TEMPO.CO, Jakarta - Semarak Piala Dunia ternyata tak sampai hingga ruang kerja petinggi Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA). Ketika para penggemar bersiap menyambut turnamen sepak bola terakbar sejagat itu, para pengurus justru terlibat pertikaian.
Pemicunya adalah keinginan Presiden FIFA Sepp Blatter untuk maju dalam pemilihan Presiden FIFA tahun depan. Nah, keinginan itulah yang ditentang pengurus lain, seperti Presiden Asosiasi Federasi Sepak Bola Eropa (UEFA), Presiden Federasi Sepak Bola Kerajaan Belanda (KNVB) Michael van Praag, atau perwakilan Federasi Sepak Bola Inggris (FA) David Gill.
"Sangat jelas pada 2011 lalu bahwa ia (Blatter) mengatakan tak akan maju setelah empat tahun masa baktinya (pada 2015)," kata David Gill, seperti dilansir CNN, Kamis, 12 Juni 2014. "Sekarang, ketika ia mengubah pemikiran dan kembali ingin maju dalam pemilihan, itu menjadi hal mengecewakan."
Sikap lebih keras ditunjukkan Michel Platini. "Saya tak lagi mendukung dia (Blatter)," kata Platini dalam wawancara dengan media Prancis, L'Equipe. "Saya mendukung dia pada 1998, tapi tidak kali ini. Saya sudah katakan itu dengan jelas kepadanya. Menurut saya, FIFA butuh udara segar saat ini."
Blatter, 78 tahun, memegang jabatan Presiden FIFA sejak 1998. Namun, lantaran dugaan suap dalam pemilihan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022, tekanan mundur kepada pria Swiss itu kian membesar. Dugaan suap sendiri bermula dari pernyataan mantan anggota Komite Eksekutif FIFA, Mohammed bin Hammam, yang menyebutkan bahwa ada suap-menyuap dalam pemilihan tersebut.
Kata Bin Hammam ketika itu, suap-menyuap bahkan tak hanya mendera Blatter, tapi juga Michel Platini, yang kini menjadi "musuh" Blatter.
CNN | L'EQUIPE | ARIE FIRDAUS