Pemain yang menggunakan nomor punggung 10 biasanya mendapatkan cap sebagai pemain kelas elit, bahkan hampir diklaim sebagai pemain keramat. Lihat saja penampilan legenda-legenda lapangan hijau seperti Pele bersama Brasil, Diego Maradona (Argentina) dan Zinedine Zidane (Prancis) yang tampil brilian di Piala Dunia 1998.
Sementara orang-orang Brasil memanggil pemain yang menggunakan kostum nomor 10 dengan istilah 'dez' dan Argentina mengklaimnya dengan 'diez', generasi terbaru pemain nomor keramat itu gagal meneruskan langkah apik para pendahulunya.
Salah satu contoh pemain yang menggunakan nomor 10 adalah Kaka. Pemain saleh ini datang di Piala Dunia dengan harapan mengukir namanya di Afrika Selatan meski datang dengan cedera lutut yang selama semusim lalu mengganggunya di Real Madrid.
Namun, tak seperti Pele yang sukses menjaringkan lebih dari seribu gol, Kaka gagal mengangkat nama Brasil di tanah Afrika. Tampil pada lima laga, pengatur serangan itu tak mampu mencetak gol. Ditotal pemain 28 tahun itu hanya mampu menelurkan tiga assist tanpa mencetak satu gol pun, membuat fan fanatiknya kecewa.
Keadaan yang sama dialami Lionel Messi. Datang ke Afrika Selatan dengan cap pemain terbaik dunia, El Pulga gagal mengemban tugasnya sebagai ujung tombak Argentina, tampil di Piala Dunia keduanya. Empat tahun lalu penyerang Barcelona itu dipaksa melihat rekan setimnya kalah dari Jerman lewat adu penalti setelah gagal menjadi starter. Namun, Messi yang tembakannya kerap melebar dipaksa melihat Argentina dipermalukan ketika Jerman menghancurkan mereka 4-0 di perempat final.
Situasi di Inggris hampir sama. Wayne Rooney, yang berada di belakang Didier Drogba sebagai pencetak gol terbanyak di Liga Primer Inggris (26 gol) gagal menghidupkan tajinya menyamai atau melampaui rekor legenda The Three Lions Geoff Hurst yang sukses mecentak hattrick di final Piala Dunia 2006.
Tampil seperti tak bertenaga, Rooney kerap kesulitan mengembangkan permainannya. Hasilnya, Inggris dipaksa tersingkir di 16 besar setelah dihajar Jerman 4-1.
Performa buruk pemain yang menggunakan nomor punggung 10 juga dialami di Prancis dan Italia. Sidney Govou dan Antonio Di Natale tampil mengecewakan jika dibandingnkan pendahulunya seperti Zidane atau veteran finalis Piala Dunia 1994 Roberto Baggio.
Performa agak lumayan ditampilkan Landon Donovan yang menyumbangkan buat Amerika Serikat. Penampilan Diego Forlan bersama Uruguay juga masih akan bisa dilihat setelah timnya melaju untuk berhadapan dengan Belanda di semif final.
Cesc Fabregas, yang kerap turun sebagai pemain cadangan Spanyol masih belum memuaskan penggemarnya. Bermain selama setengah jam melawan Paraguay di perempat final, pemain yang masih diincar Barcelona itu kembali gagal menghidupkan performanya di Afrika Selatan. Ini berbeda dengan penampilan yahud Wesley Sneijder bersama Belanda. Performanya melonjak tajam ketika menjadi bintang lapangan ketika Oranye menyingkirkan Brasil dengan skor 2-1 setelah sempat tertinggal lewat gol cepat Robinho. Pemain bermata biru itu buktinya sukses mencetak empat gol.
Belanda memang dipaksa mengakhiri mimpinya untuk memenangkan gelar Piala Dunia pad 1974 dan 1978. Namun, kini kunci permainan skuad Bert van Marwijk sepenuhnya berada pada Sneijder untuk menghidupkan peluang meraih gelar juara dan kembali mengobarkan pamor pemain dengan nomor punggung 10.
AP | BAGUS WIJANARKO