TEMPO.CO, Porto Alegre - Pelatih tim nasional Jerman, Joachim Loew, tak bisa duduk tenang menjelang pertandingan melawan Aljazair dalam putaran 16 besar Piala Dunia yang akan berlangsung di Estadio Beira-Rio, Porto Alegre, dinihari nanti.
"Saat ini kami sedang amat percaya diri, tapi akan celaka jika kami menganggap pertandingan nanti bakal mudah," kata Loew. "Karena fase gugur selalu menyimpan keajaiban."
Jerman tampil mengesankan dalam babak grup. Mereka mengalahkan Portugal 4-0, menaklukkan Amerika Serikat 1-0, dan menahan imbang Ghana 2-2. Hasil ini membuat tim berjulukan Der Panzer itu menjadi pemuncak klasemen Grup G.
Adapun Aljazair datang ke putaran 16 besar dengan langkah terseok-seok. Tim yang bahkan tak masuk kategori kuda hitam ini secara mengejutkan lolos sebagai runner-up dari Grup H. Namun, keberhasilan tersebut akan jadi motivasi luar biasa karena merupakan sejarah baru bagi Aljazair.
Dilihat dari materi pemain dan pengalaman, Jerman jelas unggul segala-galanya. Namun, Loew sadar benar bahwa sepak bola bukan sekadar hitung-hitungan statistik. "Kami semua sadar apa pun bisa terjadi nanti," katanya. Kecemasan Loew muncul lantaran performa timnya terus melorot dalam dua pertandingan terakhir, terutama lini depan mereka. "Finishing kami tidak terlalu tajam."
Menurut Loew, saat melawan Portugal, timnya melakukan 13 upaya tendangan dengan tingkat akurasi 40 persen. Saat melawan Ghana, jumlah total upaya tendangan hanya 12, dengan akurasi cuma 20 persen. "Dan kami memiliki dua peluang yang dibiarkan begitu saja saat melawan Amerika Serikat. Kami harus segera membenahi ini semua sebelum bertemu dengan Aljazair," tutur dia.
Selain persoalan di lini depan, Loew menyoroti lini belakang mereka. Saat ini pemain andalannya, Jerome Boateng, masih berkutat dengan cedera lutut. "Saya belum tahu bagaimana kondisinya, lihat saja nanti."
Pelatih berusia 54 tahun itu mungkin akan tetap menggunakan formasi 4-3-3 dengan Mesut Oezil dan Mario Gotze sebagai andalan di sayap kanan dan kiri. Keduanya akan mengapit Thomas Muller. "Kami harus lebih tajam. Akurasi umpan harus ditingkatkan dan kami mesti bermain lebih efektif," kata Loew. "Yang terpenting kami harus bermain dengan kepercayaan diri tinggi."
Sebagai tim unggulan, Jerman seharusnya memang lebih percaya diri. Masalahnya, predikat unggulan ini juga menjadi beban. Sebaliknya, Aljazair justru akan bermain tanpa beban.
Aljazair baru empat kali bermain di Piala Dunia, yakni pada 1982, 1986, 2010, dan 2014. Namun, mereka selalu kandas dalam fase grup. Baru kali ini tim besutan pelatih Vahid Halilhodzic itu lolos ke putaran 16 besar.
Dengan kata lain, mereka telah mencetak sejarah baru dengan tampil di putaran final. Jadi, kalah atau menang melawan Jerman, tim ini tetap akan disambut sebagai pahlawan.
Hal ini membuat Loew cemas. Sebab, dengan kondisi psikologis seperti itu, para pemain Aljazair akan bermain lepas saat menghadapi timnya dinihari nanti. "Pergerakan mereka akan menguras konsentrasi kami," tuturnya.
Selain bermain tanpa beban, Aljazair masih punya satu senjata lagi: dendam. Mereka pernah tersingkir secara menyakitkan lantaran kalah oleh Jerman Barat dalam Piala Dunia 1982 di Spanyol.
Saat itu Aljazair berada dalam satu grup dengan Jerman Barat, Austria, dan Cile. Aljazair, Jerman Barat, dan Austria sama-sama mengoleksi empat poin dari tiga pertandingan. Adapun Cile tak meraih satu poin pun.
Namun, Aljazair harus pulang karena kalah selisih gol dari Austria. Padahal, pada laga pertama, mereka mengalahkan Jerman Barat dengan skor 2-1. Banyak yang beranggapan saat itu Jerman telah “bermain mata” sehingga hanya menang tipis (1-0) atas Austria. Kejadian itu pula yang kemudian membuat Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) membuat peraturan baru. Dua pertandingan terakhir dalam babak penyisihan sebuah grup kini dimainkan pada saat bersamaan.
"Kami tidak pernah melupakan sejarah itu," kata pelatih Aljazair, Vahid Halilhodzic. "Saya bangga bisa sampai ke babak 16 besar. Namun, kini setiap orang (di Aljazair) berharap kami bisa membalas sakit hati tersebut."
Yacini Brahimi, gelandang Aljazair, mengatakan ia belum lahir ketika negaranya tersingkir dari Piala Dunia 1982. "Mungkin saya tidak tahu sejarah itu, tapi saya ingin kami menulis sejarah baru buat negeri kami."
Rubah Padang Pasir—begitu julukan Aljazair—sejatinya telah menulis sejarah baru dengan lolos ke putaran final. Namun, mengalahkan Jerman akan menjadi cerita lain yang akan terus mereka kenang.
REUTERS | SUPERSPORTS | SPORTS MOLE | DWI RIYANTO AGUSTIAR
Jerman (4-3-3)
Neuer
Boateng, Mertesacker, Hummels, Howedes
Schweinsteiger, Lahm, Kroos
Oezil, Muller, Gotze
Aljazair (4-2-3-1)
M'Bolhi
Mandi, Halliche, Bougherra, Mesbah
Medjani, Bentaleb
Feghouli, Brahimi, Djabou
Slimani
Peluang menang
Jerman 60% - Aljazair 40%