TEMPO.CO, Jakarta - Akhirnya Diego Costa pulang lebih cepat. Negara baru yang dibelanya, Spanyol, tersingkir dari Piala Dunia setelah kalah oleh Cile, 0-2, dalam pertandingan Rabu lalu di Stadion Maracana. Kepulangan ke tanah airnya pun terasa lebih singkat dan menyakitkan.
Dalam pertandingan pertama melawan Belanda di Salvador, selain mengalami kekalahan telak 1-5, Costa tak lepas dari cemoohan para penonton. Tak sedikit dari mereka yang berasal dari Brasil.
Mereka kesal kepada Costa karena lebih memilih bermain untuk Spanyol ketimbang negerinya sendiri, Brasil. Manajer timnas Brasil, Filipe Scolari, sebenarnya juga pernah mengajaknya bermain untuk Selecao. “Sekarang dia baru merasakan. Dia pasti menyesal,” kata seorang warga Brasil yang baru saja menyaksikan pertandingan Spanyol versus Cile di sebuah bar.
Diego Costa bukan pemain Brasil seorang yang beralih kewarganegaraan dalam Piala Dunia kali ini. Namun Costa jadi satu-satunya yang menyulut kekesalan orang Brasil. Costa dianggap sebagai pengkhianat karena mereka tahu bahwa pemain yang dikabarkan akan bermain di Chelsea musim depan tersebut sebelumnya pernah membela Brasil meski dalam sebuah pertandingan persahabatan. (Baca: Spanyol dan Inggris Pulang, Ada Kejutan Lain?)
Eduardo da Silva yang bermain untuk Kroasia, serta Pepe yang berseragam Portugal dan kena kartu merah ketika melawan Jerman, relatif aman. Masalahnya, banyak warga Brasil yang tidak mengenal mereka.
“Tidak ada yang mengenal mereka. Kalau tidak bermain di tim nasional Portugal atau Kroasia, kami di sini tidak akan pernah mengenalnya,” kata Branco—warga Brasil lainnya. Hal itu juga yang berlaku untuk pemain sebelumnya, seperti Deco, yang bermain untuk Portugal dan Alex, misalnya, yang bermain untuk tim nasional Jepang.
Pemain sepak bola di Brasil memang berjibun. Tercatat ribuan pemain mereka tersebar di seluruh liga sepak bola di dunia. Yang sudah pensiun juga tidak bisa lagi dihitung dengan jari.
Saking banyaknya, di negeri ini, seorang tetangga sebelah rumah bisa jadi merupakan bekas pemain sepak bola profesional yang pernah bermain di luar negeri. “Kalau tidak bermain di Seri A Liga Brasil atau pernah bermain untuk Selecao, relatif orang di sini tidak akan mengenalnya,” kata Branco.
Meski begitu, mereka memahami sepenuhnya pilihan yang diambil pemain yang berpindah kewarganegaraan itu. “Bagaimanapun, persaingan untuk masuk ke timnas Brasil tidaklah mudah. Satu tim hanya butuh sebelas orang,” kata Jeremias, pensiunan sepak bola yang pernah bermain di klub Espanyol, di Liga Spanyol. Dia mencontohkan dirinya sendiri, yang kalah bersaing dengan Zico dan pemain lainnya pada 1970-an.
Di sisi lain, bergabungnya mereka yang menjadi pemain untuk negara asing malah mendorong para anak muda di sana untuk mengikuti jejaknya. Seperti yang terjadi pada Rafael dan Richard, keduanya berusia 15 tahun. Dua remaja yang kini bermain di klub Ceres di Bangu tersebut menganggap Edu sebagai inspirasi buat mereka. “Saya ingin seperti dia,” katanya.
Eduardo memulai kariernya di klub yang sama dengan remaja itu. Meski setelah pergi ke Zabreg saat remaja, bekas striker Arsenal ini tidak terlalu sering pulang kampung. Namun saat ini Edu dikabarkan ikut membiayai klub sepak bola di kampung halamannya. Malah, menurut koran lokal, dia tengah didekati beberapa klub di Seri A untuk bermain di Liga Brasil.
IRFAN BUDIMAN (RIO DE JANEIRO)
Berita lain
Aktris Belanda Ngetwit Foto Falcao, Kolombia Geram
Putra Julio Cesar Puji Ochoa
Balotelli Minta Dicium Ratu Elizabeth II