TEMPO Interaktif, Johannesburg: Sebagai pemain veteran yang mempunyai sisa satu pertandingan untuk dimainkan, kapten Belanda Giovanni van Bronckhorst ingin menghidupkan impian masa kecilnya: mengangkat trofi Piala Dunia.
“Ketika saya kecil, Anda mengikuti tiap pertandingan Piala Duinia. Dan ketika piala diangkat, itu adalah momen spesial,” kata Bronckhorst yang baru-baru ini mengaku berdarah Maluku, Minggu (11/7).
“Setelah peluit panjang dibunyikan dan semuanya telah ditentukan, masih ada selebrasi yang tertunda sampai kapten tim berjalan sebagai pemain tim pemenang yang terakhir mendapat kalungan medali dan akhirnya menerima trofi. Setelah itu pesta baru benar-benar dimulai,” Vronckhorst menerangkan.
Momen indah itu dialami Fabio Cannavaro empat tahun lalu bersama Italia. Tapi tradisi kembali 80 tahun. Pemain berusia 35 tahun itu mempunyai pemain favoritnya sendiri: legenda Argentina Diego Maradona di Piala Dunia 1986, Dunga bersama Brasil di Piala Dunia 1994 dan Cafu di Piala Dunia 2002.
Ini mengundang sedikit kejutan bahwa Dunga ketika masih aktif bermain berposisi sebagai gelandang bertahan dan Cafu bek kanan. Bronckhorst terbiasa berperan pada kedua posisi yang sempat dilakoni dua legenda lapangan hijau itu. “Hanya beberapa pemain penting yang bisa melakukan hal itu. Jadi ini adalah impian buat saya untuk bisa mengangkat trofi Piala Dunia,” harapnya.
Menurut Bronckhorts, jika seseorang boleh bermimpi mengapa tidak membawanya selangkah lebih maju. Pemain Feyenoord itu ingin menerima trofi dari penerima Hadiah Nobel Nelson Mandela. “Itu akan membuat semakin spesial. Itu akan indah jika saya bisa mengangkat trofi dari Mandela. Ini permintaan yang hampir terlalu banyak yang bisa diminta seorang pria pada pertandingan terakhir internasionalnya,” tegasnya.
Gio-panggilan akrab Bronckhorst telah mundur dari dunia sepak bola dan akan tampil pada laga ke-106 dan final terakhir pertandingan internasional setelah berkarier selama 14 tahun.
AP | BAGUS WIJANARKO