas kebanyakan merupakan pendukung Italia. Saat Azzurri kebobolan, suasana pun senyap sesaat. Para pria dan wanita yang wangi-wangi itu kemudian banyak yang asyik berbicara dengan teman sebangkunya mendiskusikan kelemahan Italia.
Ketika pertandingan berakhir, suasana justru lebih mencekam. Italia, sang juara bertahan, harus menyusul Prancis, finalis Piala Dunia 2006, yang tersingkir di babak awal. Tim asuhan Marcello Lippi itu dikalahkan oleh Slovakia 3-2.
Para pengunjung tampak menatap nanar ke layar raksasa saat Fabio Quagliarella, salah satu pemain Italia, menangis. Aura kesedihan kental terasa di tempat itu.