Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pendekar Kehilangan Jurus

image-gnews
Dunga. REUTERS/Paulo Whitaker
Dunga. REUTERS/Paulo Whitaker
Iklan

TEMPO Interaktif, Jakarta - Dosa terbesar Dunga bukanlah gagal membawa Piala Dunia ke Brasil. Sebuah tim besar, berpengalaman, dan memiliki pemain bintang bisa saja kalah oleh sebab apa pun. Kekalahan--seperti juga kemenangan--adalah hal yang alami. Bukan dosa.

Dosa terbesar Dunga adalah memilih jalan yang salah untuk kalah. Dunga meninggalkan akar sepak bola Brasil dan mencoba gaya Eropa. Sepak bola indah (jogo bonito), yang mengandalkan skill individu, digantikan oleh permainan cepat dan bola panjang. Bagi Dunga, gaya itu tak penting, karena kemenangan hanya bisa diraih dengan bermain efisien serta taktis.

Dunga salah. Dia kalah. Dan untuk memahami kenapa dia salah, ada dua penggambaran yang tepat:


1. Brasil seperti pendekar pencak silat yang dipaksa bermain tinju.

Seandainya saja Dunga pernah belajar silat, dia mungkin lebih paham bahwa gaya tetaplah penting. Bukan untuk menghibur penonton, tapi untuk mendapatkan kemenangan. Orang bermain silat itu seperti menari, berlenggak-lenggok. Tampak buang waktu dan kebanyakan gaya. Tapi, bagi orang Indonesia yang mungil, jurus dengan kembangan (dekorasi) adalah senjata mematikan untuk musuh yang lebih besar.

Bayangkan seandainya seorang pendekar silat dipaksa bermain tinju hanya karena gurunya baru menonton Mike Tyson bertarung. "Tyson itu enggak kebanyakan gaya. Jebret-jebret, enggak sampai satu ronde lawan tepar. Efisien," kata sang pelatih. Saat duel bebas terjadi, sang pesilat langsung KO karena lawannya adalah petinju kelas berat berbadan tinggi besar.

Permainan Eropa yang cepat dan menerapkan bola panjang sepintas lalu terlihat efektif. Tapi itu sebenarnya hanya efektif untuk pemain Eropa. Di Jerman, mereka tahu, gaya bermain lewat sayap dan bola lambung memang cocok dengan kelebihan (postur tinggi) dan kelemahan (tidak jago menggiring) yang mereka miliki. Selain itu, efisiensi dalam bidang apa pun sudah mendarah daging dalam kehidupan di Jerman. Mereka tak kesulitan menerjemahkannya dalam sepak bola.

Untuk meredam permainan Eropa itulah jogo bonito, yang mengandalkan skill individu, tercipta. Gaya itu adalah cara untuk mengakali postur tubuh mereka yang tak setinggi orang Eropa. Layaknya silat.

Tapi bukankah para pemain Brasil juga sudah terbiasa dengan gaya Eropa karena bermain di klub-klub benua itu? Benar, tapi kebanyakan mereka bermain di klub negara-negara Eropa Selatan, seperti Spanyol dan Italia, yang permainan taktis dan efisiennya tak sekental Jerman atau Inggris. Lagi pula, di sana mereka menjadi pelengkap. Mesin besarnya tetap dijalankan oleh pemain Eropa sendiri.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

2. Brasil itu seperti Barbie yang dilarang berdandan.

Brasil itu persis Barbie dalam bayangan para gadis: cantik dan berprestasi. Selama ini, kedua hal itu saling melengkapi. Lalu datang ayah tiri yang main perintah: "Enggak usah bersolek, kemayu. Belajar saja." Barbie mengurung diri di dalam kamar, sedih, tertekan, dan prestasinya pun menurun drastis.

Bagi sebagian gadis, terlalu banyak bersolek memang bisa memecah konsentrasi dan menggerus prestasi. Tapi, jika ada gadis yang selalu berdandan tapi prestasinya oke-oke saja, apa perlu dia dilarang bersolek?

Inti dari perumpamaan itu adalah kenapa harus dilarang bermain cantik jika dengan permainan cantik itu mereka bisa berprestasi? Lima kali juara dunia dengan jogo bonito, apa itu bukan bukti kuat? Terakhir mereka merebutnya pada 2002. Perkembangan sepak bola dalam delapan tahun terakhir juga tak terlalu drastis. Jadi apa inti larangan itu?

Jogo bonito bukan diciptakan oleh Pele, yang ingin gaya dan sok pamer skill individu. Permainan itu tercipta dari jalanan kota-kota Brasil yang berdebu. Permainan yang mengandalkan kutak-kutik itu sudah menjadi karakter, mengalir dalam darah. Larangan Dunga bermain indah pada akhirnya memutus kenyamanan itu.

Seperti menyuruh punkers pemberontak memakai tuksedo, dasi kupu-kupu, dan rambut klimis. Enggak betah, pasti!

Qaris Tajudin, Wartawan Tempo

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mantan Gelandang Jerman Mesut Ozil Umumkan Pensiun dari Sepak Bola

22 Maret 2023

Mesut Ozil. REUTERS/Kenan Asyali
Mantan Gelandang Jerman Mesut Ozil Umumkan Pensiun dari Sepak Bola

Mesut Ozil pensiun dari timnas Jerman pada 2018 di tengah debat politik tentang imigran.


Mantan Gelandang Real Madrid dan Juventus Sami Khedira Pensiun

20 Mei 2021

Juventus mendapatkan Sami Khedira secara gratis setelah kontraknya tidak diperpanjang oleh Real Madrid pada 2015. Hingga saat ini Khedira tetap jadi andalan di lini tengah Juventus. Instagram/@sami_khedira6
Mantan Gelandang Real Madrid dan Juventus Sami Khedira Pensiun

Sami Khedira mengundurkan diri sebagai pesepakbola profesional. Cedera membuat dia harus menyerah di usia 34 tahun.


Piala Dunia 2022 Digelar di Qatar: 6 Hal yang Penting Diketahui

17 Juli 2018

Kiper sekaligus kapten Prancis, Hugo Lloris, memegang trofi Piala Dunia saat pesta penyambutan di Istana Presiden Elysee, Paris, 16 Juli 2018. (Ludovic Marin/Pool Photo via AP)
Piala Dunia 2022 Digelar di Qatar: 6 Hal yang Penting Diketahui

Piala Dunia 2018 sudah berakhir dan yang selanjutnya akan digelar di Qatar pada 2022.


Laporan Tempo dari Rusia: Angkutan Kota Andalan Meliput

7 Juli 2018

Laporan Tempo dari Rusia.
Laporan Tempo dari Rusia: Angkutan Kota Andalan Meliput

Selama meliput perhelatan Piala Dunia 2018, angkutan publik bisa jadi andalan.


Piala Dunia 2018: Denmark Kalahkan Peru, Kasper Schmeichel Dipuji

17 Juni 2018

Ekspresi kiper Leicester, Kasper Schmeichel, dalam pertandingan Liga Inggris melawan Aston Villa di Stadion Villa Park, 16 Januari 2016. Reuters / Darren Staples
Piala Dunia 2018: Denmark Kalahkan Peru, Kasper Schmeichel Dipuji

Kasper Schmeichel mendapat pujian dari Denmark mengalahkan Peru dalam Piala Dunia 2018.


3 Negara Ini Ajukan Jadi Tuan Rumah Bersama Piala Dunia 2026

11 April 2017

Ilustrasi sepak bola. Benevolat.org
3 Negara Ini Ajukan Jadi Tuan Rumah Bersama Piala Dunia 2026

Amerika Serikat, Meksiko, dan Kanada mengajukan penawaran bersama untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2026.


Real Madrid Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

15 Desember 2016

Striker klub Real Madrid, Cristiano Ronaldo membawa bola saat ikuti sesi latihan bersama rekan setimnya di Yokohama, Jepang, 14 Desember 2016. REUTERS
Real Madrid Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

Real Madrid berhasil menundukan Club America pada semifinal Piala Dunia Antar Klub dengan skor 2-0. Karim Benzema dan Cristiano Ronaldo jadi pahlawan.


River Plate Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

16 Desember 2015

FIFA (Federation Internationale de Football Association). (logos.wikia.com)
River Plate Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

River Plate akan menantang pemenang laga antara Barcelona vs Guangzhou Evergrande di babak final. Laga itu akan berlangsung besok.


Kolombia: Tanpa Suarez, Uruguay Tetap Berbahaya

14 Oktober 2015

Reaksi pemain Uruguay, Luis Suarez, setelah gagal mencetak gol  dalam pertandingan persahabatan melawan Kosta Rika di Montevideo, Uruguay, 13 November 2014. Uruguay kalah lewat adu penalti 6-7. AP/Matilde Campodonico
Kolombia: Tanpa Suarez, Uruguay Tetap Berbahaya

Penyerang andalan Uruguay Luis Suarez masih menjalani larangan
pertandingan karena menggigit Giorgia Chiellini pada Piala
Dunia 2014.


Messi Pinjamkan Nomor Punggungnya untuk Aguero

8 Oktober 2015

Lionel Messi (kiri) dan Sergio Aguero melakukan peregangan jelang pertandingan melawan Belanda pada semifinal piala dunia di Brazil, 8 Juli 2014. REUTERS/Dylan Martinez
Messi Pinjamkan Nomor Punggungnya untuk Aguero

Aguero senang dengan tawaran Messi agar ia mengenakan kaus dengan nomor 10.