TEMPO.CO, Jakarta - Cristiano Ronaldo menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya setelah berlatih di Campinas, Brasil, Kamis pekan lalu. Bintang tim nasional Portugal ini tak bisa melanjutkan sesi latihan hari itu lantaran cedera lututnya kumat lagi.
Ronaldo semula dijadwalkan berlatih secara penuh. Namun latihan baru berjalan 20 menit, rasa nyeri tiba-tiba menjalari tempurung lutut kirinya. Peraih gelar Ballon d'Or ini lalu berjalan ke pinggir lapangan. Di sana, tim medis segera membebat lututnya dengan kantong es.
"Tidak ada yang perlu dicemaskan," kata gelandang tim nasional Portugal, Joao Moutinho. "Penggunaan es setelah berlatih merupakan sesuatu yang normal bagi pemain. Kami pun menggunakannya."
Moutinho barangkali sedang menghibur diri. Sebab, kenyataannya, hari itu, hanya Ronaldo yang lututnya dibebat kantong es. Cedera lutut yang dialami pemain bernomor punggung 7 itu bukan cerita baru.
Ronaldo mulai merasakan nyeri pada tempurung lututnya sejak akhir musim lalu, ketika ia membela Real Madrid, klubnya, melawan Atletico Madrid dalam laga final Liga Champions. Sejak saat itu, rasa nyeri terus merambati lutut kirinya.
Ia absen membela Portugal dalam laga uji coba melawan Yunani dan Meksiko. Ronaldo sempat bermain saat Portugal menggelar pertandingan uji coba terakhir, melawan Republik Irlandia, 10 Juni lalu. Saat itu Portugal menang telak 5-1, dan Ronaldo bisa bermain selama 66 menit.
Paulo Bento, pelatih Portugal, pun gembira. Tapi kegembiraan Bento itu tak berlangsung lama. Sebab, Ronaldo kembali didera cedera dan harus meninggalkan lapangan latihan lebih cepat dari seharusnya.
Ini menjadi pukulan telak bagi Portugal. Sebab, Ronaldo adalah mesin gol mereka. Di babak kualifikasi, misalnya, ia mencetak delapan gol dari sepuluh penampilan, membuatnya menjadi top scorer di tim nasional.
Tak hanya itu, pemain bergaji 21 juta euro atau sekitar Rp 335 miliar per musim ini juga menjadi pencetak gol terbanyak sepanjang masa timnas Portugal dengan torehan 49 gol, mengalahkan rekor sebelumnya yang dipegang Pauleta (47 gol).
Tanpa Ronaldo, Portugal ibarat ayam jago tanpa jalu. Bisa mematuk, tapi tak bisa menyabet. Paulo Bento, pelatih Portugal, memang masih punya Luis Nani dan Almeida. Tapi kehadiran Ronaldo tetap mutlak diperlukan.
Apalagi lawan yang akan mereka hadapi malam nanti di Arena Fonte Nova adalah Jerman, tim yang selalu mengalahkan mereka dalam tiga laga terakhir. Jerman juga punya catatan bagus dalam laga perdana Piala Dunia. Dari 17 laga, mereka menang 12 kali dan hanya kalah sekali!
Meski begitu, pelatih tim nasional Jerman, Joachim Loew, tak ingin jumawa. Portugal, menurut dia, tetaplah tim yang harus diwaspadai. "Karena mereka sangat berbahaya," kata Loew.
Loew tak yakin cederanya Ronaldo bisa menguntungkan timnya. Sebab, Portugal tak semata besar karena Ronaldo. "Mereka kini berada di peringkat keempat FIFA, dan itu berarti Portugal bukan hanya Ronaldo," kata Loew.
Apalagi tiga pemain andalannya, yakni Philipp Lahm, Sami Khedira, dan Sebastian Schweinsteiger, juga sedang tak fit. Ketiganya terancam tak bisa diturunkan. Kondisi Miroslav Klose juga belum 100 persen fit.
Meski begitu, Loew tidak akan memarkir bus di depan gawangnya, alias bermain bertahan. Sebaliknya, ia memerintahkan para pemainnya untuk bermain menyerang dalam tempo yang cepat sejak menit awal.
Tak hanya itu, ia juga akan memanfaatkan suhu panas di Salvador—yang mencapai 28 derajat Celsius—untuk menguras energi para pemain Portugal. Permainan cepat dan suhu panas adalah kombinasi maut yang bisa membuat Portugal megap-megap.
Agar strategi itu tak menjadi bumerang bagi timnya, ia secara khusus meminta para pemainnya berlatih di tengah hari bolong, ketika matahari tepat berada di atas ubun-ubun.
"Tidak penting apakah suhunya 50, 55, atau 70 derajat, seharusnya itu tidak mempengaruhi Anda. Sebab, saat berada di lapangan, fokus pemain hanya satu: menang. Selebihnya, tidak penting," kata Loew.
Di balik optimismenya, Loew ternyata juga menyimpan kecemasan akan Ronaldo. Ia, misalnya, memutar cuplikan-cuplikan pertandingan yang diikuti Ronaldo. "Tidak ada yang benar-benar bisa menghentikannya," kata Loew.
Ronaldo, dengan rata-rata mencetak 50 gol per musim—artinya, ia mencetak 1,1 gol dalam setiap pertandingan—memang sulit dihentikan. Hanya satu hal yang bisa membuat pemain berusia 29 tahun ini tunduk: cedera.
Tapi, sampai kickoff dimulai malam nanti, kepastian cedera itu masih menjadi tanda tanya. Ronaldo sendiri yang akan menjawabnya.
REUTERS | FOXNEWS | GUARDIAN | WHOSCORED | DWI RIYANTO AGUSTIAR
Berita lain:
Maroko Juarai Etape Terberat Tour de Singkarak
Falla Tantang Federer di Babak Final
Etape Terakhir Painan Menuju Padang Diikuti 83 Pembalap
Pembalap Iran Juarai Tour de Singkarak 2014
Kamp Latihan Uruguay Disusupi Gerombolan Semut
Welbeck Pulih Jelang Inggris Vs Italia
Ahsan/Hendra Melaju ke Final Jepang Terbuka