Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tamasya Kuliner Empat Perjamuan

image-gnews
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta - Selama tiga minggu meliput Piala Dunia 2010, saya beberapa kali diundang ke perjamuan makan oleh tiga warga asli Afrika Selatan dan satu keluarga Indonesia yang tinggal di Johannesburg. Kesempatan itu, selain menjadi jalan untuk mengenal lebih dekat ragam masakan Afrika Selatan, untuk melampiaskan rasa kangen pada makanan Indonesia.

Persentuhan pertama dengan budaya keluarga Afrika Selatan saya dapatkan di keluarga Kemal Yassar. Ia pria berdarah Albania yang memegang dua kewarganegaraan: Turki dan Afrika Selatan. Tapi mantan pelaut itu sudah 20 tahun tinggal di Afrika Selatan dan menikah dengan Farida, warga lokal berdarah campuran antara India, Melayu, Irlandia, serta Prancis.

Kemal, yang tinggal di daerah Bosmont--permukiman yang dihuni mayoritas muslim keturunan India dan Melayu--mengundang karena keponakan perempuannya merayakan ulang tahun ke-17. "Dalam keluarga kami, ada tiga acara yang selalu diperingati, yakni ulang tahun pertama, ulang tahun ke-17, serta perkawinan," kata Kemal.

Acara ulang tahun itu dihadiri keluarga dekat mereka. Jumlahnya tak kurang dari 30 orang. "Ini belum seberapa. Bila berkumpul semua, jumlah anggota keluarga kami bisa mencapai 300 orang,” kata Kemal, yang bekerja sebagai teknisi listrik.

Saya pun melihat sebuah keluarga yang serba majemuk: ada wajah India, Arab, Melayu, dan kulit putih. Semua rukun dan saling melempar canda.

Makanan yang disajikan pada siang itu lebih banyak bergaya India. Datangnya bertahap, dan membuat perut lambat laun mengembung dengan maksimal. Perjamuan itu dimulai dengan hidangan sup ayam campur jagung. Rasanya hangat dan nikmat di tengah siang yang dingin.

Sup habis, keluarlah kue-kue.

Ada satu jenis kue yang unik dan berbeda. Namanya samoosa. Seperti risoles yang berbentuk segitiga, kue itu dilengkapi isi yang rasanya serupa martabak, tapi mengandung sensasi pedas.

Berikutnya keluar hidangan utama. Itulah roti dengan sosis bakar (braai). Ya, tak berbeda dengan hot dog yang kita kenal. Tapi saya merasa sosis di Afrika Selatan ini agak berbeda. Rasanya lebih nikmat dengan bumbu bakaran yang beragam, begitu pula tingkat pedasnya.

Saya, yang biasanya agak enggan menyantap jenis makanan ini, bisa dengan lahap memakannya tanpa berteman nasi.

Ketika hidangan kedua tandas, keluar hidangan berikutnya: kue-kue lagi. Setelah itu, diedarkan permen dan manisan khas India. Terakhir, saat perut sudah mengembung, saya pun diharuskan mencicipi kue ulang tahun yang masih disambung oleh sajian teh susu (teh tarik).

Pada perjamuan kedua, saya mengenal lebih jauh soal makanan Afrika Selatan. Irfaan Gillan, pemilik tiga butik mewah yang juga tinggal di daerah Bosmont, mengundang makan siang. Keluarganya—ia memiliki dua putra berusia sekitar 20 tahun—menyajikan makan siang yang berbeda dibandingkan dengan di rumah Kemal.

Ada terhidang chicken briyani, nasi ayam yang rasanya persis nasi kebuli khas Timur Tengah. Ada juga braai sosis dan iga kambing yang empuk. Bermacam-macam sayur terhidang mentah untuk dijadikan salad, tapi ada juga yang sudah direbus bersama ubi-ubian.

Yang istimewa, mereka juga menyajikan paps, yaitu nasi tepung maizena yang oleh penduduk Afrika Selatan kerap disantap sebagai pengganti nasi. Bentuk paps ini persis seperti bubur beras yang agak padat, tapi rasanya lebih mendekati nasi uduk karena sudah diberi bumbu. Bila bumbunya masih kurang nendang, juga disediakan saus khusus untuk mencampuri paps itu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Seusai acara makan, saya diajak ke kebun belakang rumah. Sekadar info, rumah di Afrika Selatan umumnya memiliki tanah luas mencapai 250 meter persegi. Di samping kolam renang mungil, saya kembali dihadapkan pada menu lain kue dan puding serta teh.

Dari acara makan di dua keluarga itu, saya pun menangkap kebiasaan makan info, rumah di Afrika Selatan umumnya memiliki tanah luas mencapai 250 meter persegi. Di samping kolam renang mungil, saya kembali dihadapkan pada menu lain kue dan puding serta teh.

Dari acara makan di dua keluarga itu, saya pun menangkap kebiasaan makan yang sama: betapa takaran makan mereka cukup besar.

Perjamuan berikutnya saya alami di Nelspruit, 400 kilometer dari Johannesburg. Undangan Bobby Shabangu, warga lokal yang pernah dua tahun belajar di Sekolah Tinggi Seni Indonesia Padang Panjang, memungkinkan saya tahu lebih jauh soal masakan lokal.

Saya sarapan di rumah Bobby dan agak kaget karena hanya mendapati roti. “Buns,”Bobby menyebut nama roti itu dalam bahasa setempat. Rasanya seperti bolu, tapi bentuknya agak keras dan terasa aroma jahe saat digigit.

Bujang berusia 31 tahun itu mengajak saya memakannya sambil meminum teh, tapi hanya mendapati air panas dan gula. Saya sungkan bertanya apakah begitu kebiasaan sarapan keluarganya.

Kemudian di jalan, saat menuju lokasi safari Kruger Park, kami sempat mampir di warung sederhana berlantai tanah. Di sana kami menyantap paps berteman ramtutu. Bobby menyebutkan, ramtutu adalah salah satu makanan favorit warga setempat.

Ramtutu tak lain adalah ayam berkuah, persis seperti opor ayam di Indonesia. Rasanya pun tak jauh berbeda, tapi bagi lidah saya agak terlalu manis.

Perjamuan keempat saya cecap di kediaman Sariat Arifia, pengusaha shipping dan forwarding asal Indonesia. Ia sejak dua tahun lalu tinggal di Afrika Selatan dan menetap di Greenstone, Johannesburg.

Di kediaman Sariat ini, saya pun bisa merasakan masakan Indonesia hasil masakan Ana Silviana, istri Sariat. Ada bakso, sup daging, telur dadar, dan tentu saja sambal. Menu tambahannya juga istimewa: braai sosis dan daging kambing. Makan malam itu terasa maknyus, membuat saya sejenak terlupa rasa kangen kepada Tanah Air.

NURDIN SALEH (JOHANNESBURG)

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mantan Gelandang Jerman Mesut Ozil Umumkan Pensiun dari Sepak Bola

22 Maret 2023

Mesut Ozil. REUTERS/Kenan Asyali
Mantan Gelandang Jerman Mesut Ozil Umumkan Pensiun dari Sepak Bola

Mesut Ozil pensiun dari timnas Jerman pada 2018 di tengah debat politik tentang imigran.


Mantan Gelandang Real Madrid dan Juventus Sami Khedira Pensiun

20 Mei 2021

Juventus mendapatkan Sami Khedira secara gratis setelah kontraknya tidak diperpanjang oleh Real Madrid pada 2015. Hingga saat ini Khedira tetap jadi andalan di lini tengah Juventus. Instagram/@sami_khedira6
Mantan Gelandang Real Madrid dan Juventus Sami Khedira Pensiun

Sami Khedira mengundurkan diri sebagai pesepakbola profesional. Cedera membuat dia harus menyerah di usia 34 tahun.


Piala Dunia 2022 Digelar di Qatar: 6 Hal yang Penting Diketahui

17 Juli 2018

Kiper sekaligus kapten Prancis, Hugo Lloris, memegang trofi Piala Dunia saat pesta penyambutan di Istana Presiden Elysee, Paris, 16 Juli 2018. (Ludovic Marin/Pool Photo via AP)
Piala Dunia 2022 Digelar di Qatar: 6 Hal yang Penting Diketahui

Piala Dunia 2018 sudah berakhir dan yang selanjutnya akan digelar di Qatar pada 2022.


Laporan Tempo dari Rusia: Angkutan Kota Andalan Meliput

7 Juli 2018

Laporan Tempo dari Rusia.
Laporan Tempo dari Rusia: Angkutan Kota Andalan Meliput

Selama meliput perhelatan Piala Dunia 2018, angkutan publik bisa jadi andalan.


Piala Dunia 2018: Denmark Kalahkan Peru, Kasper Schmeichel Dipuji

17 Juni 2018

Ekspresi kiper Leicester, Kasper Schmeichel, dalam pertandingan Liga Inggris melawan Aston Villa di Stadion Villa Park, 16 Januari 2016. Reuters / Darren Staples
Piala Dunia 2018: Denmark Kalahkan Peru, Kasper Schmeichel Dipuji

Kasper Schmeichel mendapat pujian dari Denmark mengalahkan Peru dalam Piala Dunia 2018.


3 Negara Ini Ajukan Jadi Tuan Rumah Bersama Piala Dunia 2026

11 April 2017

Ilustrasi sepak bola. Benevolat.org
3 Negara Ini Ajukan Jadi Tuan Rumah Bersama Piala Dunia 2026

Amerika Serikat, Meksiko, dan Kanada mengajukan penawaran bersama untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2026.


Real Madrid Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

15 Desember 2016

Striker klub Real Madrid, Cristiano Ronaldo membawa bola saat ikuti sesi latihan bersama rekan setimnya di Yokohama, Jepang, 14 Desember 2016. REUTERS
Real Madrid Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

Real Madrid berhasil menundukan Club America pada semifinal Piala Dunia Antar Klub dengan skor 2-0. Karim Benzema dan Cristiano Ronaldo jadi pahlawan.


River Plate Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

16 Desember 2015

FIFA (Federation Internationale de Football Association). (logos.wikia.com)
River Plate Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

River Plate akan menantang pemenang laga antara Barcelona vs Guangzhou Evergrande di babak final. Laga itu akan berlangsung besok.


Kolombia: Tanpa Suarez, Uruguay Tetap Berbahaya

14 Oktober 2015

Reaksi pemain Uruguay, Luis Suarez, setelah gagal mencetak gol  dalam pertandingan persahabatan melawan Kosta Rika di Montevideo, Uruguay, 13 November 2014. Uruguay kalah lewat adu penalti 6-7. AP/Matilde Campodonico
Kolombia: Tanpa Suarez, Uruguay Tetap Berbahaya

Penyerang andalan Uruguay Luis Suarez masih menjalani larangan
pertandingan karena menggigit Giorgia Chiellini pada Piala
Dunia 2014.


Messi Pinjamkan Nomor Punggungnya untuk Aguero

8 Oktober 2015

Lionel Messi (kiri) dan Sergio Aguero melakukan peregangan jelang pertandingan melawan Belanda pada semifinal piala dunia di Brazil, 8 Juli 2014. REUTERS/Dylan Martinez
Messi Pinjamkan Nomor Punggungnya untuk Aguero

Aguero senang dengan tawaran Messi agar ia mengenakan kaus dengan nomor 10.