TEMPO.CO, Jakarta - Bukan untuk gagah-gagahan, atau karena pernah menimba ilmu kepelatihan di Jerman, kalau saya memegang Jerman sebagai favorit di Piala Dunia 2014. Saya memang sudah menjadi pengagum tim ini sejak lama.
Kekaguman itu bermula dari Piala Dunia 1982 di Spanyol dan 1986 di Meksiko, ketika mereka secara beruntun menjadi finalis. Mungkin mereka tidak bermain indah seperti Brasil, atraktif bak Belanda, stylish ala Prancis, atau kencang serupa Inggris. Tapi hal utama yang membuat saya mengagumi Jerman adalah determinasi, fighting spirit, nasionalisme, dan tentunya kemampuan bermain sebagai sebuah tim di lapangan hijau.
Jerman selalu menjadi inspirasi utama saya soal sepak bola, baik ketika menjadi pemain maupun pelatih. Saya selalu menyukai pemain-pemain Jerman dari generasi ke generasi, dari era Karl Heinz Rummenige, Lothar Matthaeus, Juergen Klinsmann, Oliver Bierhoff, Philip Lahm, Bastian Schweinsteiger, sampai Thomas Mueller pada era sekarang.
Oke, itu sedikit pembuka soal sepak bola Jerman yang menjadi tim andalan saya. Sekarang kita bahas soal strategi dan gaya bermain mereka. Melihat Jerman bermain hari ini, inti atau "matahari" dari semua itu adalah pria bernama Joachim Loew.
Ketika menjadi asisten Klinsmann dalam Piala Dunia 2006, yang berlangsung di rumah mereka, Klinsmann-Loew adalah otak di balik perubahan tim Panser. Saya menilai Loew sebagai seorang jenius. Idenya memadukan pemain muda dan senior di Jerman 2006 dianggap publik Jerman sebagai sebuah perjudian berbahaya. Hal ini mengingat tingginya tekanan publik untuk kembali merengkuh gelar juara dunia saat itu. Sebabnya, mereka terpuruk dalam Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000.
Inilah awal peremajaan tim nasional Jerman, sekaligus awal bergesernya gaya permainan Jerman. Jerman yang dulunya bermain ibarat robot, kaku, tidak menarik, dan hanya mengandalkan fisik kuat dan determinasi, oleh Klinsmann-Loew, dipoles menjadi sebuah tim dengan gaya sepak bola modern yang sedap dipandang mata.
Setelah Klinsmann mundur selepas Piala Dunia 2006, Loew naik pangkat dan semakin leluasa berkreasi membentuk timnas Jerman modern. Masuknya pemain dari rombongan timnas Jerman U-21 yang juara Eropa 2009, seperti Mesut Oezil, Sami Khedira, Manuel Neuer, dan Thomas Mueller, membuat Jerman hari ini terlihat lebih indah. Penonton tak lagi mengantuk ketika melihat mereka bermain.
Pada Piala Dunia 2014, Loew datang memberi kejutan dengan hanya membawa satu striker gaek seperti Miroslav Klose dalam skuad. Kejutan apa lagi yang akan dibuat Loew? Ya, dengan formasi nge-tren yang diusungnya, 4-2-3-1, ditambah dengan seorang Klose, mereka sudah cukup kuat untuk mengarungi delapan pertandingan di Piala Dunia.
Loew cuma ingin formasinya yang mengandalkan tiga gelandang serang dan dua gelandang bertahan itu itu bekerja dengan sempurna di Brasil. Sebab, dia punya tenaga andal untuk itu. Sederhana, mereka menguasai ball possesion dan menjadikan sepertiga lapangan terakhir sebagai daerah yang berbahaya bagi lawan.
Loew tak perlu khawatir karena melimpahnya stok pemain berkelas di lini vital ini. Schweinsteiger dan Khedira, kalau pulih 100 persen, adalah dua gelandang bertahan yang tak akan tertandingi. Oezil, Kroos, dan Mueller adalah tiga gelandang serang yang siap menusuk ketika old crack Klose bergerak membuka ruang. Lalu ada Lukas Podolski, Andre Schuerrle, dan Mario Goetze sebagai pilihan alternatif.
Di belakang? Tak perlu khawatir, karena dengan komando kapten berpengalaman seperti Lahm, para bek, seperti Jerome Boateng, Matts Hummel, dan Per Mertesecker, bakal membuat aman lini belakang Jerman untuk melindungi Manuel Neuer di bawah mistar gawang.
Ditambah racikan, inovasi, dan improvisasi dari Loew, serta determinasi, fighting spirit, dan mental juara yang tak pernah pupus ditelan revolusi, Jerman punya segalanya untuk berbicara banyak di Brasil 2014. Memang ada beban mitos dan sejarah bahwa wakil Eropa mustahil menjadi juara saat Piala Dunia berlangsung di luar benua mereka.
Tapi, sekali lagi, sepak bola tak hanya bicara soal juara dan piala. Hal yang jauh lebih penting adalah proses. Jerman sudah membuat proses yang terkonsep rapi. Pertanyaannya, apakah proses itu akan berhasil mencapai puncaknya di Maracana pada 13 Juli 2014?
Nilmaizar, Mantan Pelatih Tim Nasional