Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kolom Piala Dunia: Sepak Bola dan Filsuf  

image-gnews
AP/The Canadian Press, Darryl Dyck
AP/The Canadian Press, Darryl Dyck
Iklan

TEMPO.CO - Pada 1972, dalam semesta Monty Python, kesebelasan Yunani dijamu Jerman di Stadion Olimpiade Muenchen. Yunani menurunkan para pemain terbaiknya. Di antaranya Plato (kiper), Aristoteles, Heraklitus, Archimedes, dan Socrates (kapten). Mereka berkostum toga zaman Helenistik.

Tim Jerman, yang berseragam jas panjang ala era Victoria, diperkuat Leibniz (kiper), Kant, Hegel (kapten), Nietzsche, Wittgenstein, dan Heidegger. Wittgenstein sebenarnya orang Austria. Entah kenapa Monty Python, grup lawak asal Inggris itu, menyertakannya dalam “Pertandingan Sepak Bola Para Filsuf”—sketsa komedi dalama cara televisi lawas Sirkus Terbang Monty Python. Karl Marx tak masuk starting lineup. Ia masuk pada babak kedua untuk menggantikan Wittgenstein.

Begitu Kong Hu Cu, sang wasit, menyempritkan peluit pada awal pertandingan, para pemain tak mengejar bola. Mereka malah wira-wiri di lapangan sembari sesekali menopang dagu. Ada juga yang tampak berargumentasi dan mendebat wasit. Nietzsche mendapat kartu kuning lantaran menyebut Kong Hu Cu tak punya “kehendak bebas”.

Pertandingan sesungguhnya baru dimulai setelah Archimedes berseru “Eureka!” pada menit ke-89. Archimedes lalu menendang bola yang menganggur di tengah lapangan ke arah Socrates. Hanya sekali sentuh, bola berpindah lagi ke kaki Archimedes, lalu Heraklitus. Operan satu-dua itu seperti gaya tiki-taka Barcelona. Sampai di mulut gawang Jerman, Socrates menanduk bola umpan Archimedes. Gol!

Menganggap gol itu tak sah, Jerman memburu Kong Hu Cu. Menurut komentator pertandingan, “Hegel berargumen bahwa kenyataan adalah apriori dari etika non-alamiah belaka.” Adapun Kant, kata komentator, berpendapat bahwa “lewat kewajiban mutlak (categorical imperative), secara ontologis gol itu hanya ada dalam imajinasi.” Hanya Marx yang mengatakan Socrates sudah offside sebelum menceploskan bola.

Marx benar. Dalam tayangan ulang, terlihat bahwa posisi Socrates berada di belakang bek Jerman ketika menerima umpan. Ini juga mengingatkan kita pada sindiran Marx yang masyhur itu: para ahli filsafat menafsirkan dunia dalam beragam cara, padahal yang paling penting adalah mengubahnya.

Saya membayangkan Monty Python membikin vinyet lain yang menampilkan kesebelasan Prancis. Bukan hanya karena banyak filsuf dari Prancis, tapi juga ada dua filsuf dari negeri ini yang betul-betul menggilai bal-balan. Mereka, Albert Camus dan Jacques Derrida, mesti masuk tim nasional.

Saat mahasiswa, Camus bermain sebagai penjaga gawang dalam tim kampus. Puluhan tahun kemudian, ketika ditanya lebih suka sepak bola atau teater, Camus menjawab, “Sepak bola, enggak ragu.” Dari sepak bola juga Camus belajar mengenai moralitas untuk ilmu filsafatnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mungkin Monty Python akan menggambarkan Camus sebagai gelandang yang memburu bola di kaki musuh. Setelah berhasil mendapatkan bola, ia malah mengopernya lagi ke tim lawan. Perbuatan ini dilakukan terus-menerus, seperti Sisyphus.

Sepak bola pun mengilhami Derrida untuk melahirkan “dekonstruksi”. Allan Hutchinson, penafsir Derrida, menyatakan pemikir tersebut menemukan kemungkinan tak terbatas dalam sebuah pertandingan sepak bola. Walau aturannya sama, tapi jalannya pertandingan—di mana saja dan kapan saja—akan selalu berbeda.

Hutchinson menganggap Derrida sebagai pemain bernomor punggung 7, seperti Eric Cantona. Keduanya sama-sama jenius dan pemberontak. Derrida memberontak terhadap kungkungan pemikiran Platonis. Di luar itu, kata Hutchinson, semasa muda Derrida memang bermimpi menjadi pemain sepak bola profesional.

Di lapangan bola sungguhan, sepak bola dan filsafat bertemu dalam satu tubuh: Socrates. Ini bukan Socrates dari Yunani, melainkan dari Brasil. Nama lengkapnya Socrates Brasileiro Sampaio de Souza Vieira de Oliveira. Ia adalah kapten Brasil pada Piala Dunia 1982. Pele menyebutnya sebagai salah satu pemain terbaik yang pernah ada.

Socrates meraih gelar sarjana kedokteran, dan belakangan, setelah gantung sepatu, meraih gelar doktor filsafat. Ketika bermain untuk klub Corinthians, ia terlibat dalam gerakan pro-demokrasi untuk menentang rezim militer di negerinya. Setelah pensiun, ia menulis dalam kolom olahraga, ekonomi, dan politik di surat kabar. Ia juga sering muncul di televisi sebagai pengamat sosial.

Ketika dipanggil Tuhan dalam usia 57 tahun pada 2011, ia sedang menulis novel tentang Piala Dunia 2014 di Brasil. 

ANTON SEPTIAN (WARTAWAN TEMPO)

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mantan Gelandang Jerman Mesut Ozil Umumkan Pensiun dari Sepak Bola

22 Maret 2023

Mesut Ozil. REUTERS/Kenan Asyali
Mantan Gelandang Jerman Mesut Ozil Umumkan Pensiun dari Sepak Bola

Mesut Ozil pensiun dari timnas Jerman pada 2018 di tengah debat politik tentang imigran.


Mantan Gelandang Real Madrid dan Juventus Sami Khedira Pensiun

20 Mei 2021

Juventus mendapatkan Sami Khedira secara gratis setelah kontraknya tidak diperpanjang oleh Real Madrid pada 2015. Hingga saat ini Khedira tetap jadi andalan di lini tengah Juventus. Instagram/@sami_khedira6
Mantan Gelandang Real Madrid dan Juventus Sami Khedira Pensiun

Sami Khedira mengundurkan diri sebagai pesepakbola profesional. Cedera membuat dia harus menyerah di usia 34 tahun.


Piala Dunia 2022 Digelar di Qatar: 6 Hal yang Penting Diketahui

17 Juli 2018

Kiper sekaligus kapten Prancis, Hugo Lloris, memegang trofi Piala Dunia saat pesta penyambutan di Istana Presiden Elysee, Paris, 16 Juli 2018. (Ludovic Marin/Pool Photo via AP)
Piala Dunia 2022 Digelar di Qatar: 6 Hal yang Penting Diketahui

Piala Dunia 2018 sudah berakhir dan yang selanjutnya akan digelar di Qatar pada 2022.


Laporan Tempo dari Rusia: Angkutan Kota Andalan Meliput

7 Juli 2018

Laporan Tempo dari Rusia.
Laporan Tempo dari Rusia: Angkutan Kota Andalan Meliput

Selama meliput perhelatan Piala Dunia 2018, angkutan publik bisa jadi andalan.


Piala Dunia 2018: Denmark Kalahkan Peru, Kasper Schmeichel Dipuji

17 Juni 2018

Ekspresi kiper Leicester, Kasper Schmeichel, dalam pertandingan Liga Inggris melawan Aston Villa di Stadion Villa Park, 16 Januari 2016. Reuters / Darren Staples
Piala Dunia 2018: Denmark Kalahkan Peru, Kasper Schmeichel Dipuji

Kasper Schmeichel mendapat pujian dari Denmark mengalahkan Peru dalam Piala Dunia 2018.


3 Negara Ini Ajukan Jadi Tuan Rumah Bersama Piala Dunia 2026

11 April 2017

Ilustrasi sepak bola. Benevolat.org
3 Negara Ini Ajukan Jadi Tuan Rumah Bersama Piala Dunia 2026

Amerika Serikat, Meksiko, dan Kanada mengajukan penawaran bersama untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2026.


Real Madrid Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

15 Desember 2016

Striker klub Real Madrid, Cristiano Ronaldo membawa bola saat ikuti sesi latihan bersama rekan setimnya di Yokohama, Jepang, 14 Desember 2016. REUTERS
Real Madrid Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

Real Madrid berhasil menundukan Club America pada semifinal Piala Dunia Antar Klub dengan skor 2-0. Karim Benzema dan Cristiano Ronaldo jadi pahlawan.


River Plate Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

16 Desember 2015

FIFA (Federation Internationale de Football Association). (logos.wikia.com)
River Plate Melaju ke Final Piala Dunia Antar Klub

River Plate akan menantang pemenang laga antara Barcelona vs Guangzhou Evergrande di babak final. Laga itu akan berlangsung besok.


Kolombia: Tanpa Suarez, Uruguay Tetap Berbahaya

14 Oktober 2015

Reaksi pemain Uruguay, Luis Suarez, setelah gagal mencetak gol  dalam pertandingan persahabatan melawan Kosta Rika di Montevideo, Uruguay, 13 November 2014. Uruguay kalah lewat adu penalti 6-7. AP/Matilde Campodonico
Kolombia: Tanpa Suarez, Uruguay Tetap Berbahaya

Penyerang andalan Uruguay Luis Suarez masih menjalani larangan
pertandingan karena menggigit Giorgia Chiellini pada Piala
Dunia 2014.


Messi Pinjamkan Nomor Punggungnya untuk Aguero

8 Oktober 2015

Lionel Messi (kiri) dan Sergio Aguero melakukan peregangan jelang pertandingan melawan Belanda pada semifinal piala dunia di Brazil, 8 Juli 2014. REUTERS/Dylan Martinez
Messi Pinjamkan Nomor Punggungnya untuk Aguero

Aguero senang dengan tawaran Messi agar ia mengenakan kaus dengan nomor 10.