TEMPO Interaktif, Johannesburg - Menyaksikan pertandingan perempat final antara Ghana dan Uruguay di Stadion Soccer City Johanneburg, Jumat (2/6) malam, jadih lebih melelahkan bagi para suporter. Tempo pun ikut merasakannya.
seperti sebelumnya, para suporter diharuskan memarkir mobilnya di tempat parkir yang sudah ditunjuk pantia yang letaknya jauh dari stadion lalu menuju tempat pertandingan dengan bus. Sebelumnya Tempo sempat beberapa kali memanfaatkan bus suporter yang berangkat dari Wits University untuk ke stadion dan tak pernah menemui kandala.
Tapi sore itu penjagaan jadi lebih ketat. Tempo dan satu wartawan Indonesia lain sempat lama berdebat dengan sepasang petugas yang menjaga pintu gerbang. Mereka berkeras hanya yang memiliki karcis parkir yang boleh masuk. Mereka tetap tak peduli meski kami menyebut berasal dari media.
Setelah petugas lain datang dan memeriksa pengenal kami dan tahu bahbwa kami adalah jurnalis, baru kami disilahkan melewati gerbang. Petugas laki-laki berbadan raksasa yang tadi melarang membuka pintu sambil mengomel. "Mengapa tak bilang dari tadi kalau kalian jurnalis," katanya. Saya mau membantah dan menyatakan sudah berkali-kali menyebut kami dari media, tapi akhirnya memilih menahan diri dan segera masuk gerbang.
Sampai ke stadion keadaan berbeda juga saya temukan. Di babak sebelumnya pihak panitia membiarkan bus menurunkan penumpang tak jauh dari pintu masuk stadion. Tapi kali ini bus itu diparkir di tempat yang sangat jauh. Para suporter pun harus berjalan sekitar empat kilo meter untuk mencapai pintu masuk. Nantinya, saat keluar stadion, jarak sama juga harus mereka tempuh.
Yang menarik di sepanjang jalan itu ternyata banyak pedagang yang menggelar dagangannya. Mereka adalah pedagang resmi karena menggunakan tanda pengenal resmi yang tergantung di lehernya. Tiga pedatang vuvuzela yang berkeliaran di jalanan, yang tampaknya tak mengantongi ijin serupa, langsung didatangi dan diusir polisi.
Saat masuk stadion pemeriksaan pun lebih ketat dari biasanya. Bila sebelumnya petugas kemanan swasta yang melakukannya, kini polisilah yang bertugas. Panitia memang memutuskan memutus kontrak kemanan swasta itu setelah mereka berdemo karena menuntut upah yang lebih tinggi.
Para polisi itu sangat teliti menggeledah dan memeriksa tas tiap pengunjung yang masuk. Polsisi yang menggeledah Tempo bahkan tangannya sempat beberapa kali naik turun ke sekujur badan. Tas pun tak luput ditelisik tiap kantungnya. Saat melihat laptop, mereka masih bertanya apa itu meski pun sudah jelas bentuknya.
Nurdin Saleh (Johannesburg)