TEMPO.CO, Rio de Janeiro - Sinar matahari baru sepenggal. Seorang wanita tanpa selembar benang pun terlihat di balkon Hotel Royal Tulip di Rio de Janeiro, tempat tim Inggris menginap. Tentu saja hal ini membuat kehebohan pada pagi hari. Persoalannya tentu tidak berhenti dengan pembicaraan soal pemandangan vulgar itu.
Tim Inggris langsung kelimpungan untuk menutupi aib tersebut. Apalagi mereka baru saja menelan kekalahan dari Italia 1-2. Dengan demikian, pertandingan berikutnya melawan Uruguay menjadi laga hidup-mati. Jika kalah, Daniel Sturidge dan kawan-kawan harus mengemasi koper mereka lebih awal.
Pelatih timnas Inggris, Roy Hodgson, sudah jauh-jauh hari mewanti-wanti anak asuhnya untuk mengikuti aturan main. Istri dan kekasih para pemain, yang oleh media Inggris disebut "WAGs" (Wives and Girlfriends), dilarang datang ke Piala Dunia 2014. Alasannya jelas dan tegas: agar konsentrasi para pemain tidak terganggu. Namun, lacur sudah. Inggris kalah pada laga perdana dan berisiko besar pada laga berikutnya.
Sebenarnya tak hanya Inggris yang melarang seks bagi para pemainnya saat Piala dunia 2014. Pelatih Bosnia Herzegovina, Safet Susic, mewajibkan semua anak asuhnya untuk fokus berlaga pada setiap pertandingan Piala Dunia 2014. “Tidak ada seks di Brasil,” katanya April lalu di hadapan wartawan. “Kami bukan pergi untuk liburan.”
Apakah Bosnia sukses dengan program itu? Ternyata, pada laga perdana, tim debutan ini harus takluk dari Amerika Serikat 1-2. Padahal tim Amerika justru membebaskan pemainnya membawa istri atau pasangan pada Piala Dunia. Tentu saja seks bukan satu-satunya faktor kemenangan pada laga ini.
Selain Amerika, Times melaporkan, ada tim nasional negara lain yang juga mengizinkan pemainnya membawa istri atau pasangan. Misalnya Jerman, Spanyol, Australia, Italia, Belanda, Swiss, dan Uruguay.
Sedangkan larangan seks, selain Bosnia, juga diberlakukan oleh timnas Rusia, Cile, dan Meksiko. Ada pula tim yang menerapkan aturan lebih rumit kepada pemainnya. Timnas Prancis mengizinkan pemainnya berhubungan seks, dengan catatan tidak setiap malam.
Adapun untuk tim Brasil, pemain bisa bebas tapi tidak aneh-aneh, semacam “akrobat seks”. Bagi Kosta Rika, pemain baru boleh berhubungan seks kalau sudah sampai putaran kedua. Sedangkan untuk Nigeria, pemain diizinkan menggauli istri, tapi tidak dengan pacar.
Apakah aturan seks yang diterapkan tergolong berlebihan? Bisa jadi. Hal yang paling umum dikatakan bahwa seks sebelum bertanding bisa membuat pemain lelah dan lemah atau bisa mempengaruhi pemain secara psikologis. Banyak pelatih dan atlet percaya bahwa berpantang seks akan membangun agresi. Keyakinan ini mungkin berasal dari peradaban Yunani kuno.
Namun kenyataannya justru berbalik. Studi menunjukkan bahwa ada peningkatan testosteron setelah berhubungan seks. Artinya, seks sebenarnya justru dapat meningkatkan kinerja dengan melepaskan testosteron ke dalam tubuh.
"Setelah tiga bulan tanpa seks, yang tidak begitu biasa bagi beberapa atlet, testosteron secara dramatis turun ke tingkat rendah, mendekati level anak-anak," kata Emmanuele Jannini A. dari Universitas L'Aquila, Italia.
Seks ternyata tidak membuat seorang pemain kelelahan saat bertanding karena hanya membakar 25-50 kalori. Setara dengan naik tangga pesawat dua kali. Dijamin tidak mempengaruhi kekuatan atau daya tahan pemain saat bertanding keesokan harinya.
Bahkan legenda sepak bola dunia, Pele, pun mengaku tidak pernah menangguhkan hubungan seks dengan istrinya sebelum pertandingan. “Bahwa hal tentang seks membantu untuk bersantai adalah kebenaran yang sudah diverifikasi," kata Juan Carlos Medina, koordinator Departemen Olahraga Tecnologico de Monterrey di Meksiko, kepada CNN.
DAILYMAIL| TIME| FIFA| ANTO