Hingga kini belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan tersebut, termasuk al-Qaidah yang berafiliasi dengan militan al-Shabaab di Somalia yang mengancam menyerang Uganda untuk mengakhiri pasukan penjaga perdamaian di negara dukungan Barat.
Sasaran serangan pertama adalah restauran Perkampungan Etiopia di distrik Kabalagala, kawasan populer bagi penggemar bola karena hidup sepanjang malam serta sangat disukai kalangan warga asing. Serangan kedua berlangsung di sebuah klub rugby yang sedang menggelar nonton bareng final Piala Dunia.
"Informasi yang masuk ke kami 13 orang meninggal di Perkampungan Ethiopia dan banyak yang cedera. Lebih dari 10 orang dilaporkan meninggal di klub rugby," kata Inspektur Jenderal Polisi Kale Kayihura kepada wartawan.
Polisi dengan peralatan berat dan anjing pelacak berada di kedua lokasi untuk menolong korban selamat dari reruntuhan gedung. "Saya tak yakin, ledakan ini akibat lemparan bom, melainkan akibat bom ditanam," kata Kayihura.
Serangan kembar ini kemungkinan dilakukan oleh al-Qaidah dan kelompok yang terkait dengan jaringan militan Usama bin Ladin. Sementara polisi mengatakan, serangan tersebut kemungkinan dirancang untuk menyerang warga asing di Perkampungan Ethiopia dan klub rugby.
Ledakan mematikan terjadi saat final Piala Dunia antara Spanyol melawan Belanda disiarkan langsung melalui jaringan televisi. Beberapa menit menjelang pertandingan berakhir, bom meledak di tempat para penggemar bola asyik mendukung kesebelasan kedua negara. Selain menewaskan sejumlah orang, juga merusak bangunan bar dan kursi-kursi berantakan.
"Kami sedang asyik menyaksikan siaran langsung final sepak bola, tiga menit menjelang laga berakhir bom meledak begitu keras," kata saksi mata Juma Seiko di luar Klub Rugby Kampala.
Di Amerika Serikat, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Mike Hammer mengatakan, Presiden Obama "sangat sedih atas hilangnya nyawa akibat serangan hina dan pengecut."
"Amerika Serikat siap memberikan bantuan yang diminta pemerintah Uganda," ujarnya.
Pejabat senior pemerintah Amerika Serikat menyatakan, "Kami menghubungi kedutaan kami di Kampala dan memberikan bantuan sesuai permintaan Uganda."
REUTERS | CHOIRUL