TEMPO.CO - Melawan Swiss, di atas kertas, Argentina jelas lebih diunggulkan. Itu kalau dilihat dari segi materi pemain, reputasi, dan tradisi di Piala Dunia, juga kondisi terakhir kedua tim. Tak kalah penting, regional tempat Piala Dunia digelar saat ini.
Ihwal materi pemain, Argentina jelas lebih baik: bertabur bintang yang bermain di klub-klub besar Eropa. Sedangkan pemain Swiss lebih banyak bermain di kompetisi domestik. Kalaupun ada yang bermain di luar negeri, mereka lebih banyak bermain di klub kelas menengah.
Soal reputasi dan tradisi di Piala Dunia, kedua tim ibarat bumi dan langit. Argentina juara dunia dua kali pada 1978 dan 1986, plus finalis pada 1990. Akan halnya Swiss, prestasi tertingginya baru babak 16 besar.
Kondisi terakhir Argentina pun semakin menampakkan diri sebagai salah satu favorit juara. Hasil sempurna di fase grup, ditambah on-fire-nya sang bintang, Lionel Messi, membuat Argentina berpotensi terbang tinggi di Brasil.
Swiss justru belum menemukan konsistensi di turnamen ini: menang susah payah atas Ekuador, tapi tampil rapuh melawan Prancis. Untung, Swiss bisa menang atas Honduras, yang membuat mereka lolos ke babak 16 besar.
Itu hitung-hitungan di atas kertas. Saat menyaksikan pertandingan di Arena Corinthians, Sao Paulo, malam ini, perlu diingat bahwa sepak bola tak dimainkan di atas kertas, melainkan di lapangan hijau selama 90 menit. Apa pun bisa terjadi dalam sepak bola, apalagi di perhelatan Piala Dunia yang kerap melahirkan kejutan.
Dari sisi teknis, dari tiga pertandingan awal, walau selalu menang, tim Tango bukannya tanpa kelemahan. Finishing touch yang masih lemah--hanya menghasilkan enam gol--dan ketergantungan tingkat tinggi kepada Messi adalah celah yang bisa dimanfaatkan Swiss. Empat dari enam gol Argentina lahir dari Messi. Jika Swiss bisa mematikan pergerakan Messi, Argentina punya solusi?
Lini pertahanan Argentina juga masih rawan. Duet Ezequiel Garay dan Federico Fernandez masih gampang ditembus lawan. Dua gol dari Nigeria di penyisihan grup adalah bukti lini pertahanan Argentina masih perlu dibenahi. Jika mau juara dunia, Argentina mutlak harus punya dua center back sekelas tim 1986, Oscar Rugeiri dan Jose Luiz Brown.
Sedangkan Swiss juga masih harus banyak berbenah. Kemenangan 3-0 atas Honduras tak bisa dijadikan ukuran. Masalahnya, kelas Argentina jauh di atas Honduras. Melawan tim di atas kelasnya, Swiss kerap bermain gugup, seperti saat dilumat Prancis.
Cuma mengandalkan Xerdan Shaqiri untuk mengalahkan Argentina sepertinya belum cukup bagi tim asuhan Ottmar Hitzfeld ini. Peran Gokhan Inler, Blerim Dzemaili, Valon Behrami, dan Granit Xhaka di barisan tengah akan sangat menentukan bagi Swiss.
Jika kuartet ini tak mampu mengimbangi Javier Mascherano, Angel di Maria, dan Fernando Gago, akan sulit bagi Swiss untuk keluar dari tekanan Argentina. Apalagi, di sisi lain, fokus Swiss harus terbagi untuk "membunuh" Messi agar tak merajalela mengacak-acak pertahanan mereka.
Saya melihat, Argentina akan bisa mengatasi perlawanan Swiss. Kecuali jika ada keajaiban membantu Swiss, atau ada kondisi abnormal di tubuh tim Argentina. Saya prediksi laga ini akan dimenangi Argentina dengan selisih dua gol, 3-1.
NILMAIZAR (Mantan Pelatih Timnas, Pelatih Putra Samarinda FC)