TEMPO Interaktif, Johannesburg - Kiper Republik Cek, Petr Cech, soal bola harusnya tak jadi alasan bagi atas blunder oleh sejumlah kiper dalam Piala Dunia 2010 ini. Saat memberi keterangan bersama dengan mantan kiper Jerman Oliver Kahn dan mantan kiper Argentina Sergio Goycohcea, Cech juga bicara tentang rahasia menahan penalti.
Tempo ikut hadir dalam jumpa pers di Sandton Convention Center, Jumat (25/6), itu. Berikut petikan Tanya jawab Cech dengan wartawan.
Tanya: Siapa calon peraih golden glove (lambang kiper terbaik) kali ini?
Cech: Saat ini memang masih terlalu awal. Di fase knock out ini kualitas kiper akan lebih terelihat dan lebih menentukan keberhasilan tim. Kita akan lihat nanti.
Tanya: Apakah rahasia menahan penalty? Apakah hanya sekedar keberuntungan?
Cech: Penalti adalah pertarungan psikilogis antara pemain dan kiper, juga di dalam pemain itu sendiri. Memang seorang kiper harus melakukan pekerjaan rumah sebelum melakukan tugasnya. Tapi butuh keberanian dan keteguhan mental untuk memastikan hasil persiapan itu berguna di lapangan. Bila kita bergerak terlalu cepat misalnya maka akibatnya kita akan gagal. Seorang kiper jelas harus memiliki keteguhan dan ketenangan untuk memastikan persiapan yang dilakukannya bisa berhasil.
Tanya: Bagaimana ritual anda sebelum melakukan penalti?
Cech: Yang penting kita sudah melakukan pekerjaan rumah kita untuk mengetahui karakter lawan.
Tanya: Benarkan Jabulani membuat tugas kiper jadi lebih sulit?
Cech: Bola memang terus diperbaharui sehingga jauh lebih cepat dan lebih sulit bagi kiper. Saat lawan melakukan umpan silang waktu kiper untuk membuat putusan pun lebih singkat. Bila ia bergerak terlalu cepat maka ia bisa berada dalam posisi salah. Yang terbaik bagi kiper adalah selalu bisa menemukan posisi pas sebelum lawan melakukan umpan silang.
Tanya: Bagaimana pengalaman anda dengan Jabulani?
Cech: Saya sempat merasakan bola itu sekali saat Republik Cek menghadapi Turki dan saya sama sekali tak menemukan masalah. Tapi semua orang tentu punya pendapatnya sendiri. Di liga kita memakai bola yang berbeda-beda toh tetap muncul kesalahan kiper berkarakter sama. Saat itu bola tak pernah disalahkan. Kini saat kita masuk turnamen justru bola yang disalahkan. Setiap tim memakai bola yang sama yang sudah dites. Kita pun bisa berlatih untuk membiasakan diri.
Nurdin Saleh (Johannesburg)