TEMPO.CO - Secangkir kopi tubruk bisa membantu membelalakkan mata pada pagi hari. Rasa kantuk pun dapat ditendang jauh-jauh. Namun minum kopi sampai empat gelas besar bisa jadi masalah. Jika dites, bisa jadi terdeteksi sebagai doping. Kafein di dalam kopi masuk kategori doping jika melewati batas 12 mikrogram dalam 1 mililiter darah. Jadi apakah pemain sepak bola dilarang minum kopi? Tentu saja tidak ada aturan seperti itu.
Kafein pernah masuk kategori doping. Namun, sampai 2004, bahan tersebut dimasukkan dalam daftar pengawasan saja. Artinya, tidak 100 persen haram bagi atlet yang akan berlaga. Jika melewati batas saja, minum kopi bisa menjadi doping bagi peminumnya.
Pekan ini, Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) memanggil tujuh pemain Kosta Rika untuk menjalani tes doping. Alasannya, bukan karena ketujuh pemain itu minum kopi bergelas-gelas sebelum bertanding. Namun prestasi kemenangan anak-anak asuh Jose Luis Pinto-lah yang membuat banyak pihak curiga.
Kecurigaan itu muncul lantaran sejak awal Piala Dunia 2014 Kosta Rika dianggap pupuk bawang atau pelengkap belaka dalam Grup D, yang disebut sebagai “grup neraka”. Bagaimana tidak, Kosta Rika dikerumuni oleh tiga tim yang pernah mengecap juara dunia. Italia menjadi juara dunia empat kali, Inggris satu kali, dan Uruguay dua kali. Dalam posisi ini, tak banyak yang menjagokan Kosta Rika akan lolos ke putaran 16 besar. Hampir semuanya memandang sebelah mata.
Kenyataannya, Kosta Rika sukses bertengger pada puncak klasemen dan lolos ke babak 16 besar pertama kali pada Grup D. Tim asuhan Jorge Luis Pinto tersebut mempecundangi Uruguay 3-1 dan Italia 1-0. Kemenangan kedua itu bahkan berpengaruh terhadap tim Inggris untuk mengemasi kopernya pada pekan ini. Padahal Kosta Rika baru tiga kali tampil dalam Piala Dunia. Dibanding pengalaman tiga tim lainnya di Grup D, itu ibarat bumi dengan langit, karena ketiga tim tersebut telah belasan kali tampil dalam Piala Dunia.
Namun langkah FIFA melakukan tes doping terhadap tujuh pemain Kosta Rika mendapat protes. FIFA biasanya hanya melakukan tes doping kepada dua pemain dalam setiap tim. Tapi kali ini pengecualian. Italia juga tes doping, tapi hanya dua pemain, seperti yang biasanya dilakukan asosiasi itu. Sontak Pinto berang dan tersinggung. “Ini pelecehan. Kami hadapi semua lawan dengan fair,” katanya.
Protes Pinto dan tim Kosta Rika ternyata mendapat dukungan bintang legendaris Argentina, Diego Maradona. Maradona menganggap FIFA diskriminatif dan melanggar aturannya sendiri. “Kalau Kosta Rika dites doping, kok, Italia hanya dua pemain?” ujar Maradona.
Usut punya usut, Maradona ternyata pernah terbukti memakai doping dalam Piala dunia 1994 di Amerika Serikat. Maradona akhirnya harus meninggalkan timnya pada pertandingan berikutnya karena positif menggunakan beberapa zat yang dilarang, termasuk ephedrine.
Dalam Piala Dunia 2014 kali ini, sebenarnya FIFA telah melakukan usaha preventif agar laga berjalan fair play. Divisi medis FIFA telah mengeluarkan hasil uji lab anti-doping tahap pertama terhadap 800 pemain atau 91,5 persen yang ikut Piala Dunia 2014. Hasilnya, seluruh pemain bersih dari penggunaan doping. Bahkan hasil tes doping ini menjadi sejarah karena untuk pertama kalinya seluruh pemain bebas doping pada Piala Dunia 2014.
Tes doping merupakan bagian dari menegakkan fair play. Bahkan, untuk mengingatkan itu, setiap pertandingan sepak bola dibuka dengan membawa bendera fair play. Mungkin saja kafein dalam kopi bisa menjadi doping. Namun minum secangkir kopi juga tak perlu ditinggalkan agar mata bisa bertahan menonton Piala Dunia.
NUR HARYANTO (WARTAWAN TEMPO)