TEMPO.CO, Recife - Penjaga gawang tim nasional Kosta Rika, Keylor Navas, masih berusia 4 tahun ketika menyaksikan pertandingan Kosta Rika melawan Republik Cek pada babak 16 besar Piala Dunia 1990.
Saat itu, meski Kosta Rika baru masuk ke babak 16 besar, penduduk San Jose, ibu kota Kosta Rika, tempat Navas lahir, sudah larut dalam euforia. Sayang, mereka tersingkir setelah ditekuk Republik Cek dengan skor 1-4. "Kami menonton pertandingan itu dari layar televisi dengan kebanggaan luar biasa," tutur Navas. "Meski berakhir menyedihkan, itu adalah momen yang sangat indah."
Navas mengingat pertandingan tersebut karena itu adalah laga terakhir Kosta Rika pada babak 16 besar Piala Dunia. Seusai Piala Dunia 1990, mereka selalu gagal masuk babak kualifikasi atau tersingkir di fase grup. "Saya tidak menyangka kini kami akan bermain di tempat yang sama (16 besar)," ujar Navas. "Rasanya seperti mimpi. Kami ingin memperpanjang mimpi tersebut." (Baca:Kehilangan Gelandang, Yunani Berharap Dewi Fortuna)
Laju Kosta Rika dalam Piala Dunia 2014 ini memang seperti mimpi. Berada di Grup D yang berat, bersama Uruguay, Italia, dan Inggris, tim berjulukan Los Ticos ini tampil gemilang. Mereka secara mengejutkan mengalahkan Uruguay (3-1) dan Italia (1-0). Los Ticos juga membuat Inggris dilanda frustrasi dengan menahan imbang mereka 0-0.
Hasil ini membuat Kosta Rika lolos ke putaran 16 besar dengan status juara grup. "Jujur saja, kami pun terkejut dengan apa yang telah kami lakukan," tutur Navas. "Ini kejutan yang menyenangkan."
Rekan Navas di lini tengah, Yeltsin Tejeda, meminta timnya tak larut dalam euforia. Sebab, kata Tejeda, mereka harus berfokus pada laga melawan Yunani, yang akan digelar di Arena Pernambuco, Recife, dinihari nanti. "Tentu saja, kami bahagia dengan pencapaian ini. Tapi, jika kami bisa tetap menjaga fokus dan mental, saya yakin kami bisa melangkah lebih jauh lagi," tutur Tejeda.
Tejeda mengatakan sebelumnya berharap bertemu dengan Pantai Gading di putaran 16 besar. Mereka bahkan telah mempersiapkan taktik untuk meredam agresivitas tim Afrika itu.
Namun, lain yang ditunggu, lain pula yang datang. Pantai Gading tersingkir di fase grup. Sebagai gantinya, muncul Yunani. "Kini kami harus memutar rekaman pertandingan-pertandingan Yunani."
Kehadiran Yunani dalam babak 16 besar memang kejutan lainnya setelah Kosta Rika. Sebab, selain bukan unggulan, tim besutan pelatih Fernando Santos ini tampil biasa saja pada fase grup.
Bayangkan saja, dari tiga pertandingan, mereka hanya mencetak 2 gol dan kebobolan 4 gol. Mereka dikalahkan Kolombia dengan skor 0-3 dan hanya bermain imbang tanpa gol melawan Jepang. Yunani baru memastikan satu tempat di putaran 16 besar setelah menang 2-1 atas Pantai Gading. "Kami dituduh hanya memainkan sepak bola negatif," tutur Fernando Santos.
Melihat dua laga pertama mereka di grup C, Yunani memang cenderung hanya bermain bertahan. "Tapi, dalam laga terakhir melawan Pantai Gading, kami bermain agresif dan menyerang," ucap Santos.
Melawan Kosta Rika, Santos melanjutkan, timnya akan menyiapkan strategi khusus. Ia tentu saja enggan membocorkan racikannya. "Sepak bola hanya soal bertahan dan menyerang. Itu saja," katanya.
Pelatih asal Portugal ini telah meminta sejumlah stafnya untuk mempelajari detail permainan Kosta Rika. Ada kemungkinan, untuk meredam mereka, Santos akan meminta para pemainnya menguasai bola selama mungkin. Cara ini dinilai lebih efektif ketimbang bertahan sambil mengandalkan serangan balik. Sebab, secara fisik, para pemain Kosta Rika lebih unggul. Mereka juga lebih cepat. "Kami harus sangat hati-hati terhadap mereka," kata Santos.
Di San Jose, warga Kosta Rika sudah menunggu laga ini. Euforia yang tercipta tak kalah oleh laga pada 1990. Bahkan, untuk membuat situasi lebih tegang, harian The Costarica News menulis, "Tim kita akan melawan Yunani yang bermain sangat defensif."
REUTERS | THE COSTARICA NEWS | FIFA | MIRROR
Baca juga:
Ini Daftar Kekalahan Cile Vs Brasil di Piala Dunia
Pelatih Uruguay Mundur dari FIFA
Ini Dia Wasit Laga Brasil Vs Cile
Gagal di Piala Dunia, Gerrard Bersantai di Pantai
Melawan Brasil, Cile Khawatir Wasit Berpihak