TEMPO.CO, Jakarta - Bertandang ke favela selalu saja memberikan kejutan. Setelah sebelumnya ketika pergi ke Rocinha saya harus naik ojek “terbang” yang super-ngebut, kali ini saya naik kereta gantung.
Tiago, seorang seniman jalanan yang biasa membuat graffiti, yang tinggal di Alemao—favela besar di Rio de Janeiro—mengajak saya untuk naik kereta gantung itu. Setelah bertemu di halte Baiana, yang merupakan halte keempat dari tujuh halte yang ada, kami pun naik gondola itu hingga ke ujung halte, yakni di halte Palmeira.
Alemao—favela lainnya di Rio de Janeiro—memang unik. Kawasan yang dikenal dengan nama Complexo do Alemao ini sangat luas dan terbagi hingga dari 12 bagian yang letaknya saling berjauhan dan, selalu saja, terletak di bukit-bukit. Ini yang menyulitkan transportasi warga di sana.
Untuk mencapai comunidade—orang di sana lebih suka menyebut itu ketimbang favela, mereka harus berjalan kaki yang bisa menghabiskan waktu hingga satu jam. Maklum, turun-naik gunung. Cara lainnya dengan menunggang Mototaxi, tapi ongkosnya juga lumayan tinggi.
Untuk memudahkan warga yang tinggal di sana, sejak 2011 pemerintah Brasil membuat transportasi antarkampung di sana dengan menggunakan kereta gantung, atau umum disebut gondola. Hanya dengan kereta gantung inilah tiap-tiap lokasi bisa dijangkau dengan mudah.
Kereta gantung ini tak ubahnya seperti angkot di Indonesia. Setiap gondola bisa memuat hingga sepuluh penumpang dengan hanya cukup membayar tiket seharga 5 real atau Rp 25 ribu. Selanjutnya penumpang silakan turun di halte di mana saja. Karyawan yang berangkat kerja bisa pakai gondola ini. Bisa juga bagi mereka yang ingin pergi menonton bareng pertandingan Piala Dunia di kawasan favela.
Gondola bukanlah yang pertama di Rio. Sebelumnya warga di sini sudah mengenal gondola yang memanjang dari Ucra hingga ke Sugar Loaf—yang terkenal dengan patung Yesus di atasnya.
Soal pemandangan yang bisa terlihat dari kereta ini tak kalah menarik. Kalau di Taman Mini yang terlihat di bawah adalah peta Indonesia, di sini terlihat rumah-rumah padat di kawasan favela. Stadion Botafogo dan lintasan pantai di kawasan utara Rio juga terlihat dengan jelas. Nah, sepanjang 3,5 kilometer inilah seluruh pemandangan bisa dinikmati.
Kata Tiago, kereta gantung ini bisa menjadi wahana yang menarik untuk turisme di kawasan ini. Seperti halnya Rocinha, yang belakangan menjadi tempat wisata para pelancong—bahkan hotel pun ada di sana, Alemao bisa saja suatu ketika menjadi tempat yang akan didatangi orang. Salah satu faktor penariknya adalah kereta gantung ini.
Menarik memang. Namun untuk mencapai satu halte saja susahnya minta ampun. Rata-rata halte itu terletak di bagian atas favela. Sedangkan kawasan favela di mana pun memiliki tinggi kecuraman yang luar biasa. Jad,i sebelum sampai ke halte, siap-siap saja untuk menjaga napas dengan benar agar tidak sampai ngos-ngosan.
IRFAN BUDIMAN (RIO DE JANEIRO)