TEMPO Interaktif, Pretoria - Keceriaan merebak di pusat pelatihan Argentina di kampus Universitas Pretoria. Usai sesi latihan yang dipenuhi canda tawa, Lionel Messi, kembali ke kamar di kompleks asrama. Dia menghabiskan sisa pagi dengan menikmati mate, minuman khas Amerika Latin dari daun yerba mate (llex paraguariensis), bersama teman sekamar, Juan Sebastian Veron.
Messi baru berulang tahun ke 23, empat hari lalu. Rekannya 12 tahun lebih tua. Namun perbedaan usia tidak menghalangi keakraban mereka. "Kami banyak habiskan waktu di kamar, ngobrol sambil minum mate," ujar Veron.
Bukan tanpa alasan pelatih Diego Maradona menempatkan mereka di satu kamar. Kurang dari setahun lalu, Messi bukanlah pujaan publik Argentina. Walaupun menyabet gelar pemain terbaik dunia berkat gol demi gol di klub Barcelona, entah kenapa, si kutu terus menerus gagal menyumbangkan permainan ciamik untuk negaranya.
Sebuah koran setempat melabeli pemain kelahiran Rosario itu sebagai "Pemain Terburuk Argentina". Penampilannya meningkat drastis di Afrika Selatan. Visi, dribel, tembakan, dan umpannya menyihir dunia. Itu tidak terlepas dari "pendekatan kekeluargaan" yang diberikan pelatih.
Maradona, mantan kapten Argentina, membebaskan anak-anak asuhnya untuk berkumpul dengan keluarga dan teman sepanjang turnamen. Kepada Messi, pelatih juga memberi keleluasaan di lapangan. "Selama jadi pemain, saya yang menentukan tempat saya bermain," kata Maradona.
"Jadi saya bebaskan dia untuk memilih posisi." Messi menjawab uluran itu dengan menunjuk posisi di belakang penyerang, pos yang sama dengan Si Tangan Tuhan saat menyabet Piala Dunia 1986. Posisi yang membebaskannya menebar teror di setiap sudut lini pertahanan lawan.
Veron bukan sekedar anggota skuad Maradona. Pemain senior dengan 72 caps itu merupakan tangan kanan sang pelatih, sekaligus pemimpin pemain. Kepada dialah Maradona berkonsultasi untuk mengeluarkan permainan terbaik anak-anak asuhnya.
Veron, yang dipanggil La Brujita atau penyihir kecil, juga yang meminta Maradona untuk ditempatkan sekamar dengan Messi selama di Afrika Selatan. Fungsi sosial dijalankan si penyihir dengan sempurna. "Dia jadi barometer mood Messi," kata Maradona.
Moral sang mega bintang membumbung selama turnamen ini. Maradona bahkan menunjuknya sebagai kapten pengganti saat Mascherano diistirahatkan pada partai melawan Yunani, Rabu lalu. Sekaligus menjadikan Messi sebagai kapten termuda yang pernah memimpin Tim Tango.
"Dia layak mendapatkan ini setelah dihujam kritik di negaranya," ujar Veron. Senyum kekanakan menghiasi wajah Messi saat menyeruput mate. Senyum yang membawa harapan bagi Argentina, namun berarti teror bagi lawan-lawan mereka di Afrika.
TELEGRAPH | REZA M