TEMPO.CO , Ribeirao Preto : Jika Prancis mengalahkan Ekuador di Stadion Maracana, Rio de Janeiro, dinihari nanti, tim berjulukan Les Bleus atau Ayam Jantan ini akan memenangi tiga pertandingannya dalam babak penyisihan grup putaran final Piala Dunia untuk pertama kali sejak 1998.
Pada pergelaran 16 tahun silam yang berlangsung di Prancis, Les Bleus terakhir kali memenangi Piala Dunia.
Namun pembicaraan mengenai hal itulah yang justru dikhawatirkan pelatih Prancis, Didier Deschamps, menjelang pertandingan terakhir mereka di Grup E dinihari nanti.
Deschamps, yang menjadi kapten tim Prancis dalam Piala Dunia 1998, berusaha membuat timnya agar tidak lupa diri setelah mereka menggilas Swiss 5-2 Jumat lalu. Sebelumnya, Les Bleus menggasak Honduras 3-0.
Presiden Federasi Sepak Bola Prancis, Noel Le Graet, mendukung upaya Deschamps mengingatkan tim dan para suporternya untuk tidak membayangkan yang muluk-muluk dulu. “Segala sesuatunya berjalan lebih cepat dibanding yang saya bayangkan. Saya pikir sedikit terlalu cepat dan ada sedikit ekses,” kata Graet, Minggu lalu.
Memang, setelah mencatat rekor 100 persen dan mencetak delapan gol di dua pertandingan awal, hasil selain menang buat Prancis melawan Ekuador bisa mengecewakan pendukungnya. Meskipun dengan meraih hasil seri saja dinihari nanti, Ayam Jantan sudah lolos ke 16 besar.
Tapi Deschamps tak mau terlalu yakin bisa mengalahkan Ekuador. Bahkan, sebaliknya, ia justru mewaspadai kejutan terus terjadi dalam Piala Dunia yang berlangsung kembali di Amerika Latin ini.
“Siapa yang tadinya berpikir Kosta Rika bisa meraih enam poin di grup mereka (D)? Tidak ada,” kata Deschamps di markas tim mereka di Ribeirao Preto. Kosta Rika membuat kejutan besar dengan mengalahkan semifinalis Piala Dunia 2010 Uruguay dan juara 2006 Italia.
“Saya juga melihat pertandingan Belanda dan Australia. Dan tak ada yang mengira bisa berjalan ketat seperti itu. Tim-tim lain bermain dengan bagus di sini, tidak cuma kami,” Deschamps menambahkan.
Jika Ekuador minimal bisa memaksa Les Bleus bermain seri, mereka juga akan lolos ke babak kedua jika Swiss gagal mengalahkan Honduras dinihari nanti. Ekuador dan Swiss sama-sama memiliki nilai tiga, tapi selisih gol Ekuador lebih baik.
Namun, untuk meraih target minimal tersebut saja tidaklah mudah buat Ekuador. Mereka harus bisa meredam serangan Prancis, terutama dari dua penyerang, Karim Benzema dan Olivier Giroud, yang masing-masing mencetak gol dan mengkreasikan terjadinya gol dari rekannya saat melawan Swiss. “Dari cara mereka bermain, kami tampaknya harus bekerja keras,” kata bek tengah Ekuador, Frickson Erazo.
Prancis mencetak 39 gol dalam 11 pertandingan, termasuk 16 dalam tiga pertandingan terakhir--salah satunya dengan menggilas Yamaika 8-0, sebelum terbang ke Brasil. “Mencetak delapan gol memberi gambaran tentang bagaimana kekuatan Prancis,” kata gelandang Ekuador, Christian Noboa.
Tapi, di sisi lain, Prancis juga harus mewaspadai penyerang Ekuador berusia 24 tahun, Enner Valencia, yang sudah mencetak tiga gol seperti Benzema.
GUARDIAN | REURTERS | AP | HARI PRASETYO
Berita lain:
Akil Mochtar Minta Kewarganegaraan Dicabut
Jokowi Presiden, Risma Tak Mau Jadi Wakil Ahok
Diduga Menipu, Bos Cipaganti Ditahan Polisi
Penipuan Investasi, Dua Petinggi Cipaganti Ditahan
Desain Uang NKRI Redenominasi Beredar, Ini Kata BI