TEMPO.CO - Hasil imbang tanpa gol yang diraih Brasil saat melawan Meksiko dalam pertandingan lalu tentu saja mengejutkan. Apalagi, dalam pertandingan sebelumnya di Piala Konfederasi tahun lalu, Brasil mampu mengalahkan Meksiko dengan skor telak 3-0.
Banyak sekali faktor yang membuat Brasil tak bisa mencetak gol. Selain karena kehebatan kiper Guillermo Ochoa, Selecao—julukan Brasil—terkesan monoton dalam melakukan serangan. Mereka kurang memiliki variasi serangan.
Penyebab utamanya adalah kurang bergeraknya mesin permainan di lini tengah. Oscar dan Paulinho tidak bermain maksimal. Tambahan pemain seperti Ramirez, yang berposisi sebagai gelandang, tidak saja membuat permainan Brasil menjadi lebih lambat, tapi juga mengurangi intensitas serangan. Akibatnya, Fred yang berposisi sebagai striker serta Neymar harus turun untuk mendapatkan bola.
Sebaliknya, dalam hal pertahanan, pergerakan Selecao masih saja membuat pemain lawan bebas bergerak. Beberapa kali kiper Julio Cesar harus bekerja keras menghalau serangan Meksiko.
Saya kira Felipao sudah mempelajari banyak hal dari pertandingan kemarin. Taktik dan strategi permainan untuk melawan Kamerun pastinya sudah dipersiapkan dengan baik. Brasil pun diuntungkan oleh kembalinya Hulk, yang sempat absen dalam pertandingan melawan Meksiko.
Tentu saja hal ini memberi harapan bagi Selecao. Selain memiliki kemampuan menyerang yang lebih baik ketimbang Ramirez, Hulk bakal mengirim Selecao kembali ke formasi tim inti yang sudah dibangun Felipao selama lebih dari setahun belakangan. Hulk, yang lebih lama bergabung, bisa mengembalikan kekompakan tim. Hulk bisa kembali membuat Selecao tampil ofensif, yang menjadi ciri khas mereka selama ini.
Keberadaan Hulk juga bisa berimbas pada Fred, yang dalam dua pertandingan lalu bermain kurang maksimal. Sepertinya, seperti yang ia tampilkan dalam Piala Konfederasi, setelah dua pertandingan, Fred akan mencetak gol. Hal ini penting untuk menambah rasa percaya dirinya. Namun tentu saja dengan catatan: lini tengah mereka, yang diisi Paulinho dan Oscar, bisa lebih banyak menyuplai bola.
Kembalinya Selecao ke komposisi semula memberikan dorongan semangat dan bisa melepaskan mereka dari tekanan yang mau tak mau muncul akibat hasil imbang melawan Meksiko serta harapan yang mereka pikul untuk lolos ke babak berikutnya.
Di sisi lain, Kamerun, yang menjadi lawan Brasil kali ini, sudah kehilangan motivasi. Mereka sudah tersingkir akibat dua kekalahan yang dialami. Tim ini sungguh berbeda dengan tim dari Afrika lainnya. Kekompakan mereka—terlihat dari perseteruan antar-pemain di lapangan—menjadi masalah besar. Kamerun berbeda dengan Ghana, yang pada Sabtu lalu mampu menahan Jerman—bahkan mereka unggul lebih dulu—atau Pantai Gading.
Selecao sendiri, menurut saya, masih belum mencapai kondisi 100 persen seperti yang mereka tampilkan dalam Piala Konfederasi. Penyebabnya banyak. Salah satunya, karena para pemain baru bergabung kembali setelah menghabiskan banyak waktu untuk menjalani kompetisi di klub masing-masing. Mereka perlu kembali beradaptasi.
Namun, menghadapi Kamerun, Brasil berada di atas angin. Prediksi saya, Selecao bisa menang dengan skor 2-0. Kemenangan akan sangat besar artinya buat Selecao. Bukan saja untuk memastikan mereka menjadi juara grup A, tapi juga sebagai pijakan untuk kembali mencapai penampilan terbaiknya, yakni 100 persen.
Carlos de Melo , pernah bermain di Liga Indonesia, mantan pelatih tim pelajar Indonesia