TEMPO Interaktif, Johannesburg -Saya bertemu dengan Oliver Kahn dari dekat di Sandton Convention Center, Johannesburg. Ia dikenal sebagai King Kahn dan The Titan karena aura pengaruhnya yang luar biasa kepada lawan. Tapi pada hari itu ia terlihat biasa, kecuali setelah bicara.
Ia lebih pendek dari Petr Cech, kiper Republik Cek, yang Jumat lalu itu melakukan jumpa pers bersama Kahn dan mantan kiper Argentina, Sergio Goycoechea. Tapi saat ia bicara, kita pun tahu ada kualitas lebih pada diri kiper yang pernah memperkuat Jerman sebanyak 86 kali itu.
Kata-katanya tenang, runtut, dan berpengaruh. Ia berbicara dalam bahasa Jerman dan kemudian diterjemahkan oleh petugas khusus. Ia terkadang tertawa kecil di tengah perkataannya. Setelah diterjemahkan, baru sebagian besar wartawan mengerti, lalu ikut tertawa, bahkan bertepuk tangan.
Ia, yang pensiun pada 2008, pada siang itu diminta bicara oleh karena pengalamannya yang segunung dalam hal adu penalti. Piala Dunia 2010 kini sudah mencapai babak 16 besar, dan di setiap pertandingan ada kemungkinan mulai ditentukan oleh adu penalti.
Lelaki berusia 41 tahun itu dikenal karena omongannya yang kerap penuh percaya diri, bahkan terkesan arogan. Saat masih aktif bermain, ia pernah berucap begini, "Tim Jerman harusnya tak takut untuk masuk ke turnamen apa pun. Sejarah menunjukkan bahwa kami bisa menaikkan level permainan ketika dibutuhkan."
Tapi ia tak berani menyebutkan siapa yang akan menang saat negaranya bertemu dengan Inggris di babak 16 besar. "Inggris sangat berpengalaman dengan banyak pemain top. Di tim Jerman, ada banyak pemain muda--beberapa masih belum pengalaman--tapi mereka mampu memainkan kombinasi permainan yang indah, yang tak sepenuhnya berciri sepak bola Jerman. Untuk hasilnya, kita akan lihat."
Nurdin Saleh (Johannesburg)