TEMPO.CO, Recife - Jurgen Klinsmann terlihat gusar dalam konferensi pers menjelang pertandingan antara Jerman dan Amerika Serikat kemarin. Sembari menjawab pertanyaan, ia memasang muka masam.
Pelatih tim negeri Abang Sam—julukan Amerika Serikat—itu jengah karena selalu ditanya soal kemungkinan terulangnya "aib di Gijon" di Arena Pernambuco nanti malam. Peristiwa itu terjadi ketika timnas Jerman—ketika itu Jerman Barat—terlibat aksi "main mata" dengan Austria guna menyingkirkan Aljazair di fase grup Piala Dunia 1982 di Spanyol. (Baca: Jerman Vs Amerika Serikat, Duel Pelatih Jerman)
"Kami (Amerika Serikat) adalah tim yang punya semangat juang untuk mengincar kemenangan di setiap pertandingan. Kami tak pernah mengincar hasil imbang," kata Klinsmann. "Lagi pula, kejadian itu (aib Gijon) adalah bagian dari sejarah Jerman, bukan sejarah tim Amerika Serikat."
Pada 32 tahun lalu, dalam pertandingan terakhir Grup II Piala Dunia 1982 di Stadion El Molinon di Kota Gijon, Spanyol, timnas Jerman berkongkalikong dengan Austria agar pertandingan berkesudahan dengan kemenangan tak lebih dari dua gol bagi Jerman. Andai Jerman menang dengan selisih lebih dari dua gol, Austria bakal tersingkir. Sebaliknya, jika Austria menang, Jermanlah yang akan pulang kandang. Maka, seolah ada kesepakatan, Jerman "cukup" menang dengan skor 1-0 dari Austria.
Sampai saat ini, tidak ada keputusan dari Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) yang menyebutkan terjadi pengaturan skor dalam pertandingan tersebut. Namun pengamat dan penggemar sepak bola dunia sudah telanjur mencatatnya sebagai salah satu hal memalukan dalam Piala Dunia yang dikenal dengan "aib di Gijon".
Jerman memang tak menunjukkan hasrat ingin menang lebih dari satu gol setelah Horst Hrubesch mencetak gol ke gawang Austria pada menit ke-10. Alih-alih kian bersemangat untuk menambah gol, Jerman yang ketika itu diperkuat pemain, seperti Karl-Heinz Rummenigge dan Felix Magath, justru lebih sering memainkan bola di lapangan sendiri dan langsung melempar umpan jauh ke depan begitu pemain Austria mendekat.
Aksi itu lantas disebut Eberhard Stanjek, komentator di televisi Jerman, ARD, sebagai tindakan memalukan. "Anda tak bisa menyebut ini sebagai sepak bola," kata Stanjek dalam komentarnya ketika itu.
Para penonton yang hadir di stadion pun terlihat muak dengan tindakan pemain kedua tim. Mereka mencemooh dengan berteriak "curang" dan "pulang" berulang kali ke arah lapangan.
Perilaku lancung itu jadi sorotan karena dikhawatirkan terulang dalam laga di Pernambuco arena, Recife. Jerman dan Amerika kini sama-sama mengemas nilai 4, terpaut 3 angka dari Ghana dan Portugal yang akan bertemu dalam laga lain. Jerman dan Amerika hanya butuh hasil seri untuk sama-sama merebut tiket ke babak berikut. Padahal Amerika kini dilatih oleh Klinsmann yang sebelumnya pernah menangani Jerman pada Piala Dunia 2006 dengan diasisteni Joachim Loew, yang saat ini membesut Jerman.
Pemain belakang Jerman, Matt Hummels, berjanji tak akan mengulangi aksi tak terpuji itu. Ia tak ingin bernasib seperti Magath cs. "Karena akan tidak adil bagi tim lain jika kami punya keinginan bermain imbang melawan Amerika Serikat," kata Hummels.
Sikap senada ditunjukkan oleh Loew. Ia bahkan sudah berjanji tak akan berbicara dengan Klinsmann selama Jerman dan Amerika masih berada di Brasil.
Kedua tim pernah bertemu sembilan kali, enam di antaranya dimenangi Jerman. Pertemuan terakhir mereka terjadi pada 2 Juni tahun lalu, saat Amerika menang 4-3 dalam laga persahabatan di Washington DC.
FIFA | REUTERS| ARIE FIRDAUS
BERITA TERKAIT
Tiga Wajah Piala Dunia
Deretan Aksi 'Drakula' Suarez di Sepak Bola
FIFA Investigasi Insiden Gigitan Suarez
Robben Dinilai Lebih Baik dari Messi