TEMPO Interaktif, Jakarta - Di sudut kota mana pun di Argentina, tak ada orang yang percaya bahwa riwayat sepak bola berhulu di Inggris. Pakar sejarah sepak bola Bill Murray mengatakan, selama ini banyak yang menyangka sepak bola lahir pada pertengahan abad ke-19 di Inggris. Padahal sepak bola lahir jauh sebelum itu.
FIFA pada 2004 mengesahkan sebuah riwayat yang benar: sepak bola berawal dari daratan Cina. Dalam sebuah dokumen militer disebutkan, sejak 206 Sebelum Masehi, pada masa pemerintahan Dinasti Tsin dan Han, orang-orang sudah bermain sepak bola yang mereka sebut tsu chu. Dinasti Han menggunakan tsu chu untuk melatih fisik tentara mereka.
Saat sejarah itu disahkan FIFA, Diego Armando Maradona berkomentar, "Sudah kubilang, Inggris tak punya hak apa pun terhadap sepak bola."
Maradona memang begitu sengit setiap kali bercerita tentang sejarah sepak bola Argentina yang sering dikaitkan dengan Inggris. Sejarawan mana pun menyebut Argentina mengenal sepak bola dari para pelaut Inggris dan para buruh jaringan kereta api. Kolonialisme Inggris telah bercokol di negara itu sejak abad ke-19. Mereka mengeksploitasi semua sumber daya: jaringan kereta api, bank, dermaga, toko swalayan, hingga budaya.
Kegemaran bermain polo dan minum teh pada sore hari, misalnya, merupakan contoh khas kebiasaan orang Inggris di tanah Argentina. Sepak bola juga demikian. Liga sepak bola modern yang pertama kali digelar di London pada 1879 dengan cepat ditularkan ke Buenos Aires beberapa tahun kemudian. Sejarawan David Downing menyatakan, "Semuanya dikuasai, kecuali nama."
Tapi bagi Maradona, akar sepak bola Inggris di Argentina tak pernah nyata. Ia menyebutkan, liga sepak bola pertama di Inggris digagas oleh seorang kepala sekolah Inggris di Buenos Aires. Ini berarti ada "pengaruh Argentina" dalam sejarah kompetisi sepak bola modern. Gaya kick and rush yang menjadi ciri khas sepak bola Inggris dan telah berumur lebih dari satu abad juga tak berjejak sama sekali di Negeri Tango itu. Argentina memiliki gaya sendiri: gambeta.
Menurut Maradona, gambeta telah diwariskan secara turun-temurun. Gambeta adalah atraksi menggiring bola di antara pemain pertahanan lawan. Gaya inilah yang diperagakan Maradona ketika menggiring bola melewati tujuh pemain Inggris, sendirian, pada perempat final Piala Dunia 1986. Gaya ini pula yang menonjol dalam permainan Lionel Messi dan kawan-kawan pada Piala Dunia kali ini. "Sepak bola sudah menjadi milik sah rakyat Argentina," kata pelatih Argentina ini. Ia menyebutnya sebagai "la nuestra" atau "milik kami".
Dengan spirit la nuestra ini Maradona dan kawan-kawan menghancurkan Inggris, 24 tahun lalu melalui gambeta dan "gol tangan Tuhan". Sutradara Emir Kusturica, yang membuat film Maradona by Kusturica, menyebutkan bahwa "gol tangan Tuhan" Maradona itu sebagai gol politis--gol balas dendam terhadap serbuan Inggris ke Kepulauan Malvinas pada 1982.
Di film ini, Kusturica mencampurkan adegan gol dengan gambar kapal perang Inggris yang tengah membombardir Malvinas. Gambar itu diselingi pidato Perdana Menteri Inggris Margareth Thatcher dan Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan. Kusturica lalu menyuntikkan lagu God Save The Queen milik The Sex Pistols: God save the queen/The fascist regime/They made you a moron.
"Si Tangan Tuhan" memang mengaitkan gol itu dengan kebenciannya pada aneksasi Inggris di tanah Malvinas. Ia menceritakan reaksi setengah hati teman-temannya saat merayakan gol. Sambil memeluk, mereka berucap, "Kita telah merampok mereka." Maradona menenangkan para pemain Argentina, "Tak apa-apa, kita yang merampok dari pencuri akan mendapat pengampunan dari Tuhan."
Kita tidak tahu apakah Argentina akan kembali memperoleh ampunan Tuhan bila mereka kembali bertemu dengan Inggris--tentu setelah mereka menang melawan Meksiko dan Inggris mengalahkan Jerman di babak 16 besar hari ini--atau sebaliknya mendapat hukuman dari Tuhan? Klaim hak atas sepak bola mungkin kembali berkobar dalam pertandingan yang akan sangat emosional nanti.
Yos Rizal Suriaji, Wartawan Tempo