Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sang Messiah dari Afrika

image-gnews
Samuel Etoo. AP/Boris Grdanoski
Samuel Etoo. AP/Boris Grdanoski
Iklan

Oleh:Burhan Sholikin, Wartawan Tempo

Kekalahan tak pernah membuat Samuel Eto'o menangis, sesakit apa pun itu. "Menderita" adalah nama tengahnya. Ia terbiasa hidup terpinggirkan sejak kecil. Dijuluki “monyet” oleh para suporter; dibuang oleh pelatih Chelsea, Jose Mourinho; dan disebut "pemain tua yang tak berguna"; atau sekadar kekalahan timnya, Kamerun, oleh Meksiko 0-1 dalam laga Piala Dunia 2014. "Seluruh hidup saya adalah mimpi. Mimpi itu baru berhenti saat saya berhenti bermain bola," ujar kapten tim berjulukan Indomitable Lions atau Singa-singa Perkasa itu.

Mimpi Eto'o bermula dari pinggir Kota Doula, Kamerun. Di sana, ia tinggal di rumah kecil, berdesak-desakan dengan ayah, ibu, dan lima saudaranya. Sejak ayahnya dipecat dari kantornya, ibunya terpaksa berangkat pukul 03.00 pagi untuk berjualan ikan. Ia setiap hari berangkat ke sekolah dengan bertelanjang kaki dan tak pernah punya pilihan akan makan apa hari ini. Satu-satunya kemewahan rumahnya dibanding rumah tetangganya adalah tak ada air hujan yang masuk dari atap. Nasibnya berubah saat dia menjadi anggota tim nasional usia di bawah 16 tahun Kamerun dan dilirik klub Real Madrid.

Hidup Eto’o dulu sangat kontras dengan kehidupannya saat ini. Dia telah mengumpulkan begitu banyak penny. Selain tiga kali menjadi pemain terbaik Afrika, dia pernah menjadi pemain Afrika termahal.  Pendapatannya pada 2011 mencapai US$ 22,5 juta per tahun (Rp 263 miliar). Saat bermain di Inter Milan pada 2009, dia adalah pemain termahal di dunia. Dia menghabiskan hampir sepanjang tahun untuk tinggal di salah satu hotel termewah di Milan, Bvlgari. Biaya menginap semalam di hotel tersebut bahkan lebih mahal ketimbang rata-rata pendapatan penduduk Kamerun.

Ya, sepak bola adalah jalan demokratisasi ekonomi ataupun sosial bagi orang-orang pinggiran seperti Eto'o. Dari sekadar penghuni Kampung Doula, yang bahkan peta Google pun kesulitan mencarinya, Eto'o menjelma menjadi superstar. Prestasinya segudang. Dia menjadi pemain Afrika pertama yang meraih treble winners atawa tiga gelar sekaligus dalam satu tahun. Dia juga mengantongi medali juara Liga Champions dua kali dari dua klub berbeda, Barcelona dan Inter Milan; membawa Kamerun menjuarai Olimpiade 2000; dan menghadirkan 12 piala liga domestik untuk Real Mallorca, Barcelona, serta Inter Milan.

Eto'o adalah "Tuhan" baru bagi rakyat Kamerun, bahkan Afrika. Prestasinya mengilhami jutaan anak-anak miskin di benua itu, yang saban sore di jalan bermain bola yang terbuat dari gulungan plastik. Mereka bermimpi menjadi Eto'o-Eto'o berikutnya. Kalau beruntung, mereka akan masuk tim nasional usia 13 tahun atau 16 tahun. Kemudian ada para pencari bakat dari klub-klub Eropa, seperti Arsenal, Real Madrid, dan Barcelona, yang datang dan terpikat oleh bakat mereka.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Sepak bola adalah agama baru," kata Stepehen Tomkins, penulis A Short History of Christianity. "Dan pemain bola itu Tuhan baru."  Sejak 1930, sepak bola telah menjadi magnet yang luar biasa di planet ini. Saat Didier Drogba mengantarkan klubnya, Chelsea, meraih Piala Liga Champions, seluruh Afrika bersorak. Apalagi momen Piala Dunia seperti sekarang. Mereka berkumpul menyesaki rumah yang punya televisi untuk menonton "Tuhan-tuhan" dari Afrika.

Sepak bola menjadi alat demokratisasi yang luar biasa, baik untuk politik maupun ekonomi. Dalam era dunia yang semakin bergerak ke arah borderless society, seperti disebut Kenichi Ohmae, klub-klub elite Eropa memburu pemain berbakat dari segala bangsa dan ras. Maka kian banyak pula anak-anak kampung Afrika yang "naik kelas".

Sebut saja nama Yaya Toure, pemain Afrika termahal saat ini yang menggeser posisi Eto'o. Dalam setahun, ia punya pendapatan US$ 22 juta (Rp 257 miliar). Pada tahun ini, Yaya mempersembahkan gelar juara Liga Inggris untuk Manchester City. Adiknya, Kolo Toure, juga bermain di klub elite Inggris, Liverpool. Selain mereka, ada sederetan nama lainnya, seperti Didier Drogba, Gervinho, (Arsenal dan AS Roma), Demba Ba (Chelsea), Salomon Kalou (Chelsea dan Lille), serta Michael Essien (Chelsea, Real Madrid, AC Milan). 

Merekalah sang messiah baru bagi anak-anak Afrika. 

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mantan Gelandang Jerman Mesut Ozil Umumkan Pensiun dari Sepak Bola

22 Maret 2023

Mesut Ozil. REUTERS/Kenan Asyali
Mantan Gelandang Jerman Mesut Ozil Umumkan Pensiun dari Sepak Bola

Mesut Ozil pensiun dari timnas Jerman pada 2018 di tengah debat politik tentang imigran.


Mantan Gelandang Real Madrid dan Juventus Sami Khedira Pensiun

20 Mei 2021

Juventus mendapatkan Sami Khedira secara gratis setelah kontraknya tidak diperpanjang oleh Real Madrid pada 2015. Hingga saat ini Khedira tetap jadi andalan di lini tengah Juventus. Instagram/@sami_khedira6
Mantan Gelandang Real Madrid dan Juventus Sami Khedira Pensiun

Sami Khedira mengundurkan diri sebagai pesepakbola profesional. Cedera membuat dia harus menyerah di usia 34 tahun.


Piala Dunia 2022 Digelar di Qatar: 6 Hal yang Penting Diketahui

17 Juli 2018

Kiper sekaligus kapten Prancis, Hugo Lloris, memegang trofi Piala Dunia saat pesta penyambutan di Istana Presiden Elysee, Paris, 16 Juli 2018. (Ludovic Marin/Pool Photo via AP)
Piala Dunia 2022 Digelar di Qatar: 6 Hal yang Penting Diketahui

Piala Dunia 2018 sudah berakhir dan yang selanjutnya akan digelar di Qatar pada 2022.


Laporan Tempo dari Rusia: Angkutan Kota Andalan Meliput

7 Juli 2018

Laporan Tempo dari Rusia.
Laporan Tempo dari Rusia: Angkutan Kota Andalan Meliput

Selama meliput perhelatan Piala Dunia 2018, angkutan publik bisa jadi andalan.


Piala Dunia 2018: Denmark Kalahkan Peru, Kasper Schmeichel Dipuji

17 Juni 2018

Ekspresi kiper Leicester, Kasper Schmeichel, dalam pertandingan Liga Inggris melawan Aston Villa di Stadion Villa Park, 16 Januari 2016. Reuters / Darren Staples
Piala Dunia 2018: Denmark Kalahkan Peru, Kasper Schmeichel Dipuji

Kasper Schmeichel mendapat pujian dari Denmark mengalahkan Peru dalam Piala Dunia 2018.


3 Negara Ini Ajukan Jadi Tuan Rumah Bersama Piala Dunia 2026

11 April 2017

Ilustrasi sepak bola. Benevolat.org
3 Negara Ini Ajukan Jadi Tuan Rumah Bersama Piala Dunia 2026

Amerika Serikat, Meksiko, dan Kanada mengajukan penawaran bersama untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2026.


Real Madrid Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

15 Desember 2016

Striker klub Real Madrid, Cristiano Ronaldo membawa bola saat ikuti sesi latihan bersama rekan setimnya di Yokohama, Jepang, 14 Desember 2016. REUTERS
Real Madrid Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

Real Madrid berhasil menundukan Club America pada semifinal Piala Dunia Antar Klub dengan skor 2-0. Karim Benzema dan Cristiano Ronaldo jadi pahlawan.


River Plate Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

16 Desember 2015

FIFA (Federation Internationale de Football Association). (logos.wikia.com)
River Plate Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

River Plate akan menantang pemenang laga antara Barcelona vs Guangzhou Evergrande di babak final. Laga itu akan berlangsung besok.


Kolombia: Tanpa Suarez, Uruguay Tetap Berbahaya

14 Oktober 2015

Reaksi pemain Uruguay, Luis Suarez, setelah gagal mencetak gol  dalam pertandingan persahabatan melawan Kosta Rika di Montevideo, Uruguay, 13 November 2014. Uruguay kalah lewat adu penalti 6-7. AP/Matilde Campodonico
Kolombia: Tanpa Suarez, Uruguay Tetap Berbahaya

Penyerang andalan Uruguay Luis Suarez masih menjalani larangan
pertandingan karena menggigit Giorgia Chiellini pada Piala
Dunia 2014.


Messi Pinjamkan Nomor Punggungnya untuk Aguero

8 Oktober 2015

Lionel Messi (kiri) dan Sergio Aguero melakukan peregangan jelang pertandingan melawan Belanda pada semifinal piala dunia di Brazil, 8 Juli 2014. REUTERS/Dylan Martinez
Messi Pinjamkan Nomor Punggungnya untuk Aguero

Aguero senang dengan tawaran Messi agar ia mengenakan kaus dengan nomor 10.